Pernahkah kamu bertanya-tanya mengapa huruf "J" menjadi huruf terakhir yang masuk ke dalam alfabet Latin? Kisah ini sangat menarik dan melibatkan perjalanan panjang dari zaman kuno hingga menjadi bagian penting dari bahasa modern kita.
yuk uji pengetahuanmu:
Pada awalnya, alfabet Latin kuno tidak memiliki huruf "J". Huruf-huruf dalam alfabet Latin berasal dari alfabet Yunani dan Etruska, dan huruf "I" digunakan untuk mewakili suara yang sekarang kita kenal sebagai "I" dan "J". Jadi, kata seperti "Jesus" dan "Julius" pada zaman dahulu ditulis dengan huruf "I".
Selama berabad-abad, cara pengucapan dan penulisan bahasa Latin terus berkembang. Pada Abad Pertengahan, para cendekiawan mulai memperhatikan bahwa huruf "I" sering kali memiliki dua fungsi berbeda, yaitu sebagai vokal dan sebagai konsonan. Untuk membedakan kedua fungsi ini, mereka mulai menggunakan dua bentuk yang berbeda: satu dengan goresan lurus untuk vokal (I), dan satu dengan goresan yang lebih panjang dan melengkung untuk konsonan (J).
Meskipun bentuk "J" sudah digunakan dalam tulisan-tulisan abad pertengahan, huruf ini baru secara resmi diakui sebagai huruf terpisah pada abad ke-16. Seorang cendekiawan Perancis bernama Pierre de la Rame adalah salah satu yang pertama kali mempromosikan penggunaan "J" sebagai huruf terpisah dalam alfabet Latin. Karyanya membantu menyebarkan penggunaan huruf "J" ke seluruh Eropa.
Kini, huruf "J" digunakan di banyak bahasa di seluruh dunia dengan berbagai pengucapan. Dalam bahasa Inggris, "J" biasanya diucapkan seperti dalam kata "jump". Dalam bahasa Spanyol, huruf "J" diucapkan seperti "H" dalam kata "hot". Dalam bahasa Indonesia, "J" diucapkan seperti dalam kata "jalan".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H