Lihat ke Halaman Asli

Gus Dur

Diperbarui: 25 Juni 2015   22:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Memperoleh kesempatan mewawancarai tokoh-tokoh nasional tentu merupakan hal yang menggembirakan bagi wartawan. Demikian juga yang aku rasakan saat menjadi wartawan majalah politik dan gaya hidup MEN’S OBSESSION (2004-2008). Salah satu tokoh yang aku wawancarai adalah KH Abdurrahman Wahid atau yang akrab dipanggil Gus Dur, mantan Presiden RI keempat (1999-2001). Seperti kita ketahui, Gus Dur mengalami kebutaan akibat kecelakaan lalu lintas jauh sebelum terpilih Presiden.

Aku mendapat kesempatan wawancara khusus dengan Gus Dur di rumahnya, Ciganjur, Jakarta Selatan, 7 Maret 2006. Aku diberitahu oleh ajudannya, Gus Dur berkenan menerimaku seusai sholat subuh. Aku berangkat dari rumah pukul 03.40 WIB. Sesampai di kompleks rumahnya pukul 05.00 WIB, lalu sholat subuh di masjid yang terletak di depan rumahnya. Kemudian sekitar pukul 06.00 WIB Gus Dur menerimaku. Dia didampingi dua stafnya.

Sekitar satu jam aku mewawancarainya diselingi guyonannya yang segar. Gus Dur memanggemar bercanda. Salah satu yang diceritakannya adalah pengalamannya saat menjadi Presiden RI dan bertemu dengan Presiden Kuba Fidel Castro di Havana tahun 2000. Gus Dur menerima kunjungan Fidel Castro di kamar hotelnya. Dalam kesempatan itu Gus Dur memberikan pertanyaan pada Fidel Castro, yakni apa perbedaan empat tokoh Indonesia (Gus Dur menyebutkan nama mereka). Fidel Castro menggeleng, tak mengerti apa yang dimaksud Gus Dur. Rupanya Gus Dur memang tak memerlukan jawaban Fidel Castro. Ia lalu bercerita tentang perbedaan keempat tokoh Indonesia tersebut.

Tokoh pertama, kata Gus Dur, banyak anak, sebab isterinya banyak, alias doyan kawin.Sedangkan tokoh kedua didikte anak. Apapun yang diinginkan anak-anaknya pasti dituruti. Lalu, tokoh ketiga dinilai Gus Dur kekanak-kanakan karena memiliki baby face.

Fidel Castro mengangguk-angguk sambil tersenyum. “Lalu, bagaimana dengan tokoh yang keempat?”

Gus Dur dengan penuh semangat menjawab,”Tokoh Indonesia yang keempat ini nyentrik, kalau berjalan dituntun oleh anak-anaknya karena buta.”

Ha ha ha..........

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline