Lihat ke Halaman Asli

Arif Wibowo

ASN di DJP.

Sisi Lain dari Pemeriksaan Pajak

Diperbarui: 24 Juni 2015   20:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saat ini lagi ramai-ramainya temen-temen buruh menuntut kenaikan UMP. Dimana-mana banyak terjadi demo. Ada yang demo damai, ada yang demo rusuh. Semoga saja akan ada win-win solution antara temen-temen buruh yang demo, pemilik perusahaan , dan pejabat yang berwenang.

Beberapa waktu yang lalu saya mendapat penugasan pemeriksaan pajak atas beberapa Wajib Pajak. Disini saya mau menceritakan pandangan mereka tentang pekerja Indonesia.

Yang pertama adalah suatu perusahaan CV. A yang berlokasi di Malang. CV. A tersebut kami periksa karena mengajukan permohonan penghapusan NPWP ( Nomor Pokok Wajib Pajak )

Alamat kantor CV. A tersebut berada dikomplek perumahan elit di Malang dengan view beupa pegunungan yang cozy.

Kami ditemui oleh owner dari CV. A tersebut. Perusahaan tersebut bergerak sebagai pengepul kulit batang ( kortek ) tembakau yang bekerja sama dengan sebuah perusahaan Jepang.

Katanya sih kortek tersebut sebagai bahan baku rokok kesehatan.Kami diperlihatkan juga bahwa perusahaan Jepang tersebut mempunyai sertifikat dari WHO. CV. A tersebut merupakan satu-satunya rekanan perusahaan Jepang di Indonesia.

Pasti bertanya-tanya dalam hati “wong rekanan perusahaan asing dan satu-satunya di Indonesia kok minta dihapus NPWP nya?”..Itu juga yang menjadi pertanyaan besar saya.

Owner CV. A tersebut bercerita bahwa mereka telah mencari kortek tersebut ke seluruh sentra tembakau di Indonesia. Sebelum mereka melakukan pembelian, mereka melakukan pendekatan dengan para pamong desa dan melakukan edukasi kepada para petani tentang bagaimana cara mengkuliti kortek tersebut. Karena spesifikasi yang ditetapkan pihak Jepang sangatlah ketat.

Pada lima tahun pertama, pihak Jepang masih mentolerir kurang bersihnya kortek yang di ekspor ke Jepang.

Pada tahun ke enam, pihak Jepang mulai mengkomplain kortek yang diekspor tersebut. Kami diperlihatkan pula email complain dari pihak Jepang dan foto-foto mengapa mereka complain. Dalam complain tersebut terlihat bahwa kortek tersebut bercampur dengan kawat, rambut, bonggol jagung, paku, dan foreign materials lainnya.

Menurut owner CV. A, para petani yang mengkuliti kortek tersebut kadang susah diajak disiplin…..( wah ini neh menyindir saya dengan telak..)

Proses mengkuliti batang tembakau tersebut merupakan proses yang butuh ketelitian. Para petani tersebut kurang disiplin dalam kejujuran. Agar supaya timbangannya berat sering mereka “terpaksa” tidak jujur. Yaitu dengan menambah “foreign materials”.

Atau pada saat harga tembakau sedang bagus-bagusnya, para petani tersebut bekerja dengan seenaknya. Karena mereka merasa sudah tidak perlu tambahan penghasilan.

Belum lagi kalo pihak Jepang berkunjung ke Indonesia. Kadang mereka berlagak seperti penguasa negeri ini.

Hampir sepuluh tahun CV. A tersebut bertahan dengan kondisi tersebut. Hingga akhirnya mereka memutuskan kerjasama baik dengan para petani maupun dengan pihak Jepang. Istilahnya “Maju kena, mundur kena”.

Katanya, pihak Jepang tersebut mencari pengganti nya ke Thailand atau Vietnam.

Yang kedua adalah perusahaan sepatu Korea yang berlokasi di Pasuruan, yaitu PT. B.

PT. B tersebut selain di Indonesia juga mempunyai pabrik di Vietnam. Rencananya PT. B tersebut akan memindahkan pabrik yang di Vietnam ke Indonesia.

Pada saat pemeriksaan tersebut, kami menanyakan kepada Direktur Utama PT. B, sebut saja Mr. Kim, apa perbedaan antara Vietnam dan Indonesia?

Menurut Mr. Kim, pekerja Vietnam itu lebih giat kerjanya, hasil produksinya lebih bagus. Kekurangannya adalah mereka meminta gaji yang lebih tinggi.

Sedangkan pekerja Indonesia itu agak malas ( tuinggg….kena lagi nih..). Kelebihannya adalah gaji mereka rendah.

Untuk produsen sepatu, yang nota bene mempekerjakan karyawan yang banyak, upah merupakan komponen utama.

Benang merah dari cerita tersebut menurut saya adalah tentang tingkat pendidikan kita yang masih rendah.

Dua cerita tersebut merupakan pengingat kepada saya, supaya lebih bersyukur karena sudah diberikan kesempatan mendapat pendidikan yang layak,  sehingga , Alhamdulillah sekarang bisa hidup layak.

Berharap pemerintah lebih memperhatikan pendidikan yang murah dan berkualitas ( for example :STAN ) untuk anak-anak bangsa.

Berdoa semoga anak cucu kita diberikan kesempatan pendidikan yang berkelas dan dan mendapatkan kehidupan yang terhormat.

Saya Arif Wibowo, selamat berakhir pekan!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline