Di tengah hiruk pikuk dan gemuruh berita politik dalam negeri, serta kasus mewabahnya virus corona di negara China yang juga belum ditemukan obatnya, pada akhir bulan Januari memasuki Februari 2020 masyarakat Indonesia kembali dikejutkan dengan kejadian banjir setelah periode sebelumnya sempat hits ketika terjadi di ibukota kita tercinta Jakarta. Kali ini fokus bergeser sedikit ke timur yaitu di propinsi Jawa Timur dengan fenomena terjadinya banjir bandang.
Beberapa lokasi di Jawa Timur dilanda banjir bandang yang dalam sekejap menjadi berita nasional. Mulai dari banjir bandang yang terjadi di Desa Sempol dan Kalisat Kecamatan Ijen, kabupaten Bondowoso pada hari rabu tanggal 29 Januari 2020 pukul 13.00 WIB. Esok harinya, pada hari kamis tanggal 30 Januari 2010 sekitar pukul 15.30 WIB terjadi banjir dengan disertai material lumpur di Desa Gading Kulon, Kecamatan Dau Kabupaten Malang. Kemudian dilanjutkan lagi kejadian banjir di kali Jompo di Desa Klungkung Kecamatan Sukorambi Kabupaten Jember pada hari sabtu tanggal 1 februari 2020 sekitar pukul 16.40 WIB.
Kejadian tersebut terjadi berurutan di tiga kabupaten yang berbeda. Ada kekhawatiran akan terjadi kembali karena musim hujan masih belum sampai pada ujungnya. Walaupun tidak sampai menimbulkan korban jiwa karena banjir terjadi pada siang dan sore hari sehingga masyarakat lebih waspada, akan tetapi dampak kerugian material yang ditimbulkan juga tidak sedikit.
Kerusakan bangunan gedung baik rumah maupun fasilitas umum seperti sekolah, masjid, infrastruktur jalan, jembatan maupun sumberdaya air, serta matinya hewan ternak dan rusaknya lahan pertanian menyebabkan dampak banjir bandang ini terbilang cukup besar dan sebisa mungkin harus kita cegah dan hindari.
Mengambil referensi dari National Oceanic & Admospheric Administration (NOAA), U.S. Department of Commerce USA, banjir bandang atau flash flood adalah jenis banjir yang paling berbahaya, karena menggabungkan kekuatan destruktif aliran banjir dengan kecepatan luar biasa dan ketidakpastian. Banjir bandang terjadi ketika air yang berlebihan mengisi sungai yang biasanya kering, sehingga menyebabkan air naik dengan cepat dalam waktu singkat dengan sedikit atau tanpa peringatan.
Sebuah situs lain yang juga membahas berbagai hal terkait ilmu pengetahuan sains https://www.sciencedirect.com, mendefinisikan aliran material atau debris flows sebagai pergerakan yang cepat dari material lereng yang dapat mencakup kombinasi tanah, batuan, bahan organik, udara, dan air, yang semuanya dimobilisasi dan diangkut sebagai lumpur.
Banjir bandang di Jawa Timur sebagaimana tersebut terjadi dalam waktu relative singkat, dengan kecepatan tinggi yang disertai terbawanya material lumpur dan kayu maupun sampah. Secara definisi maka kejadian di Jawa Timur tersebut mencakup gabungan flash flood dan debris flow.
Beberapa penyebab terjadinya banjir bandang yang disertai material diantaranya adalah sbb:
1. Gunung dan bukit dengan kemiringan yang curam menghasilkan limpasan cepat, yang menyebabkan jumlah aliran air naik dengan cepat. Batuan dan tanah liat tidak memungkinkan banyak air bisa terserap ke dalam tanah. Tanah yang sudah kondisi jenuh juga dapat menyebabkan terjadinya banjir bandang dengan cepat.
2. Curah hujan yang sangat deras dapat menghasilkan banjir bahkan di tanah kering.
3. Gunung dan bukit yang minim vegetasi tumbuhan apalagi gundul menyebabkan arus air hujan yang deras langsung mengelupaskan lapisan top soil dan membawanya turun bersama aliran run off ke hilirnya.