Lihat ke Halaman Asli

Menjaga Persatuan dan Kesatuan dengan Revitalisasi Toleransi yang Berlandaskan Budaya Indonesia

Diperbarui: 7 Maret 2022   09:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Kathrin Honesta

Indonesia sebagai negara kepulauan dengan penduduk majemuk yang mempunyai beragam perbedaan seperti suku, agama, ras, budaya, dan lain sebagainya. Perbedaan tentunya dapat menjadi halangan tersendiri yang dapat menimbulkan perpecahan apabila tidak dihadapi dengan baik. Untuk itu, kata “Revitalisasi Toleransi” akan terasa tepat dalam mengobarkan semangat persatuan dan kesatuan di Indonesia. 

Revitalisasi Toleransi sendiri berarti berusaha memberdayakan sikap menghargai dan menghormati perbedaan yang dimiliki oleh orang lain. Dalam hal ini, toleransi tercermin dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang bermakna meskipun berbeda-beda tetapi dalam hakikatnya tetap satu bangsa Indonesia (detik, 2021).

Kemajemukan merupakan suatu hal yang tidak akan terpisahkan dalam realitas kehidupan masyarakat Indonesia. Dalam konteks ini dimaksudkan bahwa kebudayaan yang hadir di Indonesia mempunyai beragam bentuk baik yang sudah melalui tahap produksi ataupun reproduksi menjadi budaya baru. 

Menurut Clifford Geertz ( dalam Rosyid, 2017, h. 5) mengemukakan bahwa reproduksi budaya dapat terjadi ketika mengalami proses transmisi budaya dalam kehidupan sehari-hari. Kebudayaan akan secara turun temurun mengalami perubahan dan terus berproses hingga membentuk makna atau simbol tersendiri. Untuk itu, dalam usaha memahami setiap budaya dan perbedaannya dapat dilakukan dengan mempelajari cultural studies. 

Cultural studies (Santi, 2003, h. 56) merupakan berusaha untuk memahami persoalan terkait dengan menghormati budaya orang lain serta berupaya untuk menganalisis budaya dengan tujuan membongkar praktik kuasa yang berhubungan dengan produksi makna. Disisi lain, peranan para indonesianis sangat diperlukan untuk memperdalam serta mempelajari budaya Indonesia. Indonesianis merupakan seorang tokoh yang mempunyai kewarganegaraan asing tetapi mempunyai ketertarikan terhadap Indonesia.

Menurut Denys Lombard (Indonesia.go.id, 2019) sebagai seorang Indonesianis dalam bukunya “Nusa Jawa:Silang Budaya” mengemukakan bahwa tidak ada tempat di dunia ini kecuali Asia Tengah yang seperti halnya Nusantara sebagai tempat dengan kehadiran hampir seluruh kebudayaan besar dunia yang saling berdampingan dan melebur menjadi satu. Lombard juga mengatakan bahwa kebudayaan-kebudayaan India telah mempengaruhi daerah di Indonesia seperti Sumatera, Jawa dan Bali. 

Disisi lain, pada abad ke-16 kebudayaan Islam, China, dan Eropa mulai menanamkan pengaruhnya di Indonesia. Lombard juga menggaris bawahi bahwa adanya nilai-nilai pluralisme merupakan sebuah konsekuensi yang harus diterima dari letak geografis negara Indonesia. Selain itu, Indonesianis lainnya seperti Reid setuju dengan pernyataan Lombard dan memberikan contoh adanya pembauran budaya seperti pada pembangunan Candi Borobudur dengan terdapat perpaduan agama Budha dan Hindu.

Dengan demikian, Indonesia sebagai pusat sebuah kebudayaan harus terus menyuarakan semangat kebhinekaan sebagai upaya untuk mengatasi konflik antar budaya yang berbeda. Pluralisme yang terdapat di Indonesia tentu akan memicu adanya sikap intoleransi budaya. 

Terlebih lagi, akan lebih mengerikan apabila perubahan tersebut dimanfaatkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab untuk sebuah kepentingan. Peristiwa demikian seringkali terjadi di Indonesia ketika banyak dari elite politik yang menggunakan cara politik identitas demi mencapai tujuannya untuk terpilih pada kursi legislatif. Hal ini, tentunya akan memicu ketegangan yang apabila tidak diantisipasi dengan baik maka akan menggoncangkan persatuan dan kesatuan Indonesia. 

Toleransi sendiri merupakan sebuah syarat yang mutlak dalam mewujudkan persatuan Indonesia. Oleh karena itu, pentingnya meningkatkan literasi budaya ataupun mempelajari kajian budaya demi meminimalisir perilaku intoleran di Indonesia. Pemerintah juga perlu menciptakan program kebudayaan dengan fokus pada budaya asli Indonesia yang bertujuan untuk melestarikan budaya dan mengenalkan budaya setempat.


Daftar Pustaka:

Arif, Sabarudin. (2019). Kerukunan hidup antar umat beragama berbasis kearifan lokal: studi kasus di kampung loloan kabupaten jembrana provinsi bali. Sosiologi Reflektif, 14(01), 1-25.

Enggran Eko. (2021) Arti Bhinneka Tunggal Ika, Tujuan, Makna dari Kalimat Semboyan Indonesia. Diakses pada tanggal 6 Maret 2022, dari https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5660329/arti-bhinneka-tunggal-ika-tujuan-makna-dari-kalimat-semboyan-indonesia

Indonesia.go.id. (2019). Keniscayaan Keragaman Indonesia dan Pancasila. Diakses pada tanggal 6 Maret 2022. dari https://indonesia.go.id/kategori/komoditas/590/keniscayaan-keragaman-indonesia-dan-pancasila

Indra, Santi. (2003). “Cultural studies” dalam studi komunikasi suatu pengantar. Mediator, 4(01), 55-68.

Nukhai, Rosyid. (2017). Reproduksi budaya dalam pentas kesenian tradisional balai soedjatmoko. Jurnal Analisa Sosiologi, 6(1), 42-54.



Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline