Lihat ke Halaman Asli

ariffikri

Mahasiswa

Label "SDM Rendah" sebagai Serangan terhadap Personal: Sebuah Budaya Kritik Tidak Bermoral yang Mulai Mendarah Daging

Diperbarui: 5 Desember 2024   21:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Istilah SDM rendah kini sudah mulai sering digunakan sebagai alat untuk menyerang individu secara personal, terutama di media sosial. Kritik seharusnya memiliki fungsi sebagai sarana yang membangun malah berubah menjadi senjata untuk merendahkan seseorang. Fenomena ini tentu tidak hanya merusak suasana diskusi yang sehat, tetapi juga menimbulkan dampak perpecahan di tengah masyarakat.

Media sosial memang memudahkan siapa saja untuk menyampaikan pendapat secara bebas. Namun, kebebasan ini seringkali disalahgunakan oleh sebagian orang. Beberapa Istilah seperti "SDM rendah" kerap dituduhkan kepada seseorang tanpa memiliki alasan yang jelas, hanya karena permasalahan kecil saja.

Selain itu, penggunaan istilah ini membuktikan kurangnya etika dan empati pada masyarakat. Semua orang tidak memiliki latar belakang yang sama baik dari segi pendidikan ataupun dari materi lainnya. Melabeli seseorang dengan istilah seperti "SDM rendah" adalah suatu tindakan yang sangat tidak sopan dan tidak bermoral.

Efek dari serangan personal ini pun tidak main-main. Individu yang diserang menggunakan istilah SDM rendah sering kali kehilangan rasa percaya diri, merasa minder. Budaya seperti ini menciptakan lingkungan yang tidak sehat, di mana orang akan menjadi lebih takut untuk dikritik.

Untuk mengatasi masalah ini, ada beberapa langkah yang bisa diambil seperti:

1. Dengan meningkatkan literasi digital. Edukasi tentang cara berkomunikasi secara bijak dengan berlandaskan etika dan moral di ruang publik harus menjadi hal yang utama, agar media sosial tidak lagi menjadi tempat untuk saling menyerang secara personal.

2. Melakukan edukasi tentang kritik dengan tujuan untuk mengembalikan pada esensinya, yaitu memberikan masukan yang membangun. Kritik yang baik bukan untuk menjatuhkan atau menyerang seseorang, melainkan untuk membantu orang lain memperbaiki kekurangan mereka. Dengan begitu, suasana diskusi akan lebih sehat dan fokus pada solusi.

3. Berusaha membiasakan diri untuk selalu menghargai setiap usaha orang lain, sekecil apa pun itu. Mengapresiasi usaha orang lain dapat memberikan motivasi kepada mereka untuk terus berkembang.

Fenomena serangan personal dengan istilah SDM rendah adalah cerminan dari mulai adanya degradasi etika dan moral budaya kritik di masyarakat kita. Jika fenomena ini terus dibiarkan, hal ini hanya akan menjadi perpecahan di masyarakat. Sudah saatnya kita menghentikan kebiasaan menyerang personal dan mulai membangun budaya kritik yang sehat dengan berlandaskan pada etika dan moral.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline