Lihat ke Halaman Asli

Dongeng Politik Nenek Moyang Jaman Dahulu Kala

Diperbarui: 20 Juni 2015   03:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dongeng adalah salah satu cerita yang mengandung unsur pendidikan, umumnya mengambil figur hewan sebagai personifikasi tokoh seseorang yang diceritakan. Nenek moyang pada jaman dahulu kala mendongeng sebagai sarana pendidikan informal bagi anak-anak, pada waktu itu belum ada pendidikan formal maupun nonformal seperti jaman kini. Dalam kesusteraan Indonesia dongeng yang mengkisahkan kehidupan hewan disebut fabel.

Alkisah pada jaman dahulu kala, di hutan belantara nusantara hidup berbagai jenis hewan yang buas maupun yang jinak. Hewan dikatakan buas adalah yang pakannnya memangsa hewan lain dengan cara membunuhnya. Sedangkan hewan jinak adalah hewan yang pakannya terdiri dari rumput, daun-daunan dan tumbuh-tumbuhan.

Pada suatu hari ada seekor anak hewan buas dari bangsa harimau atau macan yang terpisah dari kelompoknya dan tertinggal hidup sendirian dengan memangsa hewan kecil, antara lain tikus, kodok, kadal, ular, dsb. Dalam pengembaraan selanjutnya anak hewan buas tersebut bertemu dengan kelompok hewan jinak dari bangsa banteng.

Anak hewan buas ini tentu tidak berani memangsa anak banteng yang ukuran tubuhnya lebih besar. Sebaliknnya anak banteng tidak mau memangsa anak macan, karena memang bukan pakannya. Mereka malah bersahabat mencari pakannya masing-masing dalam pengasuhan induk banteng yang tidak membedakan antara anak sendiri maupun anak macan tersebut.

Sepenggal kisah dongeng pada jaman dahulu kala yang hanya diceritakan dari mulut kemulut, ibarai kisah jaman kini dalam dunia maya. Dongeng tersebut dapat dijadikan sarana pendidikan dengan berbagai penafsiran yang bijak. Antara lain perbedaan tidak perlu menjadi masalah dalam menentukan sikap dan jalan hidup. Dongeng ini juga menginsipirasi tentang adanya rasa solidaritas, kesetia kawanan sosial dalam berbagai perbedaan.

Kisah dongeng jadul tersebut bukan isapan jempol belaka. Paling tidak sore hari ini Senin 16 Juni 2014 di markas besar Barisan Relawan Jokowi Presiden (Bara JP) 2014 kisah dongeng tersebut menjadi fakta bahkan data di dunia nyata, terjadi dengan sebenar-benarnya.

Adalah seorang bernama Muhammad Harris yang tokoh sentral, elit partai Gerindra, yang juga punya andil besar dalam pendirian partai yang dibina oleh Prabowo Subianto yang notabene adalah calon presiden nomer urut 1. Dalam keanggotaan partai Gerindra, Muhammad Harris mempunyai nomer registrasi 001 dan kartu anggota itu masih terawat rapi ketika diperlihatkan dalam jumpa pers.

Melalui keyakinnan dan keinginan sendiri tanpa ada paksaan dari siapapun Muhammad Haris menyatakan dengan tulus pilihannya, adalah pasangan capres-cawapres Jokowi JK, nomer urut 2. Berbagai alasan panjang lebar didasari logika, data dan fakta konsekuen dan konsisten dengan komitmennya,  beliau memaparkan alasan pilihanhya dan tidak takut meski menanggung resiko berat, bahkan ancaman yang harus dibayar mahal dengan jiwanya sekalipun (ArifinBasyir, baranews.co)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline