Lihat ke Halaman Asli

B A Ba, H A Ha, S A Sa – “Bahasa”

Diperbarui: 25 Juni 2015   00:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13471749091352789553

Saya teringat ketika dahulu masih beranjak duduk di Bangku SD, ketika Bu guru dengan penuh kesabaran mengajarkan saya membaca ketika itu. Saya masih ingat betul ketika itu, kata yang selalu saya salah ucap adalah kata ‘BAHASA’. Kata SA selalu saya ucap setelah kata BA. Sehingga kata yang di ucap bukannya Bahasa tetapi Basaha. Kemudian, beranjak menuju Sekolah Menengah Pertama (SMP) saya pun masih belajar Bahasa Indonesia. Belakangan, dengan berjalannya waktusaya menyadari bahwa bahasa Indonesia yang di ajarkan di sini melancarkan bahasa Indonesia yang di ajarkan di bangku SD dahulu. Kemudian, Beranjak menuju Sekolah Menengah Atas (SMA), saya masih juga belajar bahasa Indonesia. Belakangan, dengan berjalannya waktusaya menyadari bahwa bahasa Indonesia yang di ajarkan di sini menyempurnakan bahasa yang saya dahulu di ajarkan oleh guru guru saya di SMP. Kemudian, beranjak kuliah lagi dan lagi saya masih belajar bahasa Indonesia. Tapi belakangan, dengan berjalannya waktusaya menyadari bahwa bahasa Indonesia yang di ajarkan di sini sudah lebih spesifik dan mendalam, karena materinya mengenai jurusan yang saya ambil, yaitu Ilmu Komputer. Dan tibalah saatnya hari ini, dimana saya sudah bekerja sebagai IT Developer. Bedanya di sini tidak belajar lagi, namun sudah mengimplementasikan Ilmu bahasa Indonesia yang di ajarkan oleh guru guru saya di waktu SD,SMP,SMA dan Kuliah.

Hari ini dalam lingkungan pergaulan dan lingkungan pekerjaan, saya sangat mendapatkan manfaat dari Ilmu bahasa Indonesia yang dahulu pernah di ajarkan kepada saya. Kemudian, saya pun membuat sebuah kesimpulan bahwa dengan bermodal bahasa Indonesia yang baik, saya bisa berkomunikasi dengan teman yang berbeda suku. Dengan bermodal bahasa Indonesia yang baik, saya mempunyai wawasan bisnis yang luas. Dengan bermodal bahasa Indonesia yang baik, saya mengetahui bagaimana tata krama dalam berbahasa. Dengan bermodal bahasa Indonesia yang baik, saya mengetahui budaya berbahasa di sebuah kota tempat saya bekerja sehingga saya lebih berhati hati dalam berucap. Jika dirangkum menjadi satu, maka sebenarnya bahasa Indonesia dapat menyatukan saya dengan berbagai suku, bahasa Indonesia dapat membuat saya berkarakater, bahasa Indonesia dapat membuat saya mempunyai wawasan luas dan bahasa Indonesia dapat membuat saya berbudaya. Begitu dekat bahasa Indonesia dengan kita, sedekat kita dengan keluarga kita sendiri. Hal itu mungkin karena kegiatan berbahasa selalu kita bawa setiap hari. Berikut ini adalah beberapa gambaran seberapa besarnya dampak yang di timbulkan oleh Bahasa Indonesia bagi kita Rakyat Indonesia.

Bahasa Indonesia, Kita yang bersatu.

Waktu saya kuliah di Bandung dulu, bahasa sebagai pemersatu sangat saya rasakan saat itu. Bagaimana tidak ? Sebagai kampus nasional, yang memiliki mahasiswa yang berasal dari sabang sampai merauke. Rasanya saya akan merasa kesulitan jika mereka memakai bahasa daerahnya masing masing. Di Indonesia sendiri lebih dari 1000 suku bangsa dan lebih dari 700 bahasa daerah. Namun saya berfikir bahwa hal ini merupakan kekayaan bagi kita yaitu kekayaaan suku bangsa dan bahasa. Berbicara kedudukan bahasa Indonesia, bahasa Indonesia sendiri dinyatakan kedudukannya sebagai bahasa nasional pada tanggal 28 Oktober 1928 pada hari bersejarah yaitu Sumpah pemuda. Di dalam butir sumpah pemuda di sebutkan bahwa “Kami putra putri Indonesia, menjungjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia”. Selain itu di kuatkan pula oleh UUD 1945 pasal 36 yang berbunyi “Bahasa negara ialah Bahasa Indonesia”.

Kemudian, salah satu bukti bahwa bahasa Indonesia menjadi semangat pemersatu bangsa Indonesia adalah ketika presiden soekarno pada pidato HUT Proklamasi 1963 mengatakan "Kita bangsa besar, kita bukan bangsa tempe. Kita tidak akan mengemis, kita tidak akan minta-minta apalagi jika bantuan-bantuan itu diembel-embeli dengan syarat ini syarat itu ! Lebih baik makan gaplek tetapi merdeka, dari pada makan bestik tetapi budak". Mendengar pidato ini siapapun yang mengaku rakyat Indonesia pasti akan tergerak hatinya untuk terus berjuang demi suatu kemerdekaan, bersatu melawan penjajah dari perbudakan. Bahasa yang di gunakan presiden soekarno pada saat itu adalah Bahasa Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa bahasa Indonesia dapat mengobarkan semangat persatuan bagi rakyat Indonesia yang berasal dari berbagai suku bangsa, agama, ras, etnis dan lain lain.

Selain dalam bentuk pidato kenegaraan, bahasa Indonesia juga dapat membangkitkan semangat persatuan dalam lirik lirik lagu nasional. Contoh lagu nasional yang dapat membangkitkan rasa persatuan adalah Garuda Pancasila, Maju tak Gentar, Indonesia Tumpah Darahku, Bangun Pemudi Pemuda, Hari Merdeka (17 Agustus 1945) dan masih banyak lagi yang lain-nya. Sebagai contoh di dalam lirik Garuda Pancasila karangan sudharnoto terdapat lirik “Garuda pancasila, Akulah pendukungmu, Patriot proklamasi sedia berkorban untukmu”. Lirik dari lagu nasional tersebut tidak dapat kita sanggah lagi dapat membangkitkan semangat nasionalisme kita sebagai bangsa Indonesia.

Penggunaan bahasa Indonesia dalam mempersatukan bangsa Indonesia, terdapat pula di dalam penyusuanan UUD 1945 dan Pancasila. Dalam hal ini perananan bahasa Indonesia adalah menyamakan persepsi mengenai ideologi, hukum dan peraturan perundang undangan di Indonesia. Seperti kita ketahui bahwa Indonesia mempunuyai lebih dari 1000 suku bangsa dan lebih dari 700 bahasa daerah. Sudah pasti setiap daerah mempunyai perbedaan pandangan mengenai ideologi,hukum dan peraturan masing masing, sesuai dengan adat istiadat yang berlaku di daerahnya masing masing. Namun dengan perbedaan tersebut, lahirlah sebuah ideologi dan hukum yang di sepakati bersama oleh seluruh bangsa Indonesia yaitu UUD 1945 dan Pancasila dimana pembentukan dan penyusunannya memakai bahasa Indonesia.

Bahasa Indonesia, Kita yang berkarakter.

Menurut bahasa, karakter adalah tabiat atau kebiasaan. Sedangkan menurut ahli psikologi, karakter adalah sebuah sistem keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan tindakan seorang individu. Bahasa sangat memiliki peranan dalam terjadinya sebuah konmunikasi antar manusia. Terlepas itu apakah menggunakan bahasa nasional atau bahasa daerah. Bahasa sudah menjadi syarat wajib terjadinya sebuah komunikasi.

Kemudian, apa hubungan antara bahasa dan karakter. Saya mencoba memberikan ilustrasi, di dalam bahasa sunda, kata 'tuang' dan 'dahar' mempunyai makna yang sama yaitu makan. Namun kata 'tuang' biasa di gunakan kepada orang yang lebih tua, namun kata 'dahar' biasa di gunakan kepada orang yang sebaya (teman). Tapi jangan sekali kali kita mengajak orang tua kita makan menggunakan kata 'dahar', karena itu ajakan yang tidak sopan atau sangat kasar. Dari cara kita berbicara tersebut, mungkin orang tua tersebut bisa menilai bahwa karakter orang tersebut sangat kasar terhadap orang tua. Begitu juga dengan logat suku batak, seperti yang kita ketahui bersama bahwa kebanyakan suku batak, jika berbicara selalu dengan nada yang tinggi. Bagi orang yang tidak tahu, maka dia akan mengira bahwa karakter orang tersebut (batak) mempunyai karakter yang kasar. Padahal berbicara keras bukan berarti kasar, hal ini karena logat asli suku batak memang tinggi. Apalagi mereka yang sejak lahir, ada di lingkungan asli batak atau di lingkungan luar namun dengan mayoritas teman-teman dengan logat batak yang kental. Inilah bukti bahwa adanya hubungan bahasa dalam pembentukan karakter suatu bangsa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline