Lihat ke Halaman Asli

Kalau Sahur Cukup Dengan Minum Aqua Ya Kenapa Tidak

Diperbarui: 24 Juni 2015   14:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Dalam menjalankan ibadah puasa ada syarat dan ketentuan berlaku atau disebut rukun dan syarat, antara lain dalam hal berbuka puasa dan makan sahur. Berbuka puasa hukumnya wajib dan harus segera dilakukan setelah memasuki waktunya. Sedangkan makan sahur hukumnya sunah dan dianjurkan dilakukan pada detik-detik terakhir sebelum masuk waktu imsak. Dari segi tinjauan gizi juga ada aturan yang perlu diperhatikan, antara lain berbuka puasa dianjurkan dengan minum atau makan yang manis terlebih dahulu secukupnya.

Perlu diketahui bahwa rasa manis berasal dari gula. Gula adalah sejenis karbohidrat rantai pendek (disakarida) yang diharapkan dapat segera dicernakkan melalui metabolisme menjadi glukosa yang selanjut dengan insulin dari pankreas menjadi energi yang langsung diserap oleh semua sel dan organ tubuh, sebagai kompensasi setelah seharian berpuasa.

Setelah berbuka puasa segera menjalankan ibadah salat magrib sebagaimana mestinya dengan mematuhi rukun dan syarat yang berkaitan.

Selanjutnya setelah selesai menjalankan ibadah salat magrib. dilanjutkan dengan menyantap makanan hidangan berbuka lainnya atau makan utama. Dalam pengertian makan utama adalah makanan pokok mengacu pada makan malam seperti kebiasaan pada umumnya. Pilihan waktu makan malam dapat pula dilakukan setelah menjalankan ibadah salat tarawih. Dengan pengertian ini berbuka puasa adalah dengan mengkonsumsi berbagai hidangan masakan selain makan utama atau sering lebih populer disebut dengan makanan takjil.

Dari tinjauan ilmu gizi terdapat dua komponen gizi, yaitu makro nutrient dan mikro nutrient. Makro nutrient terdiri dari karbohidrat, protein dan lemak. Sedang mikro nutrient adalah vitamin, mineral dan air. Zat gizi atau nutrisi atau nutrient berada dalam bahan pangan yang disebut dengan istilah volumenious, atau dalam bahan yang berjumlah atau terbilang besar atau kwantitatif. Mengacu pada norma asupan kecukupan gizi, jumlah bahan pangan akan melebihi kapasitas daya tampung lambung perut. Karen itu perlu aturan makan dengan membagi atau menjadwal waktu makan.

Tinjauan ideal pola makan terdapat 3 acara makan utama (meal) dan 3 makan selingan (snack). Tiga makan utama terdiri dari makan pagi (sarapan) makan siang dan makan malam. Tiga makan selingan yaitu, diantara waktu makan pagi dan makan siang (selingan pagi), diantara waktu makan siang dan makan malam (selingan sore) dan diantara waktu makan malam dan makan pagi hari berikutnya (selingan malam, sangat jarang dilakukan). Bahkan makan selingan pagi dan sore hanya dilakukan pada acara-acara formal saja, misalnya rapat di kantor atau pertemuan lainnya. Secara logika makan selingan malam jatuh pada saat-saat makan sahur, atau dalam kehidupan sehari-hari berada dalam waktu tidur. Dari sini dapat disimpulkan bahwa makan sahur hukumnya sunah.

Bahan pangan yang volemenious mengandung zat gizi karbohidrat berada dalam nasi atau hasil olahan bahan pangan beras, jagung dan berbagai macam umbi. Protein hewani terdapat dalam daging, susu, telur dan berbagai jenis ikan serta protein nabati terdapat dalam biji-bijian atau berbagai jenis kacang-kacangan. Vitamin dan mineral banyak berada dalam berbagai jenis buah-buahan dan sayuran. Sedangkan air memegang peranan sebagai sumber keberadaan berbagai mineral. Termasuk air yang berada dalam bahan pangan mikronutrien buah-buahan, sayur-mayur dan bahkan air dalam bahan pangan makronutrien sumber karbohidrat, protein dan lemak.

Sungguh hal yang sangat tepat bila Danone Aqua mengajak masyarakat untuk menjalankan puasa sehat dengan menjaga asupan cairan cukup selama berpuasa melalui pola minum air putih 2+4+2. Yaitu 2 gelas air putih dalam berbuka puasa, 4 gelas air putih pada waktu-waktu makan malam sampai menjelang tidur dan 2 gelas air putih pada saat makan sahur. Hal ini juga sangat perlu dijalankan dalam kehidupan sehari-hari diluar bulan puasa, sebagai gaya hidup sehat sebagaimana diisyaratkan dalam ajaran ibadah puasa.

Diyakini bahwa dalam menjalankan ibadah puasa adalah mencapai manusia dari yang beriman (ya ayuhal ladzina amanu) menuju menjadi manusia yang bertakwa (laalakun tataqun). Selanjutnya menjadi manusia yang sehat sempurna lahir dan batin yang ditandai dengan keyakinan akan memperoleh anugerah Allah berupa lailatul qodar.

Sebagaimana diisyaratkan bahwa tanda-tanda orang yang mendapat lailatul qodar, antara lain adalah wajah yang bersinar atau berseri-seri. Secara logika ilmiah gambaran ini hanya terdapat pada orang yang sehat lahir dan batin. Untuk mencapai kesehatan yang prima paripurna ini harus melalui konsumsi makanan bergizi seimbang sesuai aturan normative gizi. Dari sinilah dapat diungkap salah satu tafsir makna dan tujuan yang terkandung, tersirat dan tersurat dalam ajaran menjalankan ibadah puasa.

Makna lain dari ajaran ibadah puasa terkait dengan kesehatan adalah mengingatkan lagi pada sunah Rasululah agar bangun di duapertiga malam untuk menjalankan ibadah salat tahajut dalam kehidupan sehari-hari diluar bulan suci Ramadan. Diharapkan sebelum menjalankan salat tahajut, orang melakukan hal lain yaitu mengkonsumsi makanan yang belum terpenuhi mengingat keterbatasan kapasitas daya tampung perut pada waktu makan malam. Saat duarpertiga malam itu adalah waktu ideal makan selingan malam yang sudah dilupakan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline