Lihat ke Halaman Asli

Catatan Kenangan Bekerja di Istana Presiden Era SBY

Diperbarui: 17 Juni 2015   16:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1417495306393257640

Selama  tujuh tahun (Oktober 2007 – Oktober 2014) aku bekerja di Istana Presiden di masa kepemimpinan  Presiden  Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Aku ditempatkan di kantor Staf Khusus  Presiden  yang bertugas menyosialisasikan program-program Pemerintah melalui tabloid dan buku. Selain itu juga menangani pengaduan masyarakat kepada Presiden melalui  short  message  service (SMS)  ke  SMS 9949 dan surat melalui PO BOX 9949  JKT  10000. Berikut ini beberapa catatan kenanganku saat bekerja di Istana Presiden.

SBY membawa berkah bagiku dan keluargaku. Terpilihnya SBY sebagai Presiden RI keenam  dalam  Pilpres yang pertama kali langsung dipilih oleh rakyat tahun 2004 berdampak positif terhadap keluargaku. Tahun  2005  SBY mengeluarkan kebijakan mengangkat guru-guru honorer menjadi pegawai negeri. Isteriku yang belasan tahun menjadi guru SD dengan status guru honorer diangkat menjadi pegawai negeri pada tahun 2006. Sebelum  SBY menjadi Presiden,  isteriku  telah  beberapa kali mengikuti tes penerimaan calon pegawai negeri, namun selalu kandas.



Aku (berbaju batik) meliput kegiatan Presiden SBY dan Ibu Negara Ani Yudhoyono dalam peringatan Hari Buruh di Magelang, Jawa Tengah, 1 Mei 2008. (Foto: Abror Rizki/fotografer pribadi Presiden RI)

Tahun  2007 giliranku  yang  mendapat  berkah dari SBY. Pada minggu keempat September 2007  dan  di saat  itu  umat  Islam  menjalankan  ibadah  puasa Ramadhan, aku mendapat telepon dari seorang temanku, Darsum, yang bekerja di Istana Presiden. Darsum memintaku untuk menemuinya di Istana  Presiden besok siang, karena dia akan memberiku pekerjaan yang menarik untuk menambah penghasilan. Pekerjaan  yang  dimaksudnya  adalah  mengelola tabloid Presiden SBY. Dia berpesan agar aku membawa beberapa eksemplar majalah Men’s Obsession, majalah tempatku bekerja, untuk diberikan kepada pimpinannya, Mayjen TNI (Purn) Sardan Marbun, Staf Khusus Presiden Bidang Hukum dan Pemberantasan KKN.

“Saya disuruh oleh Pak Sardan Marbun untuk mencari wartawan yang berpengalaman untuk mengelola tabloid Presiden. Saya merekomendasikan kamu, dan dia ingin bertemu kamu besok siang. Jangan sampai nggak datang lho,” kata Darsum.

“Siap, bos,” kataku sambil tertawa.

Majalah Men’s Obsession milik Usamah Hisyam. Majalah politik dan gaya hidup yang terbit sebulan sekali itu diluncurkan di sebuah hotel di Jakarta, Januari 2004. Peluncuran Men’s Obsession dilakukan oleh SBY yang saat itu menjabat Menko Polhukam. Dalam acara tersebut SBY didampingi  Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi Men’s Obsession Usamah Hisyam dan tokoh pers nasional Surya Paloh.

Men’s  Obsession salah satu anak perusahaan Dharmapena Citra Media atau biasa disebut Dharmapena. Beberapa bulan setelah peluncuran Men’s Obsession, Dharmapena meluncurkan buku biografi SBY yang berjudul  “SBY  Sang Demokrat” yang ditulis oleh Usamah Hisyam dkk.  Peluncuran “SBY Sang  Demokrat” dilakukan  menjelang  Pemilu 2004. “SBY Sang Demokrat” menjadi buku  best  seller tahun  2004,  dan  ikut  andil  mengantarkan  Partai  Demokrat menduduki posisi lima  besar  dengan  meraih  57 kursi DPR setelah Golkar, PDIP, PPP, dan PKB. Pemilu legislatif  yang  digelar  5  April 2004 itu diikuti 24 parpol. SBY yang membidani kelahiran Partai Demokrat tahun 2002.

1417495431942966752

Aku bersalaman dengan Presiden SBY dalam acara halal bihalal di Istana Negara, Senin, 27 Agustus 2012. (Foto: Abror Rizki/fotografer pribadi Presiden RI)

Selain itu “SBY Sang Demokrat” juga makin melejitkan popularitas SBY dan ikut berperan memenangkan  SBY  dalam Pilpres 2004. Prestasi itu diulanginya lagi pada Pilpres 2009. Dengan demikian di era reformasi  SBY adalah orang pertama yang memenangkan dua kali Pilpres secara beruntun.

Pada periode pertama kepemimpinannya, SBY merekrut Abror Rizki, fotografer Men’s Obsession menjadi  fotografer pribadinya. Aku  bersyukur rekanku itu terpilih menjadi fotografer pribadi Presiden. Dan aku pun berobsesi ingin mengikuti jejak Abror bekerja di Istana Presiden. Aku  membayangkan sungguh enak bekerja di Istana Presiden.

Ternyata impianku  bekerja  di  Istana  Presiden  akhirnya  terwujud. Aku menepati janjiku menemui Darsum yang berkantor di gedung Bina Graha yang berada di kompleks Istana Presiden. Darsum  kemudian  memperkenalkan aku kepada Sardan Marbun. Staf Khusus Presiden  yang akrab dipanggil Marbun ini dipercaya oleh SBY mengelola tabloid  Sambung Hati 9949. Marbun mengatakan ia senang membaca artikelku tentang SBY yang dimuat di Men’s Obsession.  Pensiunan jenderal bintang dua ini menanyakan  banyak  hal  tentang  pengalamanku di dunia pers, dan  aku  menjelaskannya dengan  penuh  semangat.  Dia  lalu memintaku  membantunya mengelola Sambung Hati 9949. Selain itu dia  juga  memintaku  membantu  menangani  pengaduan  masyarakat  kepada Presiden  melalui  SMS  ke  SMS 9949 dan surat melalui PO BOX 9949  Jakarta  10000,  serta  menulis   buku  tentang  program-program  pemerintah.

14174954961181707192

Aku dan Staf Khusus Presiden Sardan Marbun, September 2014. (foto: dok.pribadi).

Aku mulai bekerja di Istana Presiden pada Oktober 2007. Aku direkrut bekerja dengan status tenaga perbantuan alias tenaga honorer di Staf Khusus Presiden  Bidang  Hukum  dan  Pemberantasan  KKN pada  periode  Oktober 2007 hingga Oktober 2009. Aku  menduduki  posisi  redaktur  pelaksana  Sambung Hati 9949. Semula tabloid Presiden itu terbit sebulan sekali, dan aku masih bisa merangkap bekerja di Men’s Obsession yang juga terbit sebulan sekali. Namun, ketika Sambung Hati 9949 terbit seminggu sekali sejak April 2008, dan aku sering mendapat tugas liputan ke berbagai daerah, aku kesulitan  membagi  waktu  untuk  Men’s  Obsession. Akhirnya aku memutuskan mengundurkan  diri  dari Men’s Obsession tanggal 1 Mei 2008. Dengan demikian aku bisa fokus bekerja di Istana Presiden.

Aku berpamitan kepada bosku Usamah Hisyam. Dia berpesan agar aku bekerja secara profesional dan menjaga kesehatan.

Pada periode kedua kepemimpinan SBY, Marbun tetap dipertahankan sebagai Staf Khusus  Presiden dan mengelola tabloid Presiden. Kali ini  Marbun menjadi  Staf  Khusus  Presiden  Bidang Komunikasi Sosial. Sementara itu tabloid Sambung Hati 9949 berganti nama menjadi Bertindak Untuk Rakyat. Marbun  mempertahankan aku dengan tetap mempercayaiku sebagai redaktur pelaksana. Selain itu Marbun juga memberiku jabatan Pembantu Asisten Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Sosial atau setingkat pejabat eselon III.

Setelah Abror dan aku, beberapa  teman  dari  Men’s Obsession menyusul bekerja di Istana Presiden, yakni Firmansyah, Eva Andrian, dan Sahrudi Rais.

Staf Khusus Presiden

Dalam periode pertama SBY menjadi presiden (2004-2009) ia memberi nama kabinetnya  adalah Kabinet Indonesia Bersatu (KIB). Selain dibantu  oleh para menteri, SBY juga  dibantu oleh   Staf  Khusus Presiden. Dalam  periode  kedua  kepemimpinannya (2009 – 2014) SBY juga tetap dibantu oleh Staf Khusus Presiden.

Dalam sejarah Republik Indonesia lembaga Staf Khusus Presiden baru ada pada saat SBY menjadi Presiden. Staf Khusus Presiden bersifat operasional, karena menempel kegiatan Presiden 24  jam  lamanya. Staf  Khusus  Presiden  diangkat  oleh Presiden  melalui  Keputusan Presiden. Dalam menjalankan  tugasnya, Staf Khusus Presiden dibantu Asisten Staf Khusus Presiden dan Pembantu  Asisten  Staf  Khusus Presiden. Staf Khusus Presiden mengusulkan pengangkatan Asisten Staf Khusus Presiden dan Pembantu Asisten Staf Khusus Presiden kepada Sekretaris Kabinet. Asisten  Staf  Khusus  Presiden  dan Pembantu  Asisten  Staf  Khusus  Presiden diangkat berdasarkan Surat Keputusan Sekretaris Kabinet.

Kedudukan Staf Khusus Presiden setingkat dengan pejabat eselon I, sedangkan kedudukan Asisten Staf Khusus Presiden setingkat dengan pejabat eselon II, dan kedudukan Pembantu Asisten Staf Khusus Presiden setingkat dengan pejabat eselon III. Staf Khusus Presiden mendapat fasilitas rumah dinas di kompleks Sekretariat Negara, Slipi, Jakarta Barat, dan mobil dinas.

Staf Khusus Presiden, Asisten Staf Khusus Presiden, dan Pembantu Asisten Staf Khusus Presiden mendapat uang tunjangan jabatan dan uang remunerasi dari negara. Selain dibantu Asisten Staf Khusus Presiden dan Pembantu Asisten Staf Khusus,  Staf Khusus Presiden diperbolehkan merekrut personil dengan status tenaga perbantuan. Tenaga perbantuan mendapat honor dari uang pribadi Staf Khusus Presiden.

Pada  periode  pertama  kepemimpinannya,  SBY  mengangkat  tiga  orang pensiunan  mayor jenderal TNI menjadi Staf Khusus Presiden, yakni Sardan Marbun, Irvan Edison, dan Djali Yusuf. Setelah  pensiun  dari  tentara mereka  aktif di Sekoci, salah satu organ tim sukses SBY-JK  pada  Pemilu 2004, Sardan Marbun  yang pernah bertugas di Badan Intelijen Mabes TNI AD,  ditempatkan  sebagai  Staf Khusus Presiden Bidang Hukum dan Pemberantasan KKN. Sedangkan  Irvan  Edison, mantan Gubernur Akademi Militer, menjabat sebagai Staf Khusus Presiden  Bidang  Hankam. Sementara  itu  Djali  Yusuf  menduduki  posisi Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Politik. Mantan Pangdam  Iskandar  Muda ini menggantikan Yenny  Zannuba Wahid, puteri mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Yenny mundur sebagai Staf Khusus Presiden tahun 2007  karena  fokus berkiprah di Partai Kebangkitan Bangsa.

Staf  Khusus  Presiden  lainnya  adalah  Andi Mallarangeng, Dino Patti Djalal, Heru Lelono, dan Kurdi Mustofa. Andi Mallarangeng, pengamat politik  dan  mantan Ketua DPP Partai Persatuan Demokrasi Kebangsaan (PPDK), menjadi  Staf Khusus Presiden Bidang Hubungan Dalam Negeri merangkap Juru Bicara Presiden bidang dalam negeri. Dino, pegawai negeri di Departemen Luar Negeri,  menjadi Staf Khusus Presiden Bidang Hubungan Internasional merangkap  Juru  Bicara  Presiden  bidang  luar negeri. Sementara itu Heru Lelono, mantan  anggota  Badan  Penelitian  dan  Pengembangan  Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (Balitbang PDI-P), diangkat menjadi Staf Khusus Presiden Bidang  Otonomi  dan  Pemerintahan Daerah. Sedangkan Brigjen TNI Kurdi Mustafa ditunjuk sebagai Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Sosial. Selain itu Kurdi juga mengurusi  Majelis  Dzikir  SBY  Nurussalam  sejak  masa  kampanye Pemilu 2004. Majelis zikir ini rutin beraktivitas di Masjid Baiturahim, Istana Kepresidenan, setiap Kamis malam. Majelis zikir ini juga selalu menyambut Presiden ke mana pun berkegiatan karena luasnya jaringan.

September 2008 SBY memecah  lembaga Staf Khusus Presiden Bidang Hukum dan Pemberantasan KKN menjadi dua, yakni Staf Khusus Presiden Bidang Hukum dan Staf Khusus Presiden  Bidang  Pemberantasan  KKN. SBY merekrut  Denny Indrayana, salah seorang pendiri Pusat Kajian Anti Korupsi Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, menjadi Staf Khusus Presiden Bidang Hukum. Sedangkan jabatan Staf Khusus Presiden Bidang Pemberantasan KKN tetap dipegang Sardan Marbun.

SBY memberikan kepercayaan kepada Sardan Marbun mengelola pengaduan masyarakat   melalui  SMS dan surat. Selain itu Marbun juga mengelola tabloid Sambung Hati 9949. Angka 9949 adalah tanggal kelahiran SBY, yakni 9 September 1949. Nomor ini dibuatkan  setelah  nomor  telepon  seluler  Presiden hang karena kebanjiran pesan singkat dalam waktu bersamaan. Rakyat  tahu  nomor  telepon  seluler  Presiden  setelah  SBY menyebutkan dan disiarkan media massa saat berdialog dengan ribuan petani di Waduk Jati Luhur, Purwakarta, Jawa Barat, tahun 2006.

Marbun mengolah dan mengklarifikasi pengaduan masyarakat ke SMS 9949 dan PO BOX 9949 untuk  dilaporkan  ke  Presiden. Presiden ingin menangkap aspirasi rakyat melalui SMS dan surat. Sementara itu tabloid Sambung  Hati 9949 pertama  kali  terbit pada September 2007. Semula terbit sebulan sekali, lalu terbit dua minggu sekali, dan pada periode September 2008 – Oktober  2009 terbit seminggu sekali. Isinya tentang sosialisasi program-program pemerintah. Tabloid ini dibagikan gratis kepada masyarakat. Saat SBY melakukan tugas di berbagai daerah, tabloid ini dibagikan dalam acara-acara tersebut dan dibagikan kepada masyarakat di daerah setempat.

Sambung  Hati 9949 terbit  24  halaman, memuat kegiatan Presiden SBY di dalam negeri dan di luar negeri, serta memuat hasil liputan anak buah Marbun di berbagai daerah. Dalam melakukan liputan  anak  buah  Marbun  dibekali surat  penugasan  resmi  sebagai Asisten  dan Pembantu Asisten  Staf Khusus  Presiden  Bidang  Hukum  dan Pemberantasan KKN yang ditujukan kepada gubernur dan bupati/walikota. Tabloid ini memuat wawancara dengan rakyat yang menerima manfaat program-program pemerintah.

Kegiatan-kegiatan  Presiden  SBY  juga  dipublikasikan di situs  www.presidenri.go.id. Portal ini dikelola Staf Khusus Presiden Bidang Hubungan Dalam Negeri yang dikomandoi Andi Mallarangeng.

Dalam periode kedua kepemimpinannya tahun 2009 - 2014, SBY tetap dibantu Staf Khusus Presiden. Sardan Marbun, Heru Lelono, dan Denny Indrayana tetap dipertahankan. Sardan Marbun  menduduki  jabatan  Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Sosial. Ia tetap dipercaya mengelola SMS 9949 dan PO BOX 9949. Juga tetap mendapat amanah mengelola tabloid resmi Istana Presiden yang  berganti  nama  dari  Sambung  Hati 9949 menjadi Bertindak Untuk Rakyat, dan terbit seminggu sekali. Perubahan nama tabloid tersebut atas instruksi SBY, karena SBY tidak mau dikultuskan dengan angka 9949. Heru Lelono menduduki posnya yang baru sebagai Staf Khusus Presiden Bidang Informasi dan Hubungan Masyarakat. Denny Indrayana ditunjuk sebagai Staf Khusus Presiden Bidang Hukum dan Pemberantasan KKN. Namun, Denny tak sampai menuntaskan jabatannya tersebut, karena pada tanggal 19 Oktober 2011 diangkat menjadi Wakil Menteri Hukum dan HAM. Setelah  kepergian Denny lembaga Staf Khusus Presiden Bidang Hukum dan Pemberantasan KKN dihapus.

Yang tidak lagi duduk dalam jabatan Staf Khusus Presiden adalah Irvan Edison, Djali Yusuf, Andi Mallarangeng, Dino Patti Djalal, dan Kurdi Mustofa. Irvan dan Djali terpental. Sedangkan Andi diangkat menjadi Menteri Pemuda dan Olahraga, dan Dino Patti Djalal diangkat menjadi Duta Besar RI di Amerika Serikat. Sementara itu Kurdi dikembalikan ke Mabes TNI.

Beberapa wajah baru tampil di lingkar dalam Istana Presiden, yakni Andi Arief, Ahmad Yani Basuki, Julian Aldrin Pasha, Daniel Sparringa, Teuku Faizasyah, Jusuf Gunawan, Velix Wanggai, Firmanzah, dan Haryanto. Andi Arief, aktivis dan mantan pendiri Partai Rakyat Demokratik, serta korban penculikan tahun 1998, dipercaya menjadi Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana Alam. Ahmad Yani Basuki, mantan Kepala Bidang Penerangan Umum Puspen TNI, diangkat menjadi Staf Khusus Presiden Bidang Publikasi dan Dokumentasi. Pada awal menjadi Staf Khusus Presiden, November 2009, pangkatnya adalah kolonel, lalu tahun 2013 menjadi mayor jenderal.

Sementara itu Julian Aldrin Pasha menggantikan Andi Mallarangeng sebagai Juru Bicara Presiden Bidang Dalam Negeri. Sebelumnya Julian adalah Wakil Dekan FISIP Universitas Indonesia. Wajah baru lainnya adalah Daniel Sparringa yang menduduki posisi Staf Lhusus Presiden Bidang Komunikasi Politik. Daniel dikenal sebagai pengamat politik  dan dosen di Universitas Airlangga, Surabaya. Daniel dipercaya mengelola  situs  www.presidenri.go.id. Wajah baru lainnya adalah Teuku Faizasyah yang menjadi Staf Khusus Presiden Bidang Luar Negeri merangkap Juru Bicara Presiden. Sebelumnya Faizasyah adalah Juru Bicara Departemen Luar Negeri.

SBY juga memberikan kepercayaan kepada seorang pengusaha, Jusuf Gunawan, menjadi Staf Khusus Presiden Bidang Pangan dan Energi. Jusuf adalah kerabat bos Sinar Mas Group. Pada pertengahan tahun 2013 Jusuf mengundurkan diri, dan digantikan Hariyanto. Sebelumnya Hariyanto menjabat Wakil Sekretaris Pribadi Presiden.

Sementara itu Velix Wanggai, putera Papua dan Direktur Eksekutif The Institute for Regional Institusions and Networks (IRIAN Institute), sebuah lembaga swadaya masyarakat yang fokus pada berbagai persoalan di Papua, ditunjuk menjadi Staf Khusus Presiden Bidang Otonomi Daerah.

Pada Juni 2012 SBY mengangkat Firmanzah sebagai Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi. Sebelumnya Firmanzah menjabat Dekan Fakultas Ekonomi UI. Firmanzah dikenal sebagai penulis yang produktif.

Tiga Kali Pindah Kantor

Lingkaran dalam Presiden SBY dari unsur Staf Khusus Presiden pada periode 2004 – 2009 terdiri  dari Staf Khusus Presiden Bidang Hukum dan Pemberantasan KKN, Staf Khusus Presiden  Bidang  Hankam, Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Politik, Staf Khusus Presiden  Bidang  Hubungan  Dalam  Negeri  merangkap  Juru Bicara Kepresidenan, Staf Khusus  Presiden  Bidang  Hubungan  Internasional  merangkap  Juru  Bicara  Kepresidenan, Staf  Khusus  Presiden  Bidang  Otonomi  dan  Pemerintahan  Daerah,  dan Staf  Khusus Presiden Bidang Komunikasi Sosial. Para Staf Khusus Presiden berkantor di Gedung Bina Graha, kecuali Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Sosial yang menempati kantor di samping Istana Negara.

Bina Graha tempat berkantor Presiden Soeharto pada periode 1970-1998. Setelah Soeharto lengser  keprabon  tanggal  21 Mei 1998, Wakil Presiden BJ Habibie naik kelas menjadi Presiden. BJ Habibie memanfaatkan Bina Graha sebagai kantor kepresidenan. Pengganti BJ Habibie, yakni  Presiden  KH  Abdurrahman  Wahid alias  Gus Dur, juga berkantor di Bina Graha  tahun 1999-2001. Pada masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputeri (2001-2004), Bina Graha dijadikan museum dan sanggar seni. Megawati memilih Istana Negara sebagai kantornya.

Pada masa pemerintahan SBY, Bina Graha dijadikan kantor Staf Khusus Presiden, Utusan Khusus  Presiden, dan Unit  Kerja  Presiden  Pengelolaan  Program dan Reformasi (UKP3R). Staf  Khusus Presiden  dan UKP3R menempati ruangan di lantai dua, sedangkan Utusan Presiden menempati ruangan di lantai satu.

Bekas  ruangan  kerja Soeharto berada di lantai dua yang dipakai untuk ruangan kerja Juru Bicara Kepresidenan Andi Mallarangeng dan stafnya. Di ruangan itu Andi dan stafnya mengelola  situs  kepresidenan  www.presidenri.go.id.  Di  sebelah  ruangan Andi adalah ruangan  Staf  Khusus  Presiden Bidang Hukum dan Pemberantasan KKN. Di ruangan inilah aku dan teman-teman menggarap tabloid Sambung Hati 9949, mendalami pengaduan masyarakat  kepada  Presiden  melalui  SMS 9949 dan PO BOX 9949, serta menulis buku tentang program Presiden SBY.

Tahun  2008  Bina  Graha  direnovasi. Kantor Staf  Khusus  Presiden  pindah ke gedung di samping Bina Graha yang dulu adalah kantor Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Jl. Veteran  III. Staf  Khusus  Presiden  berkantor di  eks  gedung  KPK  tahun 2008-2010, lalu tahun  2011 pindah  lagi  ke  gedung  Kerjasama  Teknik Luar Negeri (KTLN) Sekretariat Negara yang persis di seberang eks gedung KPK. Sementara  itu  eks  gedung KPK dipakai untuk kantor Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) dan Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4).

Tahun 2010 Bina Graha rampung direnovasi. Di gedung itu terdapat ruangan kerja Presiden SBY, Wakil Presiden Boediono, dan Staf Khusus Presiden. Dengan demikian Staf Khusus Presiden mempunyai ruangan kerja di Bina Graha dan di eks Gedung KTLN. Sardan Marbun yang ditunjuk sebagai Koordinator Staf Khusus Presiden pada periode 2009-2014 rutin  mengadakan  rapat  dengan seluruh Staf Khusus Presiden di ruang rapat lantai 1 Bina Graha. Aku  dan  staf-stafnya yang  lain secara bergiliran mendampingi Marbun dalam rapat-rapat tersebut.

Berkeliling Indonesia

Sejak bekerja di Istana Presiden aku mendapat kesempatan berkeliling  Indonesia untuk meninjau  berbagai  pembangunan  infrastruktur  dan  program-program  pro rakyat, serta meliput kegiatan Presiden SBY. Sebagian besar kota/kabupaten di Pulau Jawa telah aku kunjungi. Di  Sumatera Utara  aku pernah  mengunjungi  Kota Medan dan  Kabupaten Karo. Di Provinsi  Jambi  daerah-daerah  yang  telah  aku  kunjungi adalah Kota Jambi, Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, dan Kabupaten Bungo.

Di  Provinsi  Kepulauan  Riau  aku  pernah  melakukan  kunjungan kerja di Kota Tanjungpinang,  Kota Batam, dan Kabupaten Karimun. Di Provinsi Sumatera Selatan aku pernah mengunjungi  Kota Palembang, Kabupaten Banyuasin, Kabupaten Musi Banyuasin, Kabupaten  Musi Rawas, dan Kota Lubuklinggau. Di  Provinsi Bengkulu  aku baru mengunjungi  satu daerah, yakni Kota Bengkulu. Di Provinsi Lampung aku pernah mengunjungi  Kota Bandar  Lampung,  Kabupaten Lampung Tengah, Kabupaten Lampung Utara, dan Kabupaten Lampung Barat.

Di  Provinsi Kalimantan Timur baru satu daerah yang aku kunjungi, yakni Kota Balikpapan. Sedangkan di Provinsi Kalimantan Selatan aku telah mengunjungi Kota Banjarmasin, Kota Banjarbaru, Kabupaten Tanah Bumbu, dan Kabupaten Tanah Laut.

Di  Provinsi  Bali aku pernah mengunjungi Kota Denpasar dan Kabupaten Jembrana. Di Provinsi Sulawesi Selatan aku pernah mengunjungi Kota Makassar, Kabupaten Gowa, Kabupaten Takalar, dan Kabupaten Bantaeng. Di Kabupaten Sulawesi Utara daerah-daerah yang pernah aku  kunjungi adalah Kota Manado, Kabupaten Minahasa Utara, dan Kota Bitung.

Daerah  yang  terjauh  yang  pernah aku kunjungi adalah Kabupaten Manokwari dan Kota Sorong di Provinsi Papua Barat. Selain itu aku juga  melakukan kunjungan kerja di Kota Jayapura dan  Kabupaten Jayapura. Saat melakukan kunjungan kerja di Kota Jayapura, 15-21 April 2013, aku menyempatkan waktu berwisata ke Desa Wutung, Papua New Guinea, yang berbatasan dengan Desa Skouw, Distrik (Kecamatan) Muara Tami, Kota Jayapura. Tidak perlu membawa paspor dan visa untuk berwisata ke negara tetangga tersebut.

SBY Terkejut

Saat  berkantor di  Bina Graha dan eks Gedung KPK aku sering sholat Jumat di Masjid Baiturrahim  yang berada di Kompleks Istana Presiden. Presiden SBY pun sering sholat di masjid  yang terletak di samping  Istana  Merdeka tersebut. Yang sholat Jumat adalah pejabat dan staf di lingkungan Istana Presiden, Sekretariat Negara, dan Sekretariat Kabinet, serta masyarakat umum. Karena  masjid tidak mampu menampung semua jamaah, maka sebagian besar jamaah sholat di halaman masjid.

Momentum  yang  sangat dinanti-nantikan para jamaah adalah apabila SBY sholat Jumat. Mereka  berlomba-lomba untuk  bersalaman  dan  mencium  tangan SBY. Beruntung bagi jamaah yang mendapat tempat di dalam masjid dan dekat SBY, karena mudah bersalaman dengan SBY. Sebaliknya bagi jamaah yang sholat di halaman masjid belum tentu dapat bersalaman dengan SBY. Sebab, seusai sholat anggota Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) menyuruh jamaah meninggalkan lokasi masjid. Namun, ada juga anggota Paspampres  yang  mengizinkan  jamaah di halaman masjid  bersalaman dengan SBY, tapi  hanya dibatasi 10-15 orang. Jamaah yang telah diseleksi disuruh berbaris.

Ada sebuah peristiwa menarik yang terjadi pada pertengahan Juli 2008. Saat itu SBY sholat Jumat di Masjid Baiturrahim. Seusai sholat SBY menyalami para jamaah di dalam masjid. Selanjutnya SBY yang didampingi ajudan, anggota Paspampres, dan Andi Mallarangeng, melangkah ke luar masjid untuk menyalami 15 orang jamaah yang berdiri di halaman masjid. Satu-persatu  jamaah itu  disalaminya. Dan, setelah menyalami jamaah nomor urut 6, tiba-tiba SBY  berbalik  lagi  ke  seorang  jamaah  nomor urut 4. SBY merasa terkejut karena ia menyadari  ada  sesuatu yang aneh saat bersalaman dengan jamaah nomor urut 4. SBY merasakan tangan kanan jamaah nomor urut 4 keras. SBY langsung memperhatikan tangan kanan jamaah nomor urut 4. Andi Mallarangeng yang berdiri di samping SBY berbisik pada SBY,”Maaf, Bapak, dia pegawai baru. Tangan kanannya cacat, dan dia memakai tangan palsu. Ruangan kerjanya di samping ruangan kerja saya.”

Mendengar  bisikan Andi itu SBY mengangguk. Lalu dia menebarkan senyum dan memeluk jamaah nomor  urut  4 itu. “Tolong bekerja dengan baik ya?” kata SBY.

“Siap, Bapak Presiden,” jawab jamaah nomor urut 4 dengan gugup. Ia jelas gugup karena tak menyangka SBY menyapanya.

“Nanti kita ketemu, ngobrol-ngobrol,” kata SBY lagi.

“Terima kasih, Bapak Presiden,” kata jamaah itu.

SBY Mengulangi Penjelasan Materi Rapat

Salah  satu  peristiwa  yang  tidak  mudah  aku  lupakan  adalah  saat diundang rapat oleh SBY di Istana  Negara pada pertengahan Oktober 2008. Aku lupa hari dan tanggalnya. SBY mengundang rapat sejumlah pejabat dan pegawai pada beberapa Staf Khusus Presiden yang tergabung dalam tim penulis buku pukul 15.00 WIB.

Pagi itu aku  melakukan  liputan di Bekasi, dan berencana ke kantor siang hari. Sekitar jam 09.00  WIB  seorang  teman  meneleponku, memberitahu rapat dengan SBY dimajukan jam 10.00 WIB. Waduh, aku terperanjat. Aku buru-buru naik bus menuju ke Istana Presiden. Namun, jalan tol macet luar biasa, dan aku baru tiba di Istana Presiden pukul 12.00 WIB.

Aku nekad ke Istana Negara, dan memberitahu anggota Paspampres bahwa aku terlambat menghadiri rapat. Aku disuruh menunggu di ruang tamu. Di sebelah ruang tamu adalah ruang rapat di mana SBY tengah memberikan arahan. Di samping ruang tamu terdapat dinding, sehingga  aku  tidak  bisa  melihat  suasana  di  ruang  rapat. Seorang anggota Paspampres masuk  ke  ruang  rapat, dan beberapa saat kembali ke ruang tamu. “Ditunggu sebentar ya, Pak?” katanya dengan ramah.

“Terima kasih, Pak,” kataku.

Hampir  setengah  jam  aku  berada di ruang tamu dengan hati gelisah. Di ruang rapat tiba-tiba terdengar  suara SBY yang  kemudian  diikuti suara tawa para peserta rapat. Anggota Paspampres yang menjagaku kemudian dipanggil masuk ke ruangan rapat. Ia kembali dengan cepat ke ruang tamu dan mengatakan,”Bapak Presiden berkenan bertemu Pak Arif.”

Didampingi  anggota  Paspampres  itu  aku menuju ke  ruangan  rapat. SBY dan Ibu Negara Ani Yudhoyono  berdiri  menyambut  kedatanganku. “Assalamu ‘alaikum Bapak Presiden dan Ibu,” kataku sambil menyalami SBY dan Ibu Ani.

“Wa ‘alaikum salam,” jawab SBY, Ibu Ani, dan para peserta rapat.

SBY mempersilakan aku duduk di sampingnya. Aku kikuk duduk di samping SBY.

“Pak  Arif,  tadi  hampir  satu  jam  saya  memberikan  materi buku tentang program-program pro rakyat. Sekarang  saya  ulangi  lagi  menjelaskan  materi itu ya?” kata SBY sambil tersenyum.

Aku terkejut, tapi tidak bisa ngomong apa-apa. Hampir sejam SBY menjelaskan arahannya untuk materi buku.

Seusai rapat kami meninggalkan Istana Negara. Dalam perjalanan menuju ke ruang kerja, pimpinan  dan  teman-temanku  tak  henti-hentinya membicarakan rapat dengan SBY dan tentang diriku. “Kamu   datang terlambat, Pak SBY masih mau menerima kamu. Tadi  waktu  kami  datang  Pak SBY hanya menyalami kami dan mempersilakan kami duduk. Pak SBY sama sekali tidak menyebut nama kami. Hal ini beda dengan kamu. Pak SBY menyebut namamu, menyuruhmu duduk di sampingnya. Dan beliau mau mengulangi lagi menjelaskan materi rapat,” kata salah seorang pimpinanku, Brigjen TNI (Purn), Asisten Staf Khusus Presiden RI Bidang Hukum dan Pemberantasan KKN.

Aku cuma nyengir.

Meninggalkan Istana Presiden

Senin, 20 Oktober 2014, suksesi kepemimpinan nasional dari Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kepada Joko Widodo (Jokowi) berlangsung lancar. Hari itu SBY  secara resmi lengser keprabon. Penggantinya, Jokowi, diharapkan membawa Indonesia menjadi lebih baik lagi.

Bersamaan berakhirnya masa jabatan SBY, berakhir pula masa jabatan para menteri dan Staf Khusus Presiden. Aku yang  duduk  di lembaga Staf Khusus Presiden juga ikut meninggalkan Istana Presiden. Sebenarnya terasa berat meninggalkan Istana Presiden, namun apa boleh buat kenyataan itu tidak bisa kuhindari.

Setelah  masa  tugasku di Istana Presiden berakhir, aku kembali bekerja di Dharmapena Citra Media. Selain menerbitkan majalah Men’s Obsession dan buku biografi tokoh-tokoh nasional, Dharmapena juga mengembangkan sayap usahanya dengan menggarap situs www.obsessionnews.com, event organizer, konsultan media, dan lembaga riset. Aku diberi kepercayaan mengelola  situs www.obsessionnews.com, dan juga sebagai penulis iklan. (*)

Rujukan Artikel: www.obsessionnews.com




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline