Lihat ke Halaman Asli

Alexander Arie

TERVERIFIKASI

Lulusan Apoteker dan Ilmu Administrasi

Leicester City: Seandainya Tidak Ada Video Porno

Diperbarui: 20 Desember 2015   09:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tiga puluh delapan poin dicapai oleh Leicester City persis pada pertandingan terakhir sebelum Natal. Pada periode yang sama musim lalu, mereka ada di zona merah. Sebuah prestasi mengagumkan, yang mungkin sama mengagumkannya dengan kebangkitan mereka dari zona merah musim lalu yang hanya terjadi pada 9 pekan terakhir. Dua poin lagi, Si Rubah mendapat poin 40, angka yang secara psikologis aman dari degradasi, sesuatu yang begitu sulit mereka dapatkan musim lalu.

Semua orang mungkin menunjuk Claudio Ranieri, Riyad Mahrez, dan Jamie Vardy sebagai aktor kebangkitan The Foxes. Hmmm, kalau Mahrez mungkin bisa jadi tidak. Penggemar Fantasy Premier League tentu ingat ada masa ketika Mahrez dicadangkan oleh Ranieri, dan pada akhirnya Leicester tetap menang, dengan gol Vardy. Ranieri yang habis gagal total di Yunani jelas saja menjadi sosok yang harus dipuji. Namun, kalau boleh berandai-andai boleh jadi Leicester tidak akan ada di posisi sekarang, mengangkangi Arsenal dan Duo Manchester, serta melihat Chelsea bak semut dari ketinggian, jika tidak ada video porno.

Kisah tur post season Leicester City ke Thailand--negeri tempat pemilik klub--memang membuahkan cerita ketika tiga pemain The Foxes yang masih muda-muda terlibat dalam sebuah video porno. Cilakanya, salah satu yang terlibat dalam video itu adalah James Pearson, anak kandung dari sang pelatih yang telah membawa Leicester City ke Premier League, Nigel Pearson. Pada mulanya tiga pemain itu dipecat. Namun tidak lama kemudian, Pearson Senior ikut-ikutan dipecat, persis pada hari sebelum bursa transfer dibuka.

Bahwa disebutkan memang ada sebab lain yang mendasari pemecatan Pearson, termasuk catatan disiplinnya yang lumayan buruk. Namun, melihat kronologinya, video porno menjadi faktor pemicu. Ibarat kata sebenarnya pemilik sudah pengen memecat, tapi apa daya Pearson berprestasi, maka ketika ada kasus video porno yang berkaitan dengan negara si pemilik--karena dibuat saat post season tour ke Thailand, maka hilanglah Pearson dari bench Leicester.

Maka, mari berandai-andai, apakah Riyad Mahrez akan begitu moncer, apakah Jamie Vardy yang belum lama jadi pemain profesional itu begitu produktif, jika masih dilatih Pearson? Karena jelas Ranieri tidak akan ada di bench The Foxes jika masih ada Pearson di tempat itu.

Yah, sekarang marilah kita menyaksikan sejauh mana kiprah The Tinkerman yang mendapat kursi karena ada kasus video porno tiga pemain muda Leicester, di Liga Inggris? Ranieri sebenarnya masih punya banyak PR, karena toh Kasper Schmeichel masih begitu sering kebobolan.

Yang jelas, Ranieri dan Leicester telah berhasil menjadi fenomena, dan akan menjadi fenomena yang paripurna jika mereka bisa yuara!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline