Dunia medis kini mengalami perkembangan yang sangat cepat, berbagai macam inovasi maupun terobosan baru muncul silih berganti. Bedah plastik menjadi salah satu contoh topik di dunia medis yang menjadi trendsetter baru-baru ini. Bedah plastik sendiri dilakukan sebagai suatu tindakan medis yang bertujuan untuk memperbaiki organ tubuh yang cacat agar dapat berfungsi kembali secara normal. Akan tetapi pada era ini, tujuan bedah plastik mengalami pergeseran dari yang awalnya untuk memperbaiki organ tubuh yang rusak kini menjadi untuk mengubah bagian tubuh khususnya wajah agar mencapai standar kecantikan yang diinginkan. Lalu apakah praktek bedah plastik dengan tujuan seperti ini diperbolehkan? Berbagai macam respons masyarakat muncul sebagai tanggapan dari tren bedah plastik ini.
Sebagai contoh Muhammad Fatah atau yang biasa kita kenal dengan nama panggung Lucinta Luna, seorang selebriti berkebangsaan Indonesia yang pernah melakukan bedah plastik pada area wajahnya. Dirinya yang sering mengunggah foto atau tindakan bedah plastik yang tengah ia lakukan selalu mengundang komentar negatif dari warganet. Banyak masyarakat Indonesia yang ternyata belum bisa menerima bahwa tindakan bedah plastik dapat dilakukan di luar tindakan kedaruratan medis. Masyarakat Indonesia memiliki pola pikir yang rigid mengenai pandangannya terhadap praktek bedah plastik yang biasanya dilakukan kepada pasien atau korban kekerasan atau kecelakaan saja. Di lingkungan sekitar, seringkali komentar negatif terdengar kepada seseorang yang telah melukan bedah plastik di wajahnya dengan tujuan untuk mempercantik diri.
"Kamu kurang bersyukur ya" "Tuhan sudah memberikan wajah yang lengkap kenapa diuba-ubah" "Wajah oplas saja bangga" "Cantik buatan dokter, coba lihat tua nanti wajahnya pasti rusak".
Kata-kata di atas merupakan contoh komentar-komentar negatif dari masyarakat yang dilayangkan kepada orang-orang yang melakukan bedah plastik untuk mempercantik wajahnya. Entah apa saja motif masyarakat yang mendasari komentar negatif itu muncul. Tanpa kita sadari, orang-orang dengan hasil bedah plastik pada wajahnya menjadi "subjek" yang seringkali dirugikan. Respons masyarakat yang memojokkan itu memberikan dampak psikologis yang cukup besar pula. Berbagai macam cara orang untuk menanggapi respons negatif tersebut, ada yang menanggapi dengan tutup telinga dan ada pula yang menanggapinya dengan mengambil langkah ekstrem.
Masyarakat yang mengambil langkah ekstrem ini menilai bahwa bedah plastik yang telah mereka lakukan masih belum menuai hasil yang sempurna sehingga masih ada masyarakat yang memberikan komentar negatif kepadanya. Bukan pujian, melainkan hinaan. Mereka yang belum merasa puas akan terus melakukan bedah plastik hingga mendapatkan satu titik kepuasan terhadap bentuk atau tampilan wajah barunya. Entah dengan melancipkan dagu, memancungkan hidung, ataupun tindakan bedah lainnya.
Tidak sedikit pula mereka yang mengalami stress hingga depresi ketika tidak kuat menahan komentar-komentar negatif mengenai bentuk wajah barunya. Kondisi ini akan menurunkan level kualitas hidup seseorang. Tekanan dari orang sekitar yang membuat mereka tidak nyaman akan berdampak pada kondisi psikologis mereka yang juga menurun. Sudah habis ratusan juta untuk niat mempercantik diri, alih-alih mendapatkan pujian malah harus mengeluarkan lebih banyak biaya untuk janji menemui psikiater atau psikolog.
Masyarakat luar pasti tidak tahu dan tidak peduli akan besarnya dampak negatif yang timbul dari mulut mereka. Mereka dengan sesuka hati memberi label buruk kepada seseorang yang merubah tampilan wajahnya dengan bedah plastik. Tindakan masyarakat ini sangat tidak bijaksana karena merugikan orang lain.
Masyarakat seharusnya sadar bahwa sesuai dengan perkembangan zamannya, tren bedah plastik ini juga tidak selalu mengarah kepada tindak kegawatdaruratan medis tertentu. Masyarakat seharusnyaa peka akan kemunculan banyak klinik-klinik kecantikan yang semakin gencar menawarkan berbagai program unggulannya. Hal itu sebagai bukti bahwa bedah plastik untuk mempercantik diri saat ini memang bukanlah hal tabu. Terdapat banyak alasan mengapa seseorang mau melakukan bedah plastik sebagai bagian dari perawatan wajahnya. Harga yang sangat mahal serta efek samping dan rasa sakit ketika melakukan bedah plastik di wajah pasti sudah dipertimbangkan dengan cukup matang. Mereka pasti sudah tahu bahwa untuk mendapatkan tampilan wajah baru yang anggun dan menawan harus ada harga dan rasa sakit yang mereka bayarkan.
Orang-orang yang melakukan tindakan bedah plastik untuk mempercantik diri, mereka tahu betul bahwa ada banyak sekali benefit atau manfaat yang mereka dapatkan dari tindakan tersebut. Rasa sakit sesaat itu akan tergantikan dengan rasa senang akan pujian dan penampilan baru di wajah mereka. Mereka yang sebelumnya tidak percaya diri kepada tampilan fisiknya (dalam hal ini adalah wajah) sekarang mereka dapat berani mengekspresikan dirinya, mereka lebih percaya diri dengan kondisi wajah barunya. Hal ini lantas menaikkan level quality of life mereka, kualitas hidup yang baik didapatkan dari kenyamanan, rasa aman, dan kebahagiaan yang mereka dapatkan.
Di lingkungan sosial mereka juga mendapatkan pujian. Bagi kaum wanita, siapa yang tidak mau dipuji "cantik". Ada banyak sekali perks of being beautiful girl, selalu menjadi sorotan di mana ia berada, selalu didahulukan, selalu mendapatkan pertolongan, dan berbagai keuntungan lainnya.
Ada banyak dampak positif yang didapatkan seseorang yang melakukan bedah plastik untuk mempercantik dirinya, alasan yang paling penting adalah agar orang tersebut dapat memiliki dan menjalani kehidupan dengan kualitas hidup yang lebih baik. Dengan demikian, masyarakat kita seharusnya dapat lebih bijak dalam menentukan tindakannya kepada orang-orang yang memilih jalan bedah plastik sebagai sarana untuk mempercantik diri. Mereka tidak boleh asal menghakimi keputusan yang telah diambil oleh orang-orang yang memilih melakukan bedah plastik tanpa tahu apa alasan dibaliknya. Melihat dari banyaknya dampak positif yang didapatkan, praktek bedah plastik untuk mempercantik penampilan wajah ini dapat dilakukan asal dengan bantuan tenaga professional yang telah lulus standarisasi.