Negara-negara dunia memberikan atensi sangat besar terhadap konflik Israel-Palestina dan menyerukan perdamaian bagi kedua negara, serta mengecam tindakan kekerasan yang dilakukan oleh Israel terhadap warga sipil di Palestina.
Menanggapi sikap kurang tegas AS, Pemerintah China menuding Amerika Serikat mengadopsi standar ganda dalam konfrontasi yang sedang berlangsung antara Israel dan Palestina.
Pemerintah China juga menyindir AS yang sangat perhatian terhadap pelanggaran HAM etnis Uighur namun abai terhadap penderitaan muslim Palestina.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying berkata, "Meskipun Amerika Serikat mengklaim bahwa mereka peduli dengan hak asasi manusia Muslim, mereka tidak peduli dengan penderitaan rakyat Palestina."
Hua juga menyatakan bahwa negaranya berusaha untuk mendesak Dewan Keamanan PBB untuk memenuhi tanggung jawabnya atas masalah Palestina dalam rangka menjaga perdamaian dan keamanan internasional.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China menekankan bahwa China akan terus menegaskan kembali komitmennya dan dukungan kuat untuk solusi dua negara, dan akan mempromosikan perdamaian dan stabilitas di kawasan secepat mungkin.
Dilain tempat, Amerika Serikat menolak mengadakan pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB pada 14 waktu setempat, mengklaim memberikan kesempatan bagi upaya diplomatik yang sedang berlangsung untuk menghentikan eskalasi militer antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza.
Washington (sekutu pertama Israel) mengadakan dua pertemuan pribadi darurat pada 10 dan 12 Mei waktu setempat untuk mencegah Dewan Keamanan mengeluarkan pernyataan tentang serangan "kejam" di Yerusalem dan Masjid Al-Aqsa di Jalur Gaza yang diduduki.
Sejak 13 April, situasi di wilayah Palestina meledak akibat serangan "hebat" yang dilancarkan oleh polisi Israel dan pemukim Yerusalem di Masjid Al-Aqsa dan sekitarnya serta kawasan pemukiman "Sheikh Jarrah", 12 keluarga Palestina dideportasi dari Sheikh Jarrah untuk memberi ruang bagi pemukim Israel.
Serangan Israel kemudian meluas ke Jalur Gaza. Menurut statistik resmi Palestina terbaru, agresi yang berlanjut sejak 10 Mei waktu setempat telah menewaskan 119 warga sipil, termasuk 31 anak-anak dan 19 wanita, serta melukai setidaknya 830 orang.