Lihat ke Halaman Asli

Arif Rahman Hakim

Biasa-biasa saja

Manusia dan Hukum Alam

Diperbarui: 22 Juni 2022   21:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sang Kholiq mencipta jagad raya dengan bermacam pernak-perniknya tentunya diikuti oleh tata aturan. Supaya keberadaannya bisa berjalan secara seimbang dan harmoni antara satu dengan yang lain.

Seperti bumi berputar mengikuti garis edarnya. Matahari terbit dari timur dan terbenam ke barat. Tak terkecuali benda alam jatuh dari atas ke bawah lantaran mematuhi hukum gravitasi.

Kalau manusia? Ia beredar terkadang patuh dan melanggar garis edarnya. Bisa dibilang ia ciptaan paling kontroversial di antara ciptaan yang lain. Di awal akan penciptaanya saja sudah mengundang protes malaikat.

Kalau malaikat protes tentang kenapa manusia suka bikin gara-gara di bumi ? Kiranya jawaban yang paling lucu dan menggelitik datang dari warga plus enam dua.

Apa katanya? Jangan-jangan manusia yang gemar bikin keributan dulunya tercipta dari tanah sengketa. Salah kedaden orang Jawa bilang. Kukira ini jawaban guyonan sekaligus mengandung ledekan yang tak perlu direspon serius.

Nyaris mayoritas manusia berada dalam posisi dualitas. Ada taatnya, bandelnya, lucunya, jengkelnya dan lainnya. Jalan ceritanya dari zaman Nabi Adam hingga kini dan sampai seterusnya di sekitaran itu itu aja. Kalau taat dan patuh terus bukan manusia namanya tapi malaikat.

Meski dengan kedudukannya yang begitu justru malah satu-satunya mahluk yang terpilih di bumi sebagai mandataris Tuhan.

Adanya akal dan hati sanubari yang membuatnya terpilih. Dengan akal ia mampu memilih dan memilah mana yang baik dan buruk, benar dan salah. Dengan hati sanubari ia sanggup berkomunikasi dengan Allah. Dengan kedua fitur ini nantinya yang akan membuatnya sebagai wakil Tuhan sanggup beredar sesuai dengan garis edarnya.

***

Sudah jamak diketahui bahwa manusia adalah mahluk individu dan sosial. Sebagai individu ia butuh ruang-ruang privasi. Bisa untuk bermunajat kepada Allah atau menyendiri mengheningkan apa-apa yang berkecamuk di dalam ruang jiwanya. Bisa juga untuk keperluan mendasar fungsi biologisnya.

Setelahnya ia perlu ruang sosial untuk berekpresi. Tentunya di ruang-ruang sosial ada tata nilai, norma-norma yang berlaku di dalamnya. Manusia tidak bisa memungkiri semua itu. Menabraknya sama artinya mengingkari garis edarnya sebagai mahluk sosial.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline