Lihat ke Halaman Asli

Terang di Balik Kegelapan

Diperbarui: 25 Juni 2015   06:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

TERANG DI BALIK KEGELAPAN

Derap langkah mengiringku menuju sebuah gubuk tua. Semakin lama semakin tampak bentuknya. Gubuk tua yang tak berpenghuni itu bagaikan seseorang yang sudah sekian lama tak merawat dirinya.

Kukuatkan tekad untuk dapat meraih gagang pintu gubuk itu. Pintu pun terbuka dan kudapati kegelapan yang melanda seisi gubuk. Perlahan-lahan aku melangkah menyusuri sudut demi sudut dan ruang demi ruang. Langkahku pun terhenti ketika kaki kananku menyentuh sebuah benda lunak. Seribu tanya menggemadi dalam hati dan terus bertanya “benda apa yang telah kusentuh ini ?” menghilangkan rasa penasaran , aku berusaha meraihnya. Meskipun takut, aku harus tetap meraihnya. Ternyata yang ku pegang adalah selembar kain yang sudah usang diselimuti lumut. Rasa yang tadi aku alami kini perlahan mulai menghilang bersama kegelapan.

Langkah aku teruskan hingga akhirnya kepalaku membentur dinding gubuk mengakibatkannya hancur dan membentuk sebuah lubang. Dari lubang itu aku melihat keadaan yang berbeda. Keadaan yang berbeda itu memaksa aku untuk mengetahuinya. Aku pun melihatseberkas cahaya terpantul dari arah yang kurang jauh jaraknya. Aku menerobos lubang itu dan menghampiri arah datangnya cahaya. Sesampainya di sana aku menemui cahaya terang yangbegitu besar. Itulah terang yang membuatku menjadi sesuatu yang baru.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline