Memulai tapak dari tiga arah -Paris, Jakarta dan Surabaya- tim kami yang beranggotakan 12 orang memulai perjalanan menyusuri salah satu keindahan alam terbesar Nusantara, Labuan Bajo.
Ini adalah catatan perjalanan saya, Rachmad Ari Fattah dan team dalam mengulik pesona yang indah nian di ujung tenggara Indonesia. Dengan latar belakang kami pun yang berbeda-beda, ada yang berprofesi sebagai Pramugari, Arsitek, Pengusaha, Videografer, Developer dan lain sebagainya kita memulai petualangan tak terlupakan. Labuan Bajo, adalah pintu masuk menuju ratusan obyek wisata yang indah di Nusa Tenggara. Hampir sebagian besar para pelancong adalah turis luar negeri, sebab tempat ini sudah termasyur sebagai destinasi apik selain Bali.
Bukan hanya keindahan alam saja, melainkan juga kemegahan adat dan budayanya. Kain tenun Manggarai merupakan legacy yang agung, tak ada sekolah menenun, cara membuat kain tenun dan pewarnaannya, semua diwariskan secara turun menurun. Berada disana seakan kami melakukan perjalanan waktu. Dengan suasana yang khidmat, kami bencengkrama dengan akrabnnya. Penenun ini adalah saksi hidup bagaimana harta karun nusantara nampak nyata didepan mata.
Keriangan hati dari wajah anak-anak Suku Manggarai membuat lupa waktu, keasyikan akan canda yang tulus membuat diri ini seolah ingin tinggal lebih lama lagi. Pendar mata yang jernih itu seakan menyapa kami dengan hangat seakan menampakkan budi hati yang baik belum tercemar akan rasa kebencian hanya karena kita berbeda.
Kesederhanaan hidup adalah kemewahan bagi kami yang terbiasa akan riuh ramai kebisingan kota. Malah menciptakan damai di hati. Ibu pertiwi seakan memanggil kami untuk datang kesini. Menakjubi keselarasan hidup berdampingan dengan alam dan saling asih dengan orang sekitar.
Catatan ini akan saya buat menjadi beberapa series, mengingat kesan yang mendalam akan pesona alam jantung Pulau Manggarai tak terhitung banyaknya. Semestinya warisan ini tak hanya saya nikmati seorang namun juga merupakan bahagian dari kekayaan bangsa Indonesia.