Biografi A.H. Nasution
Nama Lengkap: Abdul Haris Nasution
Tempat, Tanggal Lahir: Kotanopan, Sumatera Utara, 3 Desember 1918
Tempat, Tanggal Wafat: Jakarta, 6 September 2000
Jabatan Terakhir: Ketua MPRS (Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara)
Awal Kehidupan dan Pendidikan
Abdul Haris Nasution, yang lebih dikenal dengan A.H. Nasution, lahir di Kotanopan, Sumatera Utara, pada 3 Desember 1918. Ia menempuh pendidikan dasar di HIS (Hollandsch-Inlandsche School) dan melanjutkan ke MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) di Bukittinggi. Setelah menyelesaikan pendidikannya di AMS (Algemene Middelbare School) di Jakarta, Nasution melanjutkan pendidikan militernya di Akademi Militer Yogyakarta pada masa pendudukan Jepang.
Karier Militer
Nasution mulai dikenal luas setelah kemerdekaan Indonesia, terutama karena perannya dalam mempertahankan kemerdekaan. Pada masa Revolusi Nasional Indonesia (1945-1949), ia memegang berbagai posisi penting dalam militer. Salah satu kontribusi terbesarnya adalah saat ia merumuskan "Perintah Siasat No. 1," yang menjadi dasar strategi militer gerilya Indonesia dalam menghadapi agresi Belanda.
Peran Penting dalam Sejarah Indonesia
Pada tahun 1948, Nasution ditunjuk sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad). Namun, ia sempat dicopot dari jabatannya pada masa Kabinet Hatta akibat perselisihan mengenai strategi militer. Setelah itu, ia kembali menjabat sebagai Kasad pada tahun 1955.
Nasution memainkan peran penting dalam menghadapi pemberontakan PRRI/Permesta dan gerakan DI/TII. Ia juga terkenal dengan konsep "Dwi Fungsi ABRI," yang menggarisbawahi peran ganda militer sebagai kekuatan pertahanan dan sosial-politik. Pada tahun 1965, perannya sebagai Ketua MPRS sangat penting dalam transisi kekuasaan dari Presiden Soekarno ke Soeharto setelah peristiwa G30S/PKI.
Peristiwa G30S/PKI
Nasution menjadi salah satu target utama dalam peristiwa G30S/PKI. Pada malam 30 September 1965, sekelompok pasukan mencoba menculiknya, namun ia berhasil melarikan diri meski putrinya, Ade Irma Suryani Nasution, tewas dalam insiden tersebut. Setelah peristiwa ini, Nasution mendukung penuh tindakan militer yang dipimpin oleh Soeharto untuk menumpas G30S/PKI.