Lihat ke Halaman Asli

Alexander Arie

TERVERIFIKASI

Lulusan Apoteker dan Ilmu Administrasi

Kuliner Unik dan Konsep Keamanan Pangan

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1328492334992165997

Sudah banyak informasi kuliner unik yang tersaji di tab Freez. Banyak pula informasi yang saya peroleh soal keragaman pangan di Kompasiana. Nah, kalau dilihat-lihat, beberapa diantaranya agak-agak menyerempet dengan konsep keamanan pangan. [caption id="attachment_160626" align="aligncenter" width="517" caption="sumber: otnawamseortray.wordpress.com"][/caption] Di Indonesia, ada standar nasional yang terkait sistem keamanan pangan, namanya SNI ISO 22000: 2009. Jadi nggak cuma helm, keamanan pangan pun ada standar nasionalnya. SNI ISO 22000 mengacu-kalau nggak boleh dibilang menerjemahkan-pada ISO 22000: 2005 terkait Food Safety Management System. Kalau jeli, di iklan produk minuman anti panas dalam dan sebuah iklan mie instan, ISO 22000 ini sudah dijadikan materi iklan. Apa sih ISO 22000 ini? Standar yang kita kenal adalah ISO 9001 terkait Quality Management System. Ini yang diacu oleh banyak bidang. Kalau pernah lihat, rumah sakit ikut sertifikasi ini, sekolah juga demikian, bahkan di luar negeri adalah dua orang pelatih renang, suami-istri, ikut sertifikasi ini. Kita juga mungkin sering dengar ISO 14000/1. Yang ini terkait lingkungan. Standar lain yang sering digaungkan di spanduk-spanduk kawasan industri adalah OHSAS 18000/1 yang terkait Keselamatan Kerja. Makanya, kalau ada petugas gondola nggak pakai helm, itu sering disebut "nggak OHSAS" hehehe.. Ada banyak sih per-ISO-an yang lain, tapi mungkin kurang terdengar karena bidangnya yang spesifik. ISO 22000 ini ada yang bilang merupakan parseduluran antara ISO 9001 dan HACCP. Apa pula ini? Hahaha.. HACCP adalah Hazard Analysis of Critical Control Point. Ini awalnya dipakai untuk persiapan makanan astronot. Tapi pelan-pelan diaplikasikan pada industri dan konsep penyajian makanan. HACCP ini intinya menghindarkan POTENSI BAHAYA yang mungkin terjadi pada pangan dan kaitannya pada KESELAMATAN manusia. Penentuan hal ini dikaitkan dengan tingkat kemungkinan dan keparahan. Semakin tinggi kemungkinan dan/atau semakin tinggi tingkat keparahan, maka semakin mengarah pada Critical Control Point alias CCP. Lha kenapa dengan CCP? CCP ini pada prosesnya, sesuai namanya, adalah titik kritis yang dapat menyebabkan bahaya pada pangan dan kemudian manusia. Kaitannya dengan kuliner unik? Nah ini. Dalam banyak kuliner unik, kita juga menemukan banyak potensi bahaya. Nggak percaya? Makan pakai tangan, apa itu bukan potensi bahaya? Siapa yang paham berapa banyak bakteri di tangan kita? Itu kan sudah masuk potensi bahaya. Kuliner yang saya tulis, pensi, misalnya. Siapa yang jamin angka mikroba di dalamnya masuk dalam toleransi tubuh? Kan itu diambil dari bawah danau dan kemudian direbus. Gitu doang kan? Tapi, tidak bisa dipungkiri, kuliner unik itu adalah kearifan lokal. Merebus misalnya, adalah bentuk pengurangan angka mikroba sehingga meminimalkan potensi bahaya. Penggunaan kayu manis dalam beberapa panganan juga adalah bentuk pengurangan angka bakteri. Lalu masih ada juga tomat yang menyertai sate kambing, itu adalah bentuk perlawanan pada radikal bebas dikarenakan pembakaran. Dan masih banyak jenis kearifan lain. Syukurlah di Indonesia kita dianugerahi imunitas berlebih, sehingga hal ini macam jadi remeh. Saya ketawa kemarin mendengar cerita di sebuah RS. Ada 15 orang makan bersama di sebuah warung, 4 ekspatriat diantaranya kemudian masuk rumah sakit karena diare. Salah makanannya atau salah orangnya? Hehehehe.. Bagaimanapun uniknya kuliner, kita sebagai konsumen layaknya menerapkan sisi-sisi keamanan, setidaknya yang bisa kita terapkan sendiri. Nggak perlu repot-repot mengatur si penjual, kalau kita beli. Kalau kita bikin sendiri, berlaku higienis juga membantu. Kita nggak harus tunggu sakit kan, baru bertindak. Di pola pengobatan modern, preventif lebih menjadi sasaran, demikian pula dengan konsep keamanan pangan. Melakukan kegiatan semacam cuci tangan, nggak ngupil waktu masak, nggak bersin waktu preparasi makanan, dan lainnya adalah bentuk penerapan ISO 22000 dalam tataran yang SANGAT sederhana. Ujungnya jelas kok, keamanan kita sendiri, dan orang lain yang memakan kuliner tertentu. Janganlah ada kemudian stigma, kalau nggak abis pegang ketek, ini makanan jadi nggak enak. Hoekkk.. Tapi ada loh yang bilang begitu. Kalau pernah nonton 3 Idiot pasti kebayang adegan menjijikkan ketika kayu penumbuk adonan dipakai menggaruk tubuh. Ya, ekstrimnya semacam itulah. Kalau pangannya aman, seunik apapun kuliner yang ada dimanapun, bisa kita cicipi dengan riang gembira. Saya pun kemarin masih makan tutut cendana dengan kedua tangan, setelah sebelumnya makan bebek sambal korek, juga dengan kedua tangan. Yummmyyyyy... Salam!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline