Lihat ke Halaman Asli

ARIES NANDARIKA

Pemerhati budaya

Revitalisasi Kebudayaan

Diperbarui: 12 Agustus 2019   22:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

REVITALISASI KEHIDUPAN BERBUDAYA

Setelah memasuki era reformasi 1998, di daerah-daerah dirasakan bahwa kehidupan berbudaya makin ditinggalkan oleh masyarakat. Ada kesadaran bahwa krisis (kalabendhu) yang berkepanjangan merupakan akibat dari tidak diterapkannya lagi kehidupan berbudaya.

Sebagai tanggapan terhadap terkikisnya kehidupan berbudaya, maka di daerah-daerah berlangsung gerakan pelestarian kebudayaan.

Setelah berjalan satu dekade dapat kita amati bahwa gerakan pelestarian  kebudayaan ternyata tidak beerhasil mengembalikan kehidupaan berbudaya di daerah-daerah. Kebudayaan sebagai sistem kehidupan tidak berhasil dikembalikaan mengapa demikian ? 

Gerakan pelesataian kebudayaan yang berjalan selama ini didaasarkan pada anggapan bahwa dengan peningkatan intensitas dan frekuaensi kegiatan promosi kesenian, upacara adat dan sebagainya maka kehidupan berbudaya dapat dikembalikan.

Kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa gerakan pelestariaan kebudayaan semacam ini tidak menyentuh esensi kebudayaan sebagai sistem kehidupan. Yang dilakukan hanya kegiatatan fisik tetapi tidak terjadi proses penataan kesadaran batin yang menjadi esesnsi kebudayaan Jawa.

Promosi kegiatan kesenian, upacara adat dan sebagainya yang dilakukan dalam rangka peleastarian kebudayaan tidak memberi dampak terhadap mentalitas dan moralitas masyarakat. Akibatnya, tindak kekerasan, kemalasan, kebodohan dan kemiskinan tidak berkurang. Selain itu juga tidak menciptakan atau meningkatkan keperdulian, toleransi dan solidaritas sosial.

Penggunaan istilah pelestarian kebudayaan itu sendiri dapat menyesatkan. Penggunaan istilah pelestarian kebudayaan memberi konotasi bahwa kebudayaan menjadi obyek pelestarian.

Sejalan dengan pengertian bahwa kebudayaan menjadi obyek yang dilestarikan maka orang mencari-cari aspek kebudayaan yang kasat mata (tangible) untuk dilestarikan. Aspek kebudayaan yang intangible tidak tersentuh.

Istilah yang lebih tepat untuk digunakan dalam mengembalikan kehidupan berbudaya adalah menghidupkan kembali atau revitalisasi. Jadi istilah yang benar seharusnya adalah : revitalisasi kehidupan berbudaya, bukan pelestarian kebudayaan.

Revitalisasi kehidupan berbudaya berarti revitalisasi penerapan nilai-nilai, norma dan etika budaya ke dalam kehidupan bermasyarakat.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline