Lihat ke Halaman Asli

Ketindihan Saat Tidur, Ternyata Begini Penjelasannya

Diperbarui: 9 Mei 2021   14:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Ketindihan, Sumber: Grid.id

Pernahkah Anda mengalami kelumpuhan tidur? Fenomena ini disebut dengan sleep paralysis yaitu situasi ketika seseorang terbangun dari tidurnya namun tidak dapat bergerak atau berbicara. Ini sering terjadi selama transisi dari tidur REM, tahap tidur paradoks di mana mimpi yang jelas ditambah dengan kelumpuhan otot total, untuk menghalangi tubuh memerankan mimpi.  Selama kelumpuhan tidur, pikiran terbangun dari tidur REM sebelum kelumpuhan tubuh mereda.  Ini menciptakan pengalaman yang menakutkan: terbangun dalam kegelapan, tidak berdaya dan lumpuh, dan Anda tidak bisa menjerit atau membuka mata Anda sepenuhnya. 

Seperti dikutip dari situs Psychology Today, selama kelumpuhan tidur, pikiran masih dikaburkan dari tumpahan sensorik dunia mimpi, yang dapat menyebabkan seseorang merasakan halusinasi.  Para penderita menggambarkan kualitas pengalaman tertentu yang khas namun konsisten;  rasa kehadiran yang mengancam, perasaan tercekik dan tekanan di dada.  Peneliti menyebut pengalaman ini "kehadiran yang dirasakan", meskipun budaya sepanjang sejarah telah mengidentifikasi penyebab mereka sendiri.

Masing-masing Negara punya versi cerita tersendiri dalam menjelaskan fenomena ketindihan yang tentu disesuaikan dengan kultur di Negara tersebut. Cerita yang sangat populer diantaranya adalah "the Old Hag", sosok dari cerita rakyat Newfoundland tentang roh perjalanan yang malang yang duduk di dada Anda saat tidur (Hufford, 1982);  di Amerika Serikat, kelumpuhan tidur telah dikaitkan dengan kisah pertemuan alien (McNally & Clancy, 2005), sedangkan remaja Cina sebagian besar menafsirkan pengalaman mereka sebagai penindasan hantu (Ma, Wu, & Pi, 2014), dan penduduk Mesir mengidentifikasi "  Jinn ", setan supernatural dari mitologi Islam (Jalal, Simons-Rudolph, Jalal, & Hinton 2013).  Dengan demikian, budaya yang berbeda memberikan simbol mereka sendiri yang dapat diterima secara sosial untuk menjelaskan pengalaman tersebut. 

Saat situasi seperti itu ketakutan akan semakin besar dan sesak napas dapat dengan  mudahnya diubah menjadi halusinasi sosok bayangan jahat yang duduk atau menekan dada. Dengan kata lain, ketakutan menciptakan persepsi bahwa seseorang atau sesuatu yang tak kasat mata bertanggung jawab atas apa apa yang Anda alami. 

 Padahal biasanya kita bangun dan mengenali mimpi hanya sebagai mimpi, ketika halusinasi ini meresap ke dalam kesadaran, kemampuan kita untuk mengontekstualisasikan pengalaman itu semakin menipis. Beberapa detik dalam kelumpuhan tidur sudah cukup bagi pikiran yang ketakutan untuk membuat spiral ilusi dicekik atau dirasuki. Tapi, ketakutan Anda itulah yang sebenarnya mengancam diri Anda. 

 Jadi, jika Anda menemukan diri Anda lumpuh di celah antara realitas paralel, santai saja. Biarkan ketegangan mundur kembali ke kelopak mata Anda, biarkan rasa takut Anda mereda. Ilusi akan segera memudar, dan tidak lama kemudian (seringkali dalam 60 detik), Anda akan bangun seperti semula. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline