Lihat ke Halaman Asli

AArdi

buruh

Kutukan Buku Tua

Diperbarui: 16 Juli 2024   06:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Edo seorang mahasiswa tahun kedua jurusan Sastra di Universitas Bumilangit. Dikenal sebagai kutu buku sejati, Edo sering menghabiskan waktu berjam-jam di perpustakaan kampus yang luas dan kuno, mencari referensi untuk tugas-tugasnya.

Perpustakaan kampus ini adalah sebuah bangunan megah dengan arsitektur neo-gotik yang berdiri kokoh sejak abad ke-19. Bangunan ini memiliki menara tinggi yang menjulang di sudutnya, memberikan kesan anggun dan menakutkan sekaligus. Dinding-dindingnya terbuat dari batu bata merah dengan jendela-jendela kaca patri yang menampilkan berbagai adegan mitologis dan sejarah kampus.

Saat Edo melangkah masuk, suara derit pintu kayu tua menyambutnya. Udara di dalam perpustakaan selalu terasa sejuk dan sedikit lembab, dengan aroma khas buku-buku tua yang memenuhi setiap sudut ruangan. Langit-langitnya yang tinggi dihiasi dengan balok-balok kayu gelap yang berukir rumit, menambah nuansa misterius dan megah.

Rak-rak buku yang menjulang tinggi hingga hampir mencapai langit-langit, dipenuhi dengan ribuan buku dari berbagai zaman dan genre, menciptakan labirin pengetahuan yang menunggu untuk dijelajahi. Lampu-lampu gantung bergaya klasik menggantung dari langit-langit, memancarkan cahaya kuning hangat yang memberikan suasana tenang dan kondusif untuk membaca.

Di sudut-sudut tertentu, terdapat meja-meja kayu besar dengan kursi-kursi empuk yang mengundang pengunjung untuk duduk dan tenggelam dalam bacaan mereka. Di salah satu sudut yang jarang dijamah, terdapat rak buku yang terlihat lebih tua dan berdebu daripada yang lain. Di sinilah Edo menemukan buku tua yang tersembunyi, dengan sampul kulit berdebu dan tanpa judul, yang menarik perhatiannya.

Tanpa ragu, Edo mengambil buku itu dan membawanya ke meja bacanya. Ia membuka halaman pertama yang sudah menguning dan mulai membaca. Kata-kata yang tertulis dalam bahasa kuno itu terasa aneh, namun Edo merasa tertarik untuk terus membacanya. Tidak lama setelah itu, ia mulai merasakan keanehan. Bayangan gelap muncul di sudut matanya, suara-suara berbisik di telinganya, dan mimpi buruk yang semakin hari semakin nyata.

Apa yang terjadi padaku? pikir Edo. Apakah ini hanya imajinasi belaka? Atau mungkin ada sesuatu yang lebih dari sekadar buku tua ini? Edo mencoba mengabaikan perasaan tidak nyaman itu, tetapi semakin ia mencoba, semakin nyata bayangan-bayangan dan bisikan itu terasa. Mengapa aku tidak bisa menghilangkan perasaan ini? Edo bertanya-tanya dalam hati. Mungkin aku harus berhenti membaca buku ini. Tapi... kenapa aku merasa seolah ada yang menghalangiku untuk melakukannya?

Edo menceritakan pengalamannya kepada kedua sahabatnya, Dwi dan Lena. Mereka bertiga sering belajar bersama di perpustakaan dan saling membantu dalam menyelesaikan tugas. Namun kali ini, mereka dihadapkan pada sesuatu yang jauh lebih menakutkan.

"Edo, apa yang terjadi denganmu?" tanya Lena dengan cemas. "Kamu terlihat sangat tertekan."

"Aku menemukan buku ini," jawab Edo sambil menunjukkan buku tua tersebut. "Sejak aku mulai membacanya, aku merasa ada sesuatu yang aneh. Seperti ada makhluk yang mengawasiku."

Dwi, yang selalu skeptis terhadap hal-hal supernatural, meraih buku itu dan memeriksanya. "Ini hanya buku tua, Edo. Mungkin kamu terlalu banyak membaca novel horor," katanya sambil tertawa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline