Lihat ke Halaman Asli

Aries Heru Prasetyo

Akademisi bidang Crisis Management

Paskah 2020, Puncak Ziarah Batin

Diperbarui: 11 April 2020   20:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

www.barewalls.com

Berbeda dengan perayaan Paskah di tahun-tahun sebelumnya, minggu ini umat Kristiani harus memperingatinya dengan penuh keprihatinan. Di tengah-tengah pandemi Covid-19, ajakan untuk saling menjaga jarak telah membuat perayaan dilakukan di rumah masing-masing dengan memanfaatkan media live streaming ataupun dengan mengikuti siaran televisi dari Gereja. 

Bagi umat Katholik, perayaan diawali dengan Rabu Abu (tahun ini jatuh pada minggu terakhir bulan Februari lalu), di mana kita diingatkan bahwa manusia berasal dari debu dan akan kembali menjadi debu. Oleh karenanya pertobatan menjadi kunci penting dalam masa persiapan Paskah. Masih teringat di tahun lalu, saya harus berhadapan dengan lalu lintas Ibu Kota yang padat untuk dapat sampai di Gereja dan mengikuti Misa Rabu Abu. Namun tahun ini, perayaan Rabu Abu dihiasi oleh banjir di wilayah kami, sehingga himbauan untuk berdoa dari rumah masing-masing mulai bergaung. Hati kecil saya bertanya "Ada apa ya di tahun ini?".

Memasuki bulan Maret setidaknya selama tiga minggu berturut-turut kami masih bisa beribadah bersama di Gereja, bersama-sama jemaat yang lain mempersiapkan diri untuk perayaan Paskah. 

Di sisi lain, korban ganasnya Covid-19 terus beranjak naik. Penerapan pembatasan sosial berskala besar pun dilakukan demi mengendalikan pandemi yang berasal dari kota Wuhan Tiongkok ini. 

Setelah itu, kegiatan di Gereja dihentikan. Sebagai gantinya, umat diminta untuk mengikuti Misa atau Kebaktian melalui media streaming youtube. Selang waktu berlalu, tanpa disadari kami harus memasuki pekan suci yang diawali dengan Minggu Palma. 

Saat menyiapkan diri bersama keluarga untuk mengikuti Misa melalui live streaming, tanpa terasa air matapun meleleh. Ziarah bathin selama masa persiapan Paskah seakan tengah mendaki bukit Golgota. Rasa pedih karena tak dapat menerima perjamuan kudus secara fisik mulai membahana. Pergulatan bathin dengan pertanyaan yang sama "Ada apa ya?" terus berkumandang. 

Memasuki perayaan Kamis Putih, di mana kami merayakan perjamuan terakhir, perziarahan bathin itu seakan makin memuncak ketika Pastor mengajak umat untuk saling mencuci kaki anggota keluarga lalu melanjutkannya dengan makan malam bersama. 

Sebagai profesional muda yang tinggal di Jakarta, kesibukan terkadang membuat kita lupa esensi rumah sebagai tempat damai sejahtera terbangun di antara anggota keluarga. Satu perenungan yang muncul adalah bahwa melalui Covid-19 ini seakan Tuhan meminta kita semua untuk beristirahat sejenak dari segala kepenatan yang ada.

Melalui kebijakan tetap tinggal di rumah, bekerja dari rumah, belajar dari rumah dan beribadah dari rumah, secara langsung Tuhan hadir dan berdiam di tengah-tengah keluarga kita. Perlahan namun pasti, hari-hari kita lalui bersama. 

Orang tua ditantang untuk benar-benar menjadi teladan bagi putera-puterinya sebab mereka selalu melihat kebiasaan kita dalam bertutur kata dan bertingkah laku. Ini merupakan moment di mana kita kembali diingatkan akan peran dan tugas sebagai anggota keluarga.

Sikap tenggang rasa, saling memahami dan saling menguatkan terbangun dengan sendirinya. Sadarkah kita bahwa dalam keseharian menjalankan kebijakan PSBB ini, perziarahan bathin seakan mengembalikan kita pada romansa awal ketika janji pernikahan diungkapkan atau saat menanti dengan rindu kedatangan sang buah hati. Suka cita inilah yang menjadi senjata ampuh dalam menekan rasa emosi berlebihan dan mementingkan diri sendiri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline