Mahalnya BBM saat ini membuat perekonomian masyarakat menjadi sulit terutama rakyat miskin. Penyebab mahalnya BBM tersebut tidak lain adalah sudah mulai langkanya BBM tersebut di dunia. Tahukan anda? Bahwa BBM yang kita pakai selama ini merupakan bahan bakar fossil yang berasal dari batu bara, akan habis dalam kurun waktu beberapa tahun kedepan dan terbentuk kembali dalam kurun waktu ribuan tahun lamanya. BBM konvensional masih menjadi piilhan utama di dunia, tetapi untuk saat ini pemakaian BBM konvensional menjadi kurang bijak, karena penggunaan yang terus menerus akan membuat bumi kita ini habis pasokan sumber energinya, lalu apa yang akan kita wariskan kepada anak cucu kita?
Untuk mengatasi masalah tersebut tentunya dapat ditempuh dengan berbagai alternatif, salah satunya dengan cara memproduksi bahan bakar alternatif yang biasa kita kenal dengan istilah biofuel. Saat ini sudah ada beberapa biofuel yang sudah berhasil dikembangkan, salah satunya berasal dari kotoran sapi atau yang lainnya. Semakin majunya perkembangan ilmu manusia saat ini, biofuel dapat juga diproduksi dari sumber nabati yang disebut biomassa. Tentunya bahan bakar ini dapat diperbaharui yang berasal dari bahan organik tanaman. Biomassa akan memanfaatkan lignoselulosa untuk memproduksi biofuel. lignoselulosa merupakan bahan baku pembuatan etanol yang terdapat pada tanaman, biomassa lignoselulosa berupa glukosa yang berbentuk selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Ketiga unsur tersebut mengandung karbon yang akan dimanfaatkan sebagai bahan pembakaran pada mesin mobil atau motor apabila sudah berbentuk biofuel.
Sumber tanaman biomassa bisa didapat dari tanaman berbiji seperti gandum, namun harga gandum saat ini sudah mahal, maka dari itu dalam perkembangannya saat ini biomassa tanaman lebih menekankan bersumber dari tanaman non biji seperti tebu. Tebu memiliki konsentrasi sukrosa yang tinggi pada batangnya. Potensi tebu sebagai tanaman energi, karena munculnya produksi etanol berbasis tebu dengan skala besar di brazil. Pengembangan tanaman tebu sebagai tanaman biomassa disebut juga “energi tebu”, hasil dari serat tebu ini sangatlah penting karena dapat digunakan sebagai pembangkit listrik, produksi selulosa etanol dan sebagainya.
Baru-baru ini, peneliti Jepang Takahashi pada tahun 2012 berhasil mengembangkan tebu berkualitas tinggi diberi nama 'KY01-2044' yang dibudidayakan untuk memaksimalkan produksi gula dan kadar serat, energi yang dihasilkan dari varietas menghasilkan 1,5 kali hasil total biomassa dan 1,3 kali hasil gula total daripada varietas penghasil gula utama di Jepang. Varietas baru ini memungkinkan pembentukan sistem eksperimental untuk produksi etanol secara simultan dan sukrosa dari gula total dengan serat residu sebagai sumber panas. Selain produksi etanol, sistem ini dirancang untuk menghasilkan jumlah sukrosa dibandingkan dengan sistem produksi gula konvensional.
Varietas tanaman tebu di atas dapat dikembangkan melalui metode sistem regenerasi tebu. Menurut Raza, metode ini dapat menghasilkan kalus embriogenik dalam jumlah banyak dalam kurun waktu yang cepat yang bertujuan untuk mengembangkan tanaman tebu yang menghasilkan kandungan lignoselulosa yang tinggi. Sel yang dikembangkan merupakan sel somatic, secara teoritis sel tersebut bersifat totipoten yang mampu berkembang menjadi tanaman utuh, namun stimulus secara kimiawi seperti pemberian auksin sintetik diperlukan untuk membuat mereka embriogenik, sehingga membentuk tanaman yang diinginkan.
Metode dalam melakukan regenerasi pada tanaman tebu bisa dilakukan dengan cara induksi kalus. Kebanyakan induksi kalus yang dilengkapi dengan stimulus seperti auksin 2,4- D, auksin sintetis namun terkadang menggunakan picloram dan 3,6-dikloro-2- Asam methoxybenzoic, dengan atau tanpa sitokinin BA, TDZ, atau kinetin. Hasil dari metode induksi kalus ini menghasilkan tanaman tebu secara utuh dan dapat dijadikan sebagai penghasil gula, dan ampas hasil produksi gula berupa ampas tebu akan diproses membentuk biofuel. berikut ini hasil regenerasi embrio somatic tebu yang akan dikembangkan menjadi tanaman tebu utuh yang mengandung lignoselulosa yang tinggi.
Menurut Dias, ampas tebu dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan biofuel, produksi biofuel dapat dilakukan melalui proses generasi kedua dalam perkembangan produksi biofuel. Produksi biofuel melalui metode ini terdiri dari proses pretreatment dan hidrolisis dari material lignoselulosa. Tahap pretreatment terdiri dari proses yang disebut Steam Electric Energy, sedangkan tahapan hidrolisis terdiri dari proses yang disebut sentrifugasi, distilasi, dan resifikasi, serta proses pendehidrasian. Setelah kedua tahap tersebut dilakukan maka akan terbentuk Biofuel berbentuk Anhydrous Bioethanol.
Hasil dari penelitian Dias pada tahun 2012, memperlihatkan bahwa pembentukan biofuel dapat menuntun menuju perkembangan ekonomi yang lebih baik. Produksi biofuel terbesar di dunia terdapat di Negara USA dan Brazil, tidak menutup kemungkinan apabila Indonesia juga memiliki keinginan untuk memproduksi biofuel melalui proses ini. Kita tahu bahwa Indonesia termasuk Negara yang memproduksi tebu dalam jumlah besar, dan sempat merajai pasar ekspor tebu dunia. Hal tersebut menjadi potensi untuk mengembangkan dan memproduksi biofuel, yang akan bermanfaat untuk meningkatkan ekonomi kearah yang lebih baik.
Sumber:
Dias, M. O. S., Junqueira. T. L., Cavalett, O., Cunha, M. P., Jesus, C. D. F., Rossel, C. E. V., Filho, R. M., Bonomi, A. 2012. Integrated Versus Stand Alone Second Generation Ethanol Production From Sugarcane Bagasse And Trash. Brazil: Biortech.
Raza, s., Qamarunisa, S., Hussain, M., Jamil, I., Anjum, S., Azhar, A., Qureshi, J. A. 2012. Regeneration In Sugarcane Via Somatic Embryogenesis And Genomic Instability In Regenerated Plants.
Takahashi, W. & Takamizo, T. 2012. Molecular Breeding Of Grasses By Transgenic Approaches For Biofuel Production. Japan: Intech.