Lihat ke Halaman Asli

Arif Budi Setiawan

M.Psi., Psikolog

Kalau Overthinking, Apa yang Harus Aku Lakukan?

Diperbarui: 3 Mei 2021   13:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi overthinking sumber gambar : https://majalahsunday.com/selamat-tinggal-overthinking/

Permasalahan pada orang saat ini sering kita dengar dengan istilah overthinking. Seperti memikirkan hal yang membuat gangguan tidur dan bahkan sampai mengurangi produktivitas.

Overthinking dikaitkan dengan memikirkan hal yang remeh temeh akan tetapi cukup mengganggu. Misalnya memikirkan mana yang lebih dahulu lahir? Ayam atau telur?

Selain memikirkan hal yang sepele, orang yang sedang overthinking juga bisa memikirkan hal yang begitu berat hingga membuat suasana hati menjadi tidak menentu. Ini adalah overthinking yang lebih kompleks lagi.

Overthinking yang lebih kompleks hingga mengganggu kegiatan sehari-hari dapat dikategorikan dalam bentuk distorsi kognisitf. Dalam psikologi, Distorsi kognitif adalah kondisi yangmencirikan pikiran depresif tentang kehidupan sehingga mengalami masalah dan memiliki gambaran tertentu terhadap masalahnya tersebut. 

Overthinking yang lebih kompleks ini sudah memikirkan hal berupa mengabaikan kekuatan yang dimiliki oleh diri sendiri, berfokus pada kesulitan hidup, pandangan masa depan suram, merasa mampu "membaca pikiran" orang lain, berpikir secara "tidak adil", memegang aturan "aku harus......", dan pikiran menjadi ekstrim (Asyanti, 2019).

Ilustrasi overthinking, sumber gambar hot.liputan6.com

Distorsi kognitif berupa (Asyanti, 2019), secara psikologis dapat dikategorikan dalam 11 kelompok. 11 kelompok distorsi kognitif (overthinking yang lebih kompleks) sebagai berikut :

1. Pola pikir dikotomi : Memandang sesuatu secara hitam putih, dan tidak ada hal yang bersifat abu-abu
2. Over generalization : Mengambil kesimpulan umum secara cepat berdasar satu kejadian saja
3. Mental filter : Fokus pada detil negatif, menetap, dan makin menguat.
4. Magnification or minimization : Membesarkan hal negatif dan mengecilkan hal yang positif
5. Discounting the positive :  Pengalaman, perilaku, kualitas yang positif tidak diperhitungkan dan dianggap tidak ada
6. Mind reading : Membuat kesimpulan berdasarkan apa yang dipikirkan orang lain hanya berdasar perilaku tanpa melakukan pengecekan
7. The fortune telling error : Mengantisipasi hal buruk dan bersikap seolah itu fakta
8. Emotional reasoning : Hanya mempertimbangkan "baik" menurut perasaan , bukan berdasar bukti nyata.
9. Rigid rule (perfectionism) : Pikiran kaku tentang bagaimana seharusnya perilaku, estimasi buruk berlebihan jika ekspektasi tidak terpenuhi
10. Personalisasi : Melihat diri secara negatif sebagai penyebab kejadian eksternal
11. Mislabelling : Memberi label negatif secara berlebihan pada orang lain. Merupakan bentuk ekstrim dari magnification & minimization.

Distorsi kognitif yang membuat kita menjadi over thinking secara ekstrim tersebut membuat kecemasan tersendiri. Penanganan kecemasan dalam psikoterapi identik dengan menggunakan metode Cognitive Behavior Therapy. Sebelum fokus pada terapi yang berbasis kognitif atau perubahan cara pikir, perlu membuka pikiran dan perasaan dengan cara merelaksasi tubuh dan pikiran. Teknik ini biasa disebut sebagai teknik coping untuk mengasi permasalahan terkait overthinking (distorsi kognitif). Teknik coping adalah cara untuk mengatasi atau mengendalikan situasi atau masalah yang dialami dan dipandang sebagai hambatan serta ancaman yang membuat diri kita menjadi kurang baik.

Ilustrasi relaksasi, sumber gambar https://nova.grid.id/read/05887876/mudah-dilakukan-ini-5-teknik-relaksasi-yang-efektif-redakan-stres?page=all

Berikut teknik coping menurut Tull et al (2016) untuk mengatasi kecemasan (overthinking atau distorsi kognitif) :

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline