Lihat ke Halaman Asli

Alexander Arie

TERVERIFIKASI

Lulusan Apoteker dan Ilmu Administrasi

Akhir Manis Bihun Kekinian

Diperbarui: 28 Agustus 2016   13:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: pom.go.id

Kurang lebih sebulan silam, kita yang hobi banget heboh tiba-tiba ini seketika dan tiba-tiba heboh pada sebuah produk simpel dengan nama nan tangguh: Bikini alias Bihun Kekinian. Sama halnya dengan balada Jokowi dan Prabowo yang tiada kunjung henti, maka dengan sederhana renyahnya bihun yang digoreng selama 3 detik itu membelah kita menjadi dua bagian yang saling mencerca satu sama lain.

Satu sisi menganggap dengan tegas bahwa produk Bikini dengan desain kemasan yang membuat ilustrasi orang pakai beha saja, ditambah tagline nan jos gandos"remas aku" adalah suatu hal yang tidak senonoh, menjurus pada pornografi,meresahkan, dan lain sebagainya. Sebagai tambahan, masyarakat yang pro sisi ini dengan segera meminta Polisi, Badan POM, Bepepom, dan segala yang sejenis untuk bertindak. Ini ada contoh statement yang mengarahkan bahwa Bikini yang ini punya dampak nan mengerikan:

sumber: kompas.com

Sisi yang lain? Sepenuhnya kontra. Produk Bikini dianggap sebagai sebenar-benarnya kreativitas. Tidak ada yang salah pada penamaan bikini, pun tiada yang keliru dengan desain kemasan hingga tajuk "remas aku". Semuanya berpulang pada otak masing-masing. Dan bagi kalangan ini, menyebut produk Bikini sebagai pornografi sama saja payahnya dengan saat televisi nge-blur payudaranya Sandy, tupai kartun teman Spongebob. Emangnya beha tupai kartun yang hidup di bawah air bisa bikin nafsu? Kalangan ini justru mencibir tindakan Polisi, Badan POM, Bepepom, dan apapun yang sejenis jika memperkarakan produk Bikini.

Yang kasihan dalam posisi ini tentu saja pemerintah, dalam hal ini bisa Polisi, Badan POM, maupun lembaga lain-lain yang relevan. Ngomong-ngomong, Bepepom saya nggak sebut lagi karena lembaga itu sepenuh-penuhnya hanya ada dalam imajinasi. Kayak jomblo aja, kak, suka berimajinasi. Heu. 

Pemerintah pada akhirnya harus bisa memposisikan diri dengan tepat. Bukan apa-apa, yang anti Bikini adalah rakyat, yang pro Bikini juga rakyat. Yang anti Bikini ada fans Prabowo ada juga fans Jokowi, demikian sebaliknya. Berbeda dengan sebagian makhluk hidup di Indonesia yang gemar menyalah-nyalahkan orang, pemerintah harus mengambil langkah yang bijak untuk menyelesaikan perkara Bikini ini. Menghilangkan keresahan bagi anti Bikini yang resah, menuntaskan kepanikan yang tidak perlu secara elegan bagi pro Bikini yang menganggap urusan lain jauh lebih penting daripada Bikini.

Pemerintah--dalam hal ini Badan POM dengan Balai Besar POM di Bandung sebagai ujung tombak--pada akhirnya dapat membuka tabir kasus ini. Tabir yang penting bagi anti bikini, tabir yang sia-sia bagi pro bikini. Kurang lebih 2 hari dibutuhkan oleh BBPOM di Bandung untuk mendapati adanya titik terang ihwal Bihun Kekinian ini.

Bagi yang menyimak isu ini secara parsial harusnya kaget. Sebagian kecil orang ada yang menuduh bahwa Bikini ini adalah konspirasi wahyudi untuk menanamkan pornografi di Indonesia. Kalangan ini sontak terdiam begitu tahu bahwa produsen Bikini adalah Tiwi, seorang gadis belia berusia 19 tahun, berhijab pula. Belum lagi fakta bahwa baik kalangan anti maupun pro tidak banyak yang paham urut-urutan nama Bikini ini, termasuk asal muasal Bikini sebagai luaran Youth Enterpreneur Academy (YEA) yang digelar di salah satu kampus di Bandung.

Satu hal yang menarik buat saya adalah fakta bahwa BBPOM di Bandung mencoba melakukan pendekatan yang komprehensif terkait produknya, bukan semata-mata terkait gambar bikini pada kemasan. Pada akhirnya, sebagaimana dipaparkan dalam rilis BBPOM di Bandung, diputuskan bahwa kasus Bikini ini tidak diteruskan ke proses penyidikan karena dari fakta-fakta yang ditemukan penyidik kiranya tidak didapati unsur kesengajaan, ada unsur ketidaktahuan dari pelaku, produknya dibuat dalam skala kecil di rumah tinggal dengan menggunakan peralatan sederhana, dan yang paling penting adalah dari hasil pengujian tidak ditemukan kandungan bahan berbahaya pada produk jadi.

Supaya adil dan tidak meresahkan, pada akhirnya dilakukan pemusnahan produk yang menimbulkan keresahan bagi sebagian kalangan ini dalam acara yang dihadiri oleh Perwakilan Biro Hukum dan Humas Badan POM, Pemkot Bandung, Polda Jabar, Dinkes Kota Bandung dan Depok, Dinkes Provinsi Jawa Barat, dan lain-lainnya.

Dan agar membuat lega pihak-pihak yang resah, Tiwi bersama mentor dari YEA dan mentor informal--yang kita kenal sebagai Om Ber--juga telah meminta maaf atas andilnya dalam kelahiran makanan ringan Bikini ini. Dalam pernyataannya, Tiwi menyebutkan bahwa sama sekali tidak ada maksud dan niat buruk apapun saat memproduksi makanan ringan ini, termasuk juga memohon maaf atas keresahan yang terjadi karena adanya produk tersebut, serta berjanji akan belajar lebih banyak mengenai peraturan dan menaatinya dalam memproduksi sesuatu.

Kalangan pro Bikini kiranya juga perlu senang. Tidak seperti yang disebut di media-media provokatif, Tiwi sendiri diperlakukan dengan baik, tidak digelandang layaknya pesakitan meski juga tidak didewakan seperti tersangka korupsi. Lebih lanjut, Dinas Kesehatan Kota Depok juga telah menjadikan Tiwi sebagai salah satu target pembinaan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline