Lihat ke Halaman Asli

Ancaman Ekonomi Inggris akibat Brexit

Diperbarui: 8 Maret 2023   10:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pertanyaan pertama yang muncul mungkin bagaimana mungkin negara semaju Inggris bisa krisis ekonomi ? Apa karena covid-19 ? Rasanya semua negara terkena dampak ini. Lantas karena apa ? 

Dimulai dengan Inggris adalah salah satu negara dominan di abad ke-19 dan memiliki ekonomi yang kuat. Namun, krisis minyak global tahun 1973 yang menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi meyakinkan Inggris untuk bergabung dengan Uni Eropa. Keikutsertaan Inggris dimaksudkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui kerja sama. Inggris perlu melakukan perubahan pada kebijakannya agar dapat diterima sebagai anggota Uni Eropa dan terus melakukannya. 

Di antara anggota Uni Eropa, Inggris memiliki salah satu pendapatan nasional tertinggi. Selama tetap menjadi anggota UE, Inggris akan terus menikmati sejumlah keuntungan, termasuk penghapusan pembatasan perdagangan dan prosedur ekspor dan impor yang disederhanakan di dalam benua tersebut.  Namun, itu tidak selalu mendapat dukungan dari semua pihak di Inggris yang berkepentingan. Beberapa orang telah menyatakan ketidaksenangan atas keanggotaan Inggris di Uni Eropa setelah penilaian dan peninjauan keefektifan Inggris di dalam UE.

Akibatnya, muncul organisasi yang mendukung dan menentang British Departure (Brexits). Kelompok kedua ini krusial dalam referendum yang digelar pada 23 Juni 2016, menanyakan pemilih apakah ingin keluar dari Uni Eropa atau tetap tinggal. Brexit menunjukkan kurangnya legitimasi Uni Eropa di wilayah terpisah dan memicu ketidakpuasan di banyak negara anggota. Motivasi utama Brexit adalah untuk menghindari pembayaran biaya Uni Eropa dan mentransfer dana ke biaya perawatan kesehatan nasional Inggris (NHS), serta untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat. Ini adalah pesan yang secara konsisten diperkuat oleh organisasi yang mendukung Brexit. Masalah imigran juga menjadi pertimbangan kelompok pendukung Brexit.

Menyusul pemungutan suara Brexit, negosiasi antara Inggris dan UE berlanjut di sejumlah domain ekonomi, khususnya peraturan perdagangan dan non-tarif. Meski bukan satu-satunya faktor, ekonomi sejauh ini menjadi faktor utama keputusan Inggris keluar dari Uni Eropa. 

Objective Brexit menguntungkan untuk pertumbuhan ekonomi jangka panjang Inggris karena merasa mampu memperluas sektor ekonominya melebihi apa yang sekarang, tetapi di sisi lain Inggris memperoleh sejumlah keuntungan dengan bergabung dengan Uni Eropa. 

Brexit mungkin berdampak pada tingkat tarif dan non-tarif yang berlaku untuk impor ke Inggris dan ekspor dari Inggris. Bergantung pada kesepakatan yang dinegosiasikan antara Inggris, UE, dan negara-negara non-UE, hambatan perdagangan ini dapat bertambah atau berkurang. UK Brexit sejauh ini telah mengakibatkan penurunan dalam industri perdagangan. Produktivitas dan anjloknya pound sterling adalah dua hal yang membedakannya.

Ini berdampak besar pada cara kerja ekonomi Inggris di sektor pekerja. Efek jangka pendek dari referendum Brexit sama buruknya dengan yang terjadi pada awalnya, dan Inggris sekarang perlu merestrukturisasi undang-undang imigrasinya agar lebih mendiskriminasi pekerja yang diakuinya. Komite Penasihat Migrasi (MAC), sekelompok ahli independen yang ditunjuk oleh pemerintah Inggris untuk memberi nasihat tentang kebijakan imigrasi, merangkum bukti yang ada dan menemukan bahwa imigrasi yang lebih besar tidak banyak berpengaruh pada pekerjaan atau pendapatan keseluruhan pekerja yang lahir di Inggris.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline