Lihat ke Halaman Asli

Arif Budiman

hobi membaca, menulis, dan fans manchester united

Mengkritik Masyarakat Minangkabau

Diperbarui: 4 November 2024   13:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar : pixabay.com

Beberapa hari kemarin terjadi keributan ormas dengan warung nasi Padang di kota Cirebon. Lagi dan lagi ini membuat penulis cukup sedih dan kecewa, masalah yang seharusnya tidak perlu terjadi dan sepele menjadi besar. Penulis yg juga orang Minang miris melihat sebuah fenomena ini hanya satu kata memalukan, bagaimana tidak, kelakuan ormas yang merazia warung nasi Padang di Cirebon tidak menggambarkan karakteristik orang Minang asli. Berikut kritikan penulis terhadap masyarakat Minangkabau saat ini: 

1. Masyarakat Minangkabau tidak lagi menjalankan pepatah," adat basandi syarak" syarak basandi kitabullah. Peristiwa sweeping kemarin menunjukkan bahwa telah gagal menjalankan nilai budaya dan agama. Masyarakat Minang dari dulu sering menunjukkan sikap bijaksana menjujung tinggi nilai-nilai dan norma hal tersebut tertuang dalam adat istiadat.

2.masyarakat Minang tidak lagi sepintar dulu.

Fakta sejarah telah membuktikan bahwa, pada zaman perjuangan kemerdekaan orang Minang dikenal berkontribusi terhadap bangsa ini. Kita sebut saja contoh nya h. Agus Salim, Tan Malaka,bung Hatta mereka dikenal orang pintar dan di akui oleh negara ini. Peristiwa sweeping di Cirebon kemarin menunjukkan bahwa karakteristik orang Minang pada mereka telah hilang, mereka seperti orang bodoh, tidak mempunyai adat istiadat,sopan santun dan tidak berilmu. Padahal sejatinya orang Minang dikenal sebagai menjunjung tinggi tinggi ilmu pengetahuan dan itu juga menyebabkan orang Minang dikenal bijak.

3. Hilang nya fungsi surau sebagai musyawarah dan mufakat di Minangkabau 

Rahasia kepintaran masyarakat Minang di zaman dahulu adalah surau sering di jadikan sebagai tempat bermusyawarah di mana dalam musyawarah masyarakat Minang memecahkan persoalan kehidupan sehari-hari seperti ekonomi,budaya, sosial dan lainnya. Dengan adanya musyawarah masyarakat Minang dapat mengeluarkan ide dan pendapat nya masing masing ( Egaliter)sehingga pikiran masyarakat menjadi terbuka ( open minded ) membawa wawasan.

Dengan tulisan penulis mengharapkan bahwa semoga masyarakat Minang introspeksi diri agar kita menjadi lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline