Lihat ke Halaman Asli

Alexander Arie

TERVERIFIKASI

Lulusan Apoteker dan Ilmu Administrasi

Latihan Menulis Perlu Bayar 2 Juta?

Diperbarui: 18 Juni 2015   00:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sungguh nasib sial-sial sedap bagi saya berteman dengan fans berat seorang penulis yang cukup terkenal pada masa kampanye pemilihan presiden yang baru lalu. Sial-sial sedapnya karena saya sebenarnya nggak nge-like fanspage si penulis, tapi ada teman FB yang nge-share setiap updatean dari si penulis. Saya sih nggak peduli isinya--pada awalnya. Tapi karena lama-lama provokatif, saya eneg juga.

Nah, dalam satu share-share-an, saya kemudian mendapati hal menarik. Ternyata si penulis itu mengadakan pelatihan menulis. Penulis mengadakan pelatihan menulis itu sudah sangat biasa. Satu hal yang bikin saya kaget adalah tarifnya yang berkisar 2 juta rupiah untuk satu kali pelatihan/per peserta.

Ehm, kebetulan saya punya beberapa antologi dan sebuah buku yang diterbitkan di penerbit bonafit yang royaltinya lancar. Jadi saya disamakan dengan penulis yang tadi dalam hal status penulis. Setidaknya saya punya buku, dan pernah nangkring di Gramedia. Judulnya OOM ALFA #lahmalahpromosi

Saya kaget melihat harga 2 juta untuk sebuah pelatihan menulis, bukan apa-apa, tapi karena saya nggak pernah mengeluarkan uang segitu banyak untuk latihan menulis. Bahkan untuk proses buku saya jadi sekalipun, nggak sampai bilangan juta.

Penerbit tempat saya bernaung juga terbilang keren dalam hal mengupdate penulis-penulisnya. Dalam kurun waktu tertentu tiba-tiba ada email masuk berupa undangan meeting sesama penulis. Beberapa topik yang pernah diberikan adalah self editing, personal branding, hingga peta perbukuan Indonesia. Pembicaranya? Ah, saya nggak usah sebut banyak. Salah satunya adalah Raditya Dika. Kurang terkenal apa dia? Dan apakah saya membayar untuk pelatihan bersama Raditya Dika?

Tidak sama sekali.

Mungkin perbedaan perspektif saja. Tapi saya tidak bisa menerima logika bahwa untuk menjadi penulis buku harus keluar 2 juta hanya untuk pelatihannya saja. Duit segitu--bagi saya--lebih baik dibelanjakan ke buku-buku. 75% buku referensi genre, 15% buku lainnya untuk variasi, dan 10% buku teknik menulis. Atau kalau mau jadi penulis, duit 2 juta itu sudah bisa untuk beli printer dan kertas sekian rim, plus tintanya. Dalam perhitungan saya, 2 juta itu bisa mencetak 6 naskah novel untuk dikirim ke penerbit yang mensyaratkan hardcopy.

Ya, mungkin memang ada nilai plus dari 2 juta itu, seperti garansi tetap bisa konsultasi sesudah pelatihan. Lah, saya sama editor-editor kece di penerbitan juga bisa konsul kapanpun, even via twitter sekalipun. Atau kalau lagi parah-parahnya sibuk, ya datengin kantornya.

Hmm, buku saya memang tidak cukup meledak. Kalau meledak namanya balon hijau. Jadi mungkin kurang pas kalau saya menulis ini. Tapi saya hanya resah karena saya pernah berada dalam posisi penulis cupu yang nggak tahu caranya bisa menerbitkan buku, padahal saya ingin sekali. Dan apakah kemudian saya harus bayar  2 juta untuk itu? Sejujurnya saya nggak mampu.

Atau mungkin memang itu bisnis si penulis, ya silakan saja. Buat yang mampu, dan yang ikutan, silakan. Saya nggak punya kuasa untuk melarang kalian. Saya cuma bilang, kalau hendak belajar menulis, menulis saja di Kompasiana sini. Bisa dapat feedback langsung, dan bisa kopdar #lah

Di Kompasiana sini sudah banyak yang menelurkan buku, dan rasanya nggak perlu mengikuti latihan menulis dengan biaya 2 juta. Iya, kan?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline