Lihat ke Halaman Asli

arif priyono

pegawai negeri sipil

Diary Taman 14 Desember 2023

Diperbarui: 15 Desember 2023   10:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Salam sehat

Kemarin saya mendadak pengen ke tempat yang agak jauh dari kantor, walau bukan taman tapi tempat ini lumayan nyaman untuk santai sembari melihat bus. Saya memang sejak kecil suka dengan bus, pernah pengen punya perusahaan bus (PO), tapi sejak kuliah dan kenal dengan keuangan karena ambil jurusan ekonomi. Saya jadi mikir apakah memang PO ini punya prospek bisnis yang baik, karena jika dikira-kira jumlah penumpang dikali tarif dikali rit (perjalanan pergi-pulang), hasilnya sepertinya sangat kecil dibanding kan dengan modal bus dan garasi belum lagi dengan biaya overhead. Ada beberapa PO yang kreatif dengan menambah layanan jasa pengiriman barang atau logistik. Namun tetap saja hanya beberapa PO yang bertahan sampai dengan sekarang.

PO baru yang saat ini bermunculan, penerawangan saya lebih karena saat ini perusahaan pembiayaan kelebihan dana sehingga mereka dipaksa dan "dipaksa" oleh sistem untuk terus bertumbuh penjualannya. Dua hari lalu saya pernah ngobrol dengan rekan jaman kuliah yang pernah jadi profesional di salah satu bank syariah besar di indonesia. Saat ini dia beralih profesi sebagai dosen di salah satu universitas di kampung halamannya.

Dia pernah bercerita bahwa pernah menerima pengajuan pembiayaan dari sebuah PO ternama sejumlah 20milyar. Namun setelah di telaah, usaha tersebut dianggap kurang prospektif dan tidak layak mendapat pembiayaan, padahal yang diajukan sebagai jaminan adalah unit bus dan garasi. Dengar-dengar pengajuan pembiayaan disetujui oleh bank swasta besar lain. 

Kembali lagi ke taman, saya mampir ke warung kopi yang lumayan tidak ramai sehingga bisa mengamati bus bus yang akan masuk ke terminal bungurasih. Selain melihat bus, saya juga melihat hal lain yang cukup baru, yaitu penjual tahu bulat yang memakai gerobak keliling kampung di sekitar bungurasih. Awalnya pengusaha tahu bulat ini yang setahu saya dari sekitar tasik, ekspansi ke surabaya menggunakan armada mobil pickup, lalu setelah beberapa waktu mereka menggunakan motor roda tiga agar bisa masuk ke gang-gang kecil, lalu saat ini menambah armada gerobak.

Sistem ekspansi pengusaha tahu bulat ini aga kberbeda dengan pengusaha pempek dari tegal, mereka agak tidak semangat mengembangkan armada penjualan. Fenomena lain saat ini adalah saudara dari madura yang punya tempat usaha/kios yang hampir seragam, berupa toko sembako dilengkapi dengan jualan bbm. Sejak dahulu saudara-saudara madura ini dikenal hanya usaha besi/logam bekas, tapi sekarang mereka membuka kios sembako yang seragam jualannya, bahkan buka terus 24 jam. Informasi yang saya dapatkan mereka mendapatkan dukungan pengusaha besar yang mendanai usahanya. 

Dunia memang selalu berkembang, akan selalu muncul pesaing-pesaing baru dengan pola baru. Pengusaha kios madura sekarang menjadi pesaing dari toko indomaret dan alfamaret yang sebelumnya sudah eksis. Ada pelajaran dari mentor saya, jika mau usaha dagang barang konsumsi harian, maka wajib modal besar karena jualan barang komoditas pasti marginnya tipis.

Semoga bermanfaat

Salam sehat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline