Laki-Laki Malang
Di ujung jalan yang tak pernah menuntun pulang,
ada seorang laki-laki duduk di atas bayangannya sendiri.
Ia menggambar senja dengan jari-jari retak,
menganyam harapan yang tercerai dalam embun.
Sepiring nasi dingin, ia tatap seperti cermin.
Di dalamnya, ia temukan mata anak-anak kecil
yang tak lagi tahu rasa kenyang,
dan suara istrinya yang hilang di antara gemuruh mesin pabrik.
"Jangan menangis," katanya pada udara,