Lihat ke Halaman Asli

Cinta di Batas Desa

Diperbarui: 16 Juli 2024   01:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

detik. com

Chapter 1

KKN I'm Coming

Satu minggu menjelang Kuliah Kerja Nyata, Ima dan teman-temannya berkumpul menghabiskan waktu di basecamp. Ruangan yang hanya berukuran empat kali lima meter beralaskan karpet itu sering mereka pakai untuk belajar, berdiskusi, bahkan sering mereka gunakan sebagai tempat untuk menginap, ma'lum mahasiswa, dimana ada tempat kosong disitulah mereka akan jadikan kost dadakan. Sambil membereskan buku diktat yang berceceran di lantai, Ima melanjutkan pekerjaannya membuat proposal pengajuan Kuliah Kerja Nyata yang hanya tinggal satu minggu. Tak berapa lama wajah seorang perempuan berpenampilan tomboy menyembul di jendela, 

"Ce..i le..., serius banget Non!, lagi ngerjain apaan sih?" Tanya Nuke teman sekelas Ima, "Jangan ganggu gue. Gue lagi serius nih beresin proposal KKN kita".

"Ok deh kalo begitu". Gadis kelahiran Bandung berdarah Arab itupun tampak serius di depan Acernya yang mungil mengerjakan tugasnya tanpa menghiraukan teman-temannya yang tengah asyik bergosip ria membicarakan seseorang di ruangan itu. Ima hanya tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepalanya saja mendengar celotehan mereka. Ima sadar tugasnya ini sangat penting bagi kelanjutan studinya, oleh kerena itu Ia berusaha sekuat tenaga membereskan proposalnya itu agar diterima oleh dosen pembimbingnya.

Lima tahun sudah bergelut dengan aktivitas perkuliahannya tak heran jika buku dan diktat menjadi santapan hariannya yang selalu dibawanya kemanapun dia pergi. Satu buku saja tebalnya hampir tiga ratus halaman belum ditambah dengan laptop jinjingnya yang menjadi teman setianya di saat kesepian. Selain aktif di organisasi kemasiswaan, Ima juga seorang guru Bimbel yang mengajar paruh waktu di sela-sela waktu kosong kuliah. Pantas saja jika Ia mengambil Fakultas Pendidikan Jurusan Bahasa Inggris. Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 10:15. Tak terasa malam sudah kian larut. Ia sandarkan kepalanya ke tembok, sambil menatap laju jam dinding yang terus bergerak meninggalkan waktu yang di laluinya, dalam bayangnya hidup ini sangatlah pendek, "Apa yang sudah aku lakukan untuk saudara-saudaraku di luar sana." Hatinya berkata. Bibirnya pun bergerak mengucap "Ya Allah, Dzat yang memiliki kebesaran dan kemuliaan, sungguh sangat sedikit sekali ilmu yang hamba milki. Mohon jadikan Ilmu yang sedikit ini menjadi bermanfaat bagi orang lain yang membutuhkannya dan jauhkan hati si pemiliknya dari sifat sombong. Amin." Hatinya berdoa.  Tugasnya hampir rampung tinggal membubuhi tanda tangan sang pembimbing. Acernya pun  dimatikan, tak lama matanya terkatup  seluruh ruanganpun menjadi gelap.

Dengan tergesa pemuda berkacamata itu lari menuju mading kampus, hatinya diliputi kegelisahan yang sangat karena menanti kepastian diterima tidaknya sebuah proposal pengajuan praktek Kuliah Kerja Nyata (KKN) tahun ini. Untuk di terima sebuah proposal harus di lihat dari muatan proposal terutama tujuan, jika tidak jangan harap bisa lolos dari para eksekutor kampus yang selalu mendelete setiap proposal yang tidak sesuai dengan keinginan mereka.

"Alhamdulillah proposal gua di terima"Sahut pemuda berkaca mata persegi yang tak pernah lepas dari wajahnya itu. Girang bukan kepalang Farel setelah melihat namanya terpampang di sebuah mading yang menempel di samping halaman kampus. Tergambar juga rasa bahagia dari raut wajah teman kelompoknya Evan.

"Beneran Rel"? Tanya Evan setengah ragu.

"Iyalah, tuh liat nama kelompok kita ada di salah satu dari lima kelompok yang diterima proposalnya." Jari telunuk Farel menunjuk kearah papan mading.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline