Lihat ke Halaman Asli

Arifah QurrotaAyun

Perempuan yang terus belajar

Melewati Fase Berat Kehidupan, Meredefinisi Bahagia dengan Berbagi

Diperbarui: 31 Desember 2020   10:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bahagia adalah perasaan. Yang sebagian orang tidak tahu bagaimana wujud perasaan ini. Yang sebagian lagi berjuang untuk meraih perasaan ini. Tapi tak sedikit juga yang selalu memiliki perasaan ini.

Mari kita lihat definisi bahagia dari yang lebih profesional. Merujuk KBBI, bahagia adalah keadaan atau perasaan senang dan tentram (bebas dari segala yang menyusahkan). Definisi yang hampir serupa dikemukakan di website wikipedia.com, bahagia adalah suatu keadaan pikiran atau perasaan yang ditandai dengan kecukupan hingga kesenangan, cinta, kepuasan, kenikmatan, atau kegembiraan yang intens. Sedangkan menurut salahsatu ahli psikologi, Hurlock (2004) mengatakan bahwa kebahagiaan merupakan gabungan dari adanya sikap menerima (acceptance), kasih sayang (affection) dan prestasi (acheivement). Sudah banyak yang mendefinisikan bahagia. Namun setiap orang harus melewati proses tertentu untuk benar-benar menjiwai bagaimana wujud perasaan bahagia dalam diri mereka.

Salahsatu proses untuk menjiwai bahagia adalah melewati fase berat dalam hidup. Sebut saja Tina (23 tahun). Dilamar pemuda sukses dari pulau seberang tentu membuatnya seakan menjadi wanita paling spesial. Pemuda yang tidak dikenalnya itu melamarnya, karena ayah pemuda itu kenal dengan ayahnnya dan mereka ingin saling menjadi besan. Perjodohan yang dihindari sebagian orang, dilakoni dengan ikhlas oleh Tina dan pemuda itu, dengan niat baik untuk mengabdi pada orang tua. Selain itu, baik Tina atau pemuda itu memandang satu sama lain adalah pasangan yang baik ke depannya. 

Namun takdir berkata lain. Ditengah proses mempersiapkan pernikahan, Tina dan pemuda saling cekcok. Tidak hanya Tina dan pemuda itu, orang tua Tina dan orang tua pemuda juga saling tidak mau mengalah dalam mengambil keputusan terkait pernikahan. Perdebatan dan pertengkaran sering terjadi, padahal mereka baru saling mengenal intens selama 4 bulan. 

Akhirnya sang pemuda memutus kontak dengan Tina dan mengumumkan pada keluarga besar untuk membatalkan rencana pernikahan tersebut. Tina yang sudah menyiapkan diri untuk pindah ke pulau seberang, dengan menghentikan pekerjaan dan rencana sekolah lanjutnya, seperti terkena musibah. Seluruh dunia berhenti berputar untuk Tina saat itu.

Beragam sekali cerita berat kehidupan yang pernah dialami setiap orang. Fase krisis emosional yang melibatkan perasaan sedih, terisolasi, ketidakcukupan akan diri, kecemasan akan masa depan, dan ketakutan akan kegagalan. Waktu dimana roda kehidupanmu berada di bawah dan kamu sedang belajar menaikkan roda hidup untuk terus berputar. Paling tidak agar kamu masih bisa melanjutkan hidup secara normal kembali. 

Dan melakukan itu bukanlah sesuatu yang mudah bagi sebagian orang. Depresi bahkan pikiran untuk bunuh diri tak jarang menghantui orang yang ada di fase berat kehidupan. Kata bahagia rasanya hilang dari kamus perasaan. Dan memang salahsatu cara keluar dari zona terbawah hidupmu adalah meredefinisi arti bahagia. Mendefinisikan ulang bahagia yang awalnya harus berada di kondisi tertentu, menjadi bahagia yang indah, bahagia yang ada karena berbagi.

Langkah awal menghadapi fase krisis dalam hidup adalah meredefinisi bahagia dengan memberi kepada diri sendiri. Diawali dengan terus memberi kesempatan jika diri melakukan kesalahan atau tidak sesuai yang diharapkan. Kemudian memberikan rasa cinta dan penerimaan atas apapun yang dipunyai oleh diri. Tak lupa diiringi dengan tidak membandingkan pencapaian diri dengan pencapaian orang lain. Terakhir memberi kepercayaan bahwa diri kita mampu mencapai kesuksesan walaupun diterpa realita yang tidak sesuai harapan, walaupun harus terus merubah arti sukses agar bersesuaian dengan kenyataan. Karena bahagia bukan keadaan, tetapi sesuatu yang kau tumbuhkan karena memberi pada dirimu.

Langkah kedua bertahan di fase berat ini adalah meredefinisi bahagia dengan berbagi pada orang tersayang. Mungkin selama ini kita terlalu memikirkan diri sendiri. Tanpa kita sadari, ada orang terdekat yang selalu berkorban dan memenuhi kebutuhan kita agar urusan kita lancar. Orang tua kita. 

Merasakan fase berat dalam hidup, mungkin adalah saat kita membalas pengorbanan orang tua kita. Tidak perlu dengan berbagi sesuatu yang mewah, cukup dengan berbagi waktu dan cerita pada orang tua kita. Karena sejatinya orang tua akan selalu menerima kita, seterpuruk apapun keadaan kita. Karena hanya di prasangka jahat kitalah yang menganggap orang tua tidak bangga akan keadaan kita di fase berat ini. Merekalah yang paling mengerti keadaan kita, bahkan dari kita tidak bisa melakukan apapun. 

Berbagilah waktu dan cerita, berbagilah keadaan kita yang apa adanya. Orang tua pasti bahagia karena kita menjadikan mereka tempat pulang setelah sekian lama berkelana di dunia luar. Karena bahagia itu sederhana, sesederhana kita berbagi senyum dan duka pada orang yang selama ini berbagi rasa sayang tanpa syarat pada kita.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline