Lihat ke Halaman Asli

Bahaya Konten Prank Penculikan Anak

Diperbarui: 25 Maret 2023   10:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pernahkah kamu melihat di Instagram seorang dewasa yang "nge-prank" menculik anak di bawah umur seperti anak SD (Sekolah Dasar). Sebenarnya mereka tidak benar-benar menculik sebelum durasi story instagram mereka habis, mereka (sang pelaku prank) "maaf ya dek ini hanya becandaan (prank) saja". Lantas apakah hal tersebut hanya becandaan ? Efek apa yang dapat ditimbulkan oleh hal iseng tersebut ?  

Penculikan anak termasuk dalam kategori kegiatan yang melanggar hak asasi manusia, sesuai dengan perkembangan hak tersebut. Jumlah penculikan anak, baik yang dilakukan oleh orang luar maupun anggota keluarga, terus meningkat. Ada beberapa kejadian di mana anggota keluarga atau kerabat dekat lainnya menyakiti anak di bawah umur, bahkan terkadang mereka masih dianggap balita. Penjelasan diatas merupakan hal yang terjadi pada penculikan anak, dan semua orang tua yang memiliki anak umumnya mengetahui hal tersebut karena tergolong umum. Bagaimana dengan "konten prank" penculikan anak apakah hal tersebut melanggar HAM juga ? atau bisa dianggap relevan ?

Hal yang menarik dari "konten prank" penculikan anak sebenarnya psikologi dari anak tersebut. Sang anak akan beranggapan bahwa hal yang menimpa dirinya bukan lah konten/prank melainkan terjadi pada dirinya, tidak semua anak dibawah umur siap menghadapi setiap lelucon orang dewasa terkhususnya penculikan. Jika ditanya kepada pembuat konten tersebut mengapa anda melakukan hal tersebut ? Rata-rata jawaban mereka hanyalah iseng atau becanda.

Setelah konten selesai sang anak akan kembali kepada rumah orang tua mereka masing-masing yang dampaknya membuat mereka trauma, tidak semua anak dibawah umur dapat menceritakan kejadian yang dialaminya. Lalu pertanyaannya apakah semua konten prank itu berbahaya bagi psikologi anak ? tentu tidak semua demikian, tetapi dalam hal ini tentunya berdampak bagi anak di bawah umur tersebut. Saran jika membuat konten prank haruslah memikirkan apakah berdampak serius bagi lawan prank anda ? jika iya sebaiknya anda mencari konten prank lainnya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline