Lihat ke Halaman Asli

Valentine's Day, Sikapi Maknanya Dengan Hati dan Logika

Diperbarui: 26 Juni 2015   08:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Setiap tahun perayaan hari valentine terus menghiasi kehidupan manusia di muka planet bumi. Selama itu pula akan terus terjadi pro dan kontra diantara manusia dalam memahami dan mensikapi makna yang terkandung pada perayaan tersebut. Valentine’s Daymengandung arti yang bermakna Hari Kasih Sayang. Perlu dicermati bahwa kasih sayang dalam pengertian umum yang luas, bukan dalam pengertian yang sempit kasih sayang asmara yang romantis dan erotis diantara dua makhluk manusia yang berlainan jenis kelamin misalnya.

Seberapa banyak perbandingan antara yang pro dan kontra kiranya perlu penelitian lebih lanjut, terlepas itu perlu atau tidak dan bermanfaat atau tidak memperdebatkan hal yang terkesan remeh temeh.itu. Apakah akan sebanding secara proporsional sesuai dengan jumlah umat beragama yang ada ?. Mengingat adanya kesan tercipta suatu opini bahwa hari valentine bersumber dari suatu keyakinan umat beragama tertentu.

Memang terdapat beberapa versi yang menjelaskan asal muasal perayaan hari valentine. Salah satunya adalah ada yang mengatakan bahwa perayaan hari valentine memiliki sebuah perpaduan antara sebuah tradisi yang bernuansa Kristiani dan Rumawi Kuno. Kristiani adalah nama salah satu agama, sedang Romawi Kuno ada indikasi yang mengarah pada suatu sumber budaya di masa lalu.

Dengan perkataan lain bahwa valentine mengandung unsur suatu agama dan sekaligus budaya yang mungkin bagi orang awam cukup sulit untuk membedakannya. Di lain fihak ada tokoh agama bahkan institusi agama lain yang berseberangan dalam memperingati atau merayakan hari valentine. Akibatnya bahwa valentine diyakini sebagai ajaran agama tertentu menjadi semakin kental dan menjadi suatu pembenaran yang mungkin juga belum tentu benar kebenaran itu.

Sebut saja misalnya dalam berita di media masa:”MUI Jabar Himbau Tak Rayakan Valentine’s Day”, “Pelajar Aceh Tolak Perayaan Valentine’s Day” . Aceh yang sering disebut sebagai serambi Mekkah adalah daerah istimewa yang menjalankan syariat agama secara konsekuen dan konsisten serta legal dan formal pada kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Situs Rumahku Surgaku menampilkan logo “Muslim Say No to Valentine” dalam ulasannya berjudul “Menguak Tabir Valentine’s Day”. Tentunya masih banyak lagi fihak-fihak tertentu yang mempermasalahkan hari valentine, yang dikonotasikan bahwa sebagai suatu ajaran agama tertentu yang ditentang oleh penganut agama yang lain.

Kalaupun seandainya bahwa valentine yang mengandung makna kasih sayang adalah ajaran suatu agama tertentu, tohagama yang lain semua juga mengajarkan kasih sayang dengan cara dan istilah yang berbeda tentunya. Dengan perkataan lain bahwa semua agama di muka bumi ini mengajarkan kasih sayang dengan cara-caranya tersendiri. Lalu apa maknanya tokoh bahkan institusi suatu agama ‘mengajarkan’ menentang perayaan valentine yang didalamnya mengandung makna kasih sayang?

Sementara itu di lain fihak terdapat orang-orang tertentu astau oknum-oknum yang mengaku beragama, justru ‘mengajarkan’ kekerasan dan pertikaian diantara umat seagama maupun antar lintas umat beragama. Contoh yang klasik adalah terorisme yang mengatas namakan perang atau jihad di jalan Tuhan membela kebenaran agama, jelas sekali bertentangan dengan kasih sayang, didalangi dan dijalankan oleh orang-orang yang pandai dalam ilmu agama dan ilmu pengetahuan teknologinya. .

Masih segar dalam ingatan bahwa telah berlangsung sejak lama dan baru-baru ini terungkap kembali, hanya karena perbedaan keyakinan dalam memahami ajaran agamanya. Terjadi pertumpahan darah yang menimbulkan korban jiwa sesama pemeluk agama yang sama. Bahkan merusak tempat ibadah, membakar rumah tinggal pemukiman dan mengusir mereka dari kampung halamannya. Disusul beberapa hari kemudian peristiwa serupa, adanya pembakaran tempat ibadah umat beragama tertentu yang dipicu oleh putusan pengadilan yang menjatuhkan vonis hukuman dalam sidang penistaan agama lainnya.

Kalaupun seandainya valentine’s day dikaitkan dengan budaya yang dibawa dan atau diajarkan oleh umat beragama tertentu, sehingga seolah-olah menjadi bagian dari ajaran agama ybs. Selama budaya itu baik dan benar serta bermanfaat bagi komunitasnya, meski budaya itu berbau asing datang dari negara barat; mengapa dipermasalahkan?

Toh, ada juga budaya asing yang berasal muasal dari negara timur tengah atau jasirah arab, masuk dibawa oleh orang-orang umat beragama yang kini berkembang menjadi mayoritas. Nama seseorang misalnya, disebut dengan bahasa arab banyak dijumpai dan selama ini tidak menimbulkan masalah. Nama atau istilah dan bahasa adalah bagian dari budaya, bukan bagian dari suatu agama. Seandainya valentine’s day itu berasal dari dan merupakan bahasa arab, tentu lain lagi masalahnya.

Memaknai valentine’s day sebagai hari kasih sayang yang merupakan bagian dari budaya bangsa manapun, bangsa Indonesia juga punya budaya kasih sayang yang dikemas dalam istilah lain. Sebut saja misalnya Hari Anak Nasional, Hari Ibu, Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional, Hari Bakti komunitas tertentu, dll semuanya berkonotasi mengandung arti yang bermakna kasih sayang.

Bagaimanapun juga kasih sayang adalah budaya milik semua umat manusia di muka bumi yang diwujutkan dengan cara-caranya tersendiri. Kasih sayang adalah bagian budaya umat manusia yang beradab, bersifat universal dan tidak mengenal diskriminasi yang berbau dik sarah jenius (pendidikan, suku, agama, ras, antar golongan, harta, jenis kelamin dan usia). Kasih sayang terhadap siapapun dan apapun serta dimanapun.

………..Selamat Merayakan Hari Kasih Sayang “Valentine’s Day”……………………………

Tags : kasih sayang, valentine's day




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline