Lihat ke Halaman Asli

Imroatul Ngarifah

Be positive thinking

Gangguan Berbahasa pada Anak dan Perlakuan Khusus yang Dapat Diterapkan: Belajar dari Spikolinguistik

Diperbarui: 19 Juni 2022   21:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Belajar dari spikolinguistik, kemampuan dalam berbahasa akan terus berkembang seiring bertambahnya usia pada anak. Namun, tidak menutup kemungkinan ada beberapa anak yang mengalami kesulitan dalam berbicara meskipun usia sudah mencukupi. Hal ini biasa disebut gangguan berbahasa. Gangguan berbahasa pada umum dibedakan menjadi dua, yaitu gangguan bahasa ekspresif dan gangguan bahasa reseptif yang masing-masing memiliki beberapa penyebab.

Adapun yang dimaksud gangguan bahasa ekspresif ialah ketika anak kesulitan dalam berbicara, namun ia memahami bahasa atau kata-kata. Gangguan bahasa ini dapat dikenali bilamana pada usia dua tahun anak kesulitan dalam berbicara, namun ia dapat memenuhi panggilan atau perintah dari orang tua. Pada umumnya, penyebab dari gangguan ini ialah terjadinya ketidak sempurnaan pada pusat bahasa.

Sedangkan yang dimaksud gangguan bahasa represif ialah ketika mengalami keterlambatan berbicara karena tidak dapat memahami bahasa. Penyebab dari gangguan bahasa represif ialah gangguan pendengaran, keterbelakangan mental, atau juga autisme.

Sebuah penelitian dilakukan pada 60 anak yang berusia antara 5 sampai 8 tahun. Dari jumlah tersebut ditemukan 30 anak memiliki gangguan berbahasa, 27 anak mendapatkan nilai rendah, dan 3 anak menunjukkan positif. Hasil dari penelitian ini disimpulkan bahwa sebagian anak yang memiliki gangguan bahasa mengalami defisit pada proses pendengaran. Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa gangguan pada proses pendengaran beriringan dengan gangguan berbahasa.

Pada umumnya permasalahan dalam perkembangan berbahasa ialah, ketidakmampuan memahami bahasa, gangguan pendengaran, disabilitas, terdapat masalah pada alat ucap, dan faktor genetik. Dalam menangani penderita gangguan berbahasa diperlukan perlakuan-perlakuan khusus. Adapun upaya untuk meningkatkan kemampuan berbahasa penderita gangguan berbahasa ialah dengan penegasan kosa kata, bercerita terkait pengalaman anak kemudian menanyakannya, banyak berbicara dengan anak, membacakan cerita, labeling. Selain itu orang tua juga membatasai anak dalam waktu bermain gadget maupun televisi, serta faktor-faktor lain yang menghalangi anak untuk berekpresi. Masih banyak lagi kegiatan-kegiatan lain untuk memancing anak dalam berekpresi.

Bagi anak yang mengalami gangguan bahasa represif, dapat dilakukan perlakuan yang memahamkan anak. Adapun contoh upaya yang bisa dilakukan ialah menggunakan kosa kata dan bahasa yang sederhana ketika berkomunikasi dengan anak, berikan waktu untuk anak berpikir, memberi cerita atau berkomentar yang membangun bagi anak untuk menambah kosa-kata secara perlahan, memberi contoh cara berkata yang baik tanpa menyalahkan, berkomunikasi dengan bahasa tubuh selain bahasa verbal, belajar sambil bermain, dan meminimalisir suara-suara yang mengganggu. Dengan demikian, proses produksi bahasa pada anak yang mengalami gangguan bahasa akan meningkat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline