Pertumbuhan industri lagu-lagu anak dan regenerasi bintang cilik terasa lamban dan bahkan anak cenderung terlanjur lebih menyukai lagu-lagu remaja dan orang dewasa. Paling tidak isu itulah yang muncul dalam jumpa pers oleh Yayasan Putra Bahagia Jaya (YPBJ), di Teater Jakarta Taman Ismail Marzuki 18 Juni 2014. Keprihatinan terhadap langkanya lagu-lagu anak itu mendorong YPBJ setiap tahun sejak 2007 membuat drama musikal, dengan mengangkat lagu-lagu anak.
Keterpaksaan menghadirkan kembali lagu-lagu anak jaman dulu berharap para musisi tergugah menciptakan lagu-lagu anak yang baru di blantika musik nasional. Selain itu menghimbau kepa para orang tua dan orang-orang dewasa agar turut peduli terhadap keberadaan lagu-lagu bagi anak-anaknya. Paling tidak mengajarkan lagu-lagu lama yang sudah ada, menyanyikan kembali di berbagai kesempatan dan mendongeng tentang tema dari setiap lagu.
Drama musikal yang dipentaskan oleh anak-anak yang terpilih dari alumni angkatan kedua SMP Negeri 18, SMP Negeri 28 dan SMP Muhammadiyah 16 Jakarta, didukung oleh bintang tamu ‘Sarah Si Dul Anak Sekolahan Cornelia Agatha’ dan dipandu oleh Steny Agustaf sebagai master of ceremony. Dari pementasan ini diharapkan tumbuh kepercayaan diri pada anak-anak, terutama anak-anak yang menyaksikan, diantaranya adalah anak-anak dari kepulauan seribu yang akan mengikuti program pengembangan diri semi outbond ‘Life skills’.
Kali ini drama musikal yang mengangkat lagu-agu anak ciptaan Ibu Sud dan AT Mahmud, antara lain adalah Aku Anak Indonesia, Aku seorang Kapiten, Anak Kuat, Bernyanyi Bergembira, Disini Senang Disana Senang, Lagu Gembira, Lagu Brmain dan Awan. Acara ini berlangsung dibawah kendali ibu Tjut Nyak Deviana Daudsjah, sebagai seorang pianist, vocalis, arranger, music professor dan conductor.
Suatu cerita yang mendidik dan menanamkan bahkan mengandung unsur pembelajaran bagi para orang tua dan orang-orang dewasa agar peduli terhadap pengamalan butir-butir Pancasila yang juga sudah banyak dilupakan orang. Dalam hal kehidupan beragama yang harus menjunjung tinggi rasa kesetiakawanan soial, solidaritas antar lintas umat beragama tanpa harus mengorbankan kepentingan masing-masing pemeluknya. Musyawarah dan mufakat untuk mencapaai suatu tujuan.
Bercerita tentang tim basket di sekolah yang anggotanya terdiri dari anak-anak yang mempunyai perbedaan latar belakang keyakinan agama yang dianutnya, tentu dengan perbedaan hari-hari ritual peribadatan masing-masing. Mereka sepakat menambah jam latihan basket dari hari latihan rutin Senin dan selasa setelah jam belajar usai.
Hampir semua hari lain yang ditawarkan untuk menambah jam latihan basket ditolak dengan alasan berbenturan dengan hari ibadah dan kepentingan lain yang terkait ibadah masing-masing anak. Bahkan hampir terjadi pertengkaran emosional yang dipastikan akan mengancam soliditas tim basket yang sudah dengan susah payah dibentuk bersama guru olah raga mereka dan disemangati guru kelas yang diperankan oleh Cornelia Agatha yang tampil centil kocak menghibur anak-anak.
Namun melalui kesadaran masing-masing anak dengan pengarahan nasihat dari guru olah raga dan guru kelas, setelah melalui perdebatan yang cukup panjang dan sengit diantara anak-anak. Akhirnya melalui musyawarah untuk mencapai mufakat diperoleh kesepakatan menambah jam latihan basket. Adalah hari Sabtu pada jam tertentu setelah salah seorang anggota yang muslim mengikuti majelis taklim dan sesudah anggota yang Kristen pergi ke gereja.
Didasari saling pengertian dan kesadaran solidaritas antar lintas umat beragama serta didorong oleh keinginan agar berprestasi, penambahan jam latihan basket disamping jam latihan regular. Dengan niat berlatih dengan seksama bersungguh-sungguh, akhirnya membuahkan hasil yang gemilang ‘tim basket sekolah mereka memenangkan kompetisi dengan memperoleh trofi kejuaraan’
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H