Lihat ke Halaman Asli

Alexander Arie

TERVERIFIKASI

Lulusan Apoteker dan Ilmu Administrasi

Pulau Lihaga, Kombinasi Keindahan Bawah Laut dan Pasir Putih

Diperbarui: 22 Maret 2022   22:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Pribadi Mbak Rahma

Pagi hari yang cerah di Kota Manado menjadi pengantar keberangkatan saya dan rombongan trip dari Kompasiana untuk menjalani hari yang panjang namun menyenangkan. Cerah menjadi kata kunci dalam perjalanan ini sebab kala kami mendarat di Manado 2 hari sebelumnya dalam kondisi hujan deras. Keesokan harinya, ketika kami mengikuti international conference Likupang: Explore The Hidden Paradise juga dengan backsound hujan deras.

Hujan deras dua hari berturut-turut dan rencana trip ke pulau tentu merupakan kombinasi yang tidak terlalu cocok. Apalagi bagi orang yang tidak terlalu familiar dengan laut seperti saya. Saya juga tidak bisa tidur pada malam sebelum trip ke Daerah Super Prioritas Likupang karena urusan hujan ini. Bayangan suram itu kemudian hilang ketika kami sampai di Pelabuhan Serai dalam kondisi cerah ceria. Segera sesudah turun dari bis, kami naik ke kapal Meykristi yang akan membawa kami ke Pulau Lihaga.

Pulau Lihaga pada dasarnya adalah tempat yang sudah cukup lama menjadi destinasi wisata. Pulau dengan luas kurang lebih 8 Hektar ini merupakan pulau yang tidak berpenghuni. Bahkan dari Mbak Rahma yang sudah pernah di Lihaga beberapa tahun sebelumnya, saya jadi tahu bahwa dulu itu bahkan toiletpun tidak ada di tempat ini.

Sebuah informasi yang cukup membagongkan~

Perjalanan dari Serai ke Pulau Lihaga sejatinya tidak terlalu lama, hanya sekitar 10-15 menit. Namun dalam kondisi ombak yang cukup tinggi, rasanya lumayan juga. Saya sendiri karena keder dengan ombak tentunya langsung mengenakan baju pelampung sejak dari naik ke kapal.

Aktivitas snorkeling dilakukan tidak jauh dari tempat berupa dermaga di Pulau Lihaga ini. Sebagai sebuah pengalaman baru, snorkeling ternyata cukup menyenangkan bagi saya. Bisa menyaksikan terumbu karang, bintang laut, termasuk juga ikan-ikan yang selama ini saya hanya bisa lihat di foto atau video ternyata asyik juga.

Selepas snorkeling sekitar 1 jam, kami merapat ke Pulau Lihaga. Kami tidak turun di dermaga, melainkan di pantai. Walhasil, kaki langsung disambut oleh pasir putih dari pantai yang tentunya panas-panas menyenangkan. Selanjutnya, kami berjalan ke daerah nongkrong yang terbilang sudah cukup memadai.

Ada semacam cafe, bisa order beberapa jenis makanan. Ada ruang bilas berikut toilet dengan air tawar yang kita bisa lihat toren air-nya dari kejauhan. Pada dasarnya, di Pulau Lihaga juga sudah ada penginapan yang bisa diorder dengan biaya yang terjangkau.

Bagian terbaik dari Pulau Lihaga adalah sinyalnya full, sekurang-kurangnya untuk HP saya yang pakai Telkomsel. Masalahnya kemudian karena ada sinyal, saya jadi kudu bisa nge-Zoom di pantai. Untuk Zoom 10-15 menit menjelaskan presentasi yang saya susun, rasanya sih menarik juga ya berbicara di Zoom dengan latar belakang suara debur ombak, dalam posisi basah karena baru tiba ke daratan sesudah sebelumnya snorkeling.

Nge-Zoom di Pantai~/dokumentasi pribadi

Kelihatan banget kalau cah kerjo...

Bagi orang yang keder lautan kayak saya sebagaimana pernah saya tulis di Kompasiana sini sebelumnya, Pulau Lihaga adalah alternatif yang ciamik sebab hanya butuh waktu 10-15 menit. Selain itu, para petugas baik di Serai maupun di Pulau Lihaga juga cukup paham tanda-tanda alam. Perjalanan kami saja bahkan nyaris dibatalkan karena hujan 2 hari dan badai di lautan. Jadi, nggak asal diberangkatkan juga tapi ada perhitungannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline