Kondisi Indonesia sebagai negara kepulauan dengan banyak pulau kecil dan tersebar menyiratkan suatu keterbatasan dalam penyediaan akses listrik dan penggunaan sumber pembangkit listrik skala besar secara ekonomis tidak layak. Selanjutnya, diesel pembangkit listrik generator saat ini merupakan pilihan yang lebih disukai. Dengan melonjaknya harga solar, hal itu membuat biaya listrik dari PLTD kurang terjangkau dan tidak berkelanjutan. Di sisi lain, program ini akan sulit memberi jalan untuk mendukung transisi ke energi terbarukan (RE) dengan membuat listrik yang dihasilkan dari sumber ET yang tersedia secara lokal untuk menjadi pilihan yang lebih masuk akal secara ekonomi. Olah karena itu, PLN telah mengelurkan suatu program penggantian PLTD dengan pembangkit listrik berbasis energi terbarukan. De-dieselisasi program ini bertujuan untuk mengurangi penggunaan pembangkit listrik tenaga diesel.
PLN merencanakan untuk mengurangi pemakaian BBM dengan melaksanakan program dedieselisasi, antara lain konversi PLTD ke pembangkit EBT yang terdiri dari sistem PLTS dan baterai yang diprioritaskan untuk di bangun pada lokasi terisolasi yang tidak dimungkinkan untuk terinterkoneksi ke grid. Dalam rangka mengurangi pemakaian BBM yang berbasis impor di sektor pembangkit, maka pemanfaatan PLTD akan terus dikurangi secara bertahap. Program konversi PLTD ke EBT menjadi salah satu inisiatif untuk mengurangi pemakaian BBM dan meningkatkan efisiensi biaya pembangkit terutama di daerah isolated serta meningkatkan jam nyala. Pembangkit berbahan bakar BBM akan digantikan dengan pembangkit EBT dan teknologi EBT yang digunakan mayoritas adalah PLTS dan sistem penyimpanan baterai. Pemilihan PLTS dikarenakan relatif berlimpah sumber energi matahari di wilayah Indonesia dan pemilihan lokasi bersifat flexibel. Dari sekitar 5.200 unit mesin PLTD yang terpasang di wilayah Indonesia dan tersebar di 2.130 lokasi mempunyai potensi diikutkan dalam program ini yang pelaksanaanya secara bertahap menyesuaikan evaluasi atas ketersediaan dan kesesuaian energi setempat serta kebutuhan sistem. Pulau Mentawai, sebagai salah satu dari sekian banyak sistem terisolasi di Indonesia, akan dilakukan proses dedieselisasi.
Level penetrasi EBT pada skenario ini adalah 100% yang artinya diasumsikan sistem kelistrikan Mentawai tidak akan menghasilkan emisi karbon.
PLTD Tua Pejat berada di jaringan isolated Pulau Mentawai dan tidak dapat terhubung ke jaringan sistem ketenagalistrikan lainnya karena jarak yang jauh antar pulau. Sebagai salah satu upaya untuk dapat mencapai target bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) Nasional sebesar 23 persen pada tahun 2025, PLN telah mengelurkan program de-dieselisasi dan program ini akan dikenakan pada PLTD Tua Pejat.
Plot grafik dibawah menunjukan grafik permintaan energi listrik selama bulan Juli dimana konsumsi ditandai dengan luasan grafik berwarna merah, luasan grafik berwarna krem menunjukan energy listrik yang berlebih di simpan oleh BESS, dan grafik kuning menunjukan energy yang tercurtail.
Dari studi yang telah dilakukan tampak bahwa jika suatu sistem kelistrikan dikehendaki untuk bertransformasi ke suatu sistem tanpa emisi, investasi yang dikeluarkan masih relatif cukup tinggi. Dalam contoh kasus di sistem PLTD Pulau Pejat di Mentawai, 100% EBT yang terdiri dari PV dan BESS.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H