Lihat ke Halaman Asli

Arifatul azizah

Mahasiswa UIN KHAS Jember

14 Hari Belajar di Rumah, Guru Belum Siap Sepenuhnya

Diperbarui: 22 Maret 2020   11:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Untuk mencegah penularan yang lebih luas oleh virus covid 19 atau lebih dikenal dengan corona, maka sekarang diberlakukan kebijakan untuk bekerja, belajar, ibadah di rumah. Namun, bukan berarti bekerja dan belajar di rumah dianggap sebagai liburan. Presiden Jokowi menghimbau agar masyarakat tetap berada di dalam rumah, jika tidak ada kepentingan yang sangat penting di luar rumah selama 14 hari.

Sekolah-sekolah sekarang diliburkan selama 14 hari. Dan diganti dengan sistem belajar online atau yang lainnya. Agar para peserta tidak terlalu sering keluar rumah dan menghindari keramaian yang bisa saja memungkinkan penyebaran virus corona. Karena sekolah diliburkan akhirnya guru-guru kalang kabut dan kebingungan bagaimana mengatasi hal yang demikian.

Kemudian para guru memberikan PR atau tugas untuk dikerjakan di rumah, agar peserta didik belajar di rumah selama 14 hari. Tetapi para guru memberikan tugas atau PR pada para peserta didik melebihi batas wajar. Alhasil para peserta didik mengeluh karena terlalu banyak tugas. 

Tidak hanya peserta didik yang mengeluh, tetapi orang tua dari peserta didik juga ikut mengeluh karena banyaknya tugas yang diberikan kepada anak-anaknya. Ada beberapa peserta didik yang tidak mau mengerjakan tugasnya karena alasan terlalu banyak dan membuat pusing, akhirnya orang tua yang ikut mengerjakan tugas mereka.

Sudah seharusnya para speserta didik diberi tugas, karena ini memang bukan libur tetapi belajar di rumah. Namun, dalam memberi tugas sewajarnya saja. Jangan terlalu memberatkan peserta didik. Jika satu guru memberi tugas yang banyak, kemudian guru lain juga memberikan tugas yang banyak. Peserta didik bisa saja menjadi depresi karena terlalu banyak tugas.

Guru bisa mengganti tugas yang banyak dengan tugas yang lebih ringan. Misalnya, memberi tugas kepada peserta didik untuk membaca buku pelajarannya setiap hari dan menulis atau meresum apa yang mereka baca. Dengan menyuruh peserta didik membaca akan membuat  menjadi terbiasa membaca bukunya. Karena masyarakat Indonesia memiliki minat baca yang rendah. Guru dan orang tua harus bisa bekerja sama dalam mengawasi peserta didik. Agar tugas yang diberikan pada peserta didik dapat terlaksana dengan semestinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline