Lihat ke Halaman Asli

Arif Wibowo

ASN di DJP.

Obrolan Coblosan

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

“Apa kabarnya Mas Prayit?...lama gak nongol di Pos Ronda ni, sibuk nyaleg ta mas?” tanya Mas Dadik sambil menjabat tangan Mas Prayit.

“Waduhhh...kalau saya nyaleg, paling yang nyoblos cuman istri saya Mas Dadik, memang sampeyan mau nyoblos saya?” tanya balik Mas Prayit.

“Wkwkwkwk...pertanyaannya mengandung umpan nih...” kata Mas Dadik sambil terkekeh manja.

Seperti biasa, tiap Sabtu malam, pos ronda perumahan tersebut akan gayeng dengan berkumpulnya bapak-bapak yang iseng mencari kesegaran udara malam. Tidak banyak sih, paling empat sampai lima orang, dengan anggota tetap Mas Prayit.

Sudah hampir sebulan ini, Mas Prayit tidak bisa gabung dengan komunitas Sabtu malam.

“Jadi, di TPS kita siapa yang menang?” tanya Mas Prayit sambil menggit renyahnya kripik mbote.

“Loh, Mas Prayit, Pemilu itu bukanlah suatu perlombaan. Tidak ada yang menang dan yang kalah. Yang ada adalah , dapat kursi atau tidak dapat kursi,” kata Pak Dwi, hansip perumahan, dengan berbusa-busa.

“Begitu ya?...terus kemarin sampeyan nyoblos siapa?”

“La itu Mas Prayit...saya sebenernya subuh menjelang coblosan itu sudah sten bai di rumah. Saya denger-denger akan ada serangan fajar. Saya berharap pagi itu ada yang memberikan serangan fajar. Weh, la kok sampai siang gak ada gerilyawan ke rumah saya, ya sudah saya berangkat ke TPS tanpa bekal apa-apa,”

“Hahahah..kayak sampeyan mau pergi ke mana aja Pak Dwi, kok bawa bekal segala,” kata Pak Kardi, ikutan nimbrung.

“Terus nyoblos siapa pak,” tanya Mas Prayit penuh rasa ingin tahu.

“Dari empat kertas suara, yang saya tahu fotonya itu cuman fotonya Emilia Contesa. Lainnya gak ada yang saya kenal. Tapi saya juga gak nyoblos Bu Emil, karena saya juga gak tahu prestasi Bu Emil. Akhirnya saya putuskan nyoblos..yang halal dan toyib.”

“Lah, kamsudnya apa Pak Dwi?” sekali lagi Mas Prayit dibuat penasaran.

“Mikir dong Mas Prayit, itu kan rahasia, ya terserah saya dong ah,” sambil jari telunjuknya diarahkan ke kepalanya, menirukan gaya Cak Lontong.

Mas Prayit hanya bisa tersenyum kecut mendengar jawaban Pak Dwi. Ngapain juga dia tanya ke Pak Dwi, la wong dia saja mencoblosnya memakai asas keadilan.

Saya Arif Wibowo, selamat malam...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline