Lihat ke Halaman Asli

Ariel GunartoS

Head of Student Press Association of Faculty of Engineering Widya Mandala Surabaya Catholic University

Retret Indahku Bersama XII I

Diperbarui: 13 Maret 2023   11:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Namaku Ariel Gunarto Sugeng, aku kelas 12 I SMA Kolese Loyola Semarang, untuk retret kali ini kelas ku bertepatan di tempat pertapaan Rawaseneng di Temanggung, bersama dengan Frater Andre sebagai pematerinya dan ditemani oleh walikelas ku yang tercinta, Ibu Ning. Ketika tiba di sana, rasanya sangat hening dan sepi, seperti tidak ada kegiatan di sana. 

Ternyata tempat di situ sepi karena di sana merupakan tempat pertapaan para biarawan. Untuk pertama kali tiba di sana, aku merasa sedikit takut karena bangunan yang aku tempati untuk tinggal tergolong bangunan yang kuno dan seperti sudah jarang ditempati. Sebelumnya aku tiba di sana, aku berharap agar retret ku kali ini dapat membuat ku semakin mantap dalam memilih sebuah univesitas antara Univertitas Katholik Widaya Mandala atau Universitas Kristen Petra, yang sama-sama berada di Surabaya.

Jadi untuk hari pertama aku belajar untuk setiap pasti memiliki keistimewaan masing-masing dan setiap orang tidak bisa untuk disamakan kemampuannya. Seperti yang ada dalam film Inside Out, kemarin aku belajar untuk tidak selalu merasa sok benar diantara orang-orang yang mungkin tidak berguna bagiku dan ternyata itu sangat berguna dan dapat membuat sebuah perubahan besar. Dan aku masih ingat ketika hari ke-3 aku menggunakan cara ini untuk temanku. Ketika itu kita dalam satu kelompok akan membuat sesuatu yaitu seperti sebuah peta, ketika itu akulah yang pertama kali berinisiatif untuk membuatkan sketch dengan menggunakan pensil terlebih dahulu. 

Ketika itu aku juga merasa dalam kelompokku ini yang mungkin dapat menggambar dengan lumayan bagus itu aku, namun seketika aku ingat akan pesan ketika hari pertama bahwa janganlah untuk berbuat sok hebat dan sok tau segalanya karena setiap manusia memiliki kelemahan dan kelebihan masing-masing. Jadi setelah aku mengsketchnya, aku menanyakan pada salah satu temanku, bagaimana gambar ini, dan ia berkata yang intinya gambarku ini masih kurang sempurna karena tidak cukup besar dengan skala yang pas. Kemudian ia mulai memperbaiki gambarku yang menurutku sudah cukup baik, dan memang benar setelah diperbaiki olehnya, gambar itu menjadi jauh lebih baik dan sempurna. Dan kejadian ini sangat mirip dengan kejadian saat di film Inside Out yang dianggap kurang berguna dapat menjadi yang pelengkap dan bahkan mungkin memperbaiki sesuatu yang rusak.

Untuk hari ke-2, aku sudah dihadapkan dengan meditasi pagi yang menurutku berguna bagi diri kita sendiri untuk dapat lebih mengenali diri lebih dalam. Di hari ke-2 ini temanya adalah tentang relasi seseorang dengan yang lainnya, baik dengan teman maupun dengan keluarga. Untuk hari ke-2 ini dinamika yang paling berkesan buatku adalah yang ketika kita disuruh untuk menggambar sebuah pohon tapi menggunakan tangan kiri yang katanya, tangan kiri itu adalah tangan yang jujur. Untuk pertama kali aku diberi tugas seperti ini, aku merasa sangat malas karena ternyata menggambar dengan menggunakan tangan kiri sangat melelahkan. Kemudian ternyata setelah dilanjutkan dinamika ini seperti tambah asik. Dari situ mulailah kita saling sharing satu sama lain, cerita tentang masalah-masalah yang mungkin ada dihidup kita yang mungkin mengganjal di dalam hidup tentang pertemanan ataupun tentang keluarga. Kemudian yang menurutku mengena sekali pada hari ke-2 adalah ketika orangtua yang telah menuliskan surat kepada kita masing-masing. Dari situ, hati kecilku langsung terkena akan isi suratnya.

Untuk hari ke-3, pengalaman yang paling aku ingat adalah ketika kegiatan/ dinamika outing, dimana kita diajak untuk keluar dan beerinteraksi dengan warga sekitar. Dari situ aku belajar untuk selalu berbagi dengan semua orang, baik yang kukenal maupun yang tidak kukenal. Dalam dinamika outing yang sangat berkesan adalah ketika kita diajak untuk berbagi dengan sesama atau saling membantu orang yang kesusahan. Ketika itu, aku membantu seorang kakek yang sedang mengambil air dan kita membantu dengan membawakan air itu. Dan tidak disengaja, kakek itu juga mempunyai uang 50 rupiah. Dari situ aku menarik sebuah kesimpilan bahwa ketika kita membantu seseorang dengan ikhlas maka kita akan juga mendapatkan balasan yang pas. Dan dari dinamika tersebut, aku juga melihat bahwa relasi orang "desa" lebih erat dengan anak-anaknya, karena setiap kita sedang bercerita-cerita dengan warga, mereka selalu berkata untuk anaknya, untuk cucunya, dan pokoknya untuk keluarganya.

Untuk hari ke-4, pengalaman yang paling berkesan untukku adalah ketika menanam, karena dari menanam itu kita belajar bahwa untuk menjadi sebuah tanaman yang kuat dan tumbuh besar, kita harus keluar dari zona nyaman kita dan terkadang banyak orang sullit untuk keluar dari zona nyamannya mereka sehingga membuat hidup mereka menjadi kurang berkembang. Aku juga belajar untuk menjadi yang hebat tidaklah cukup hanya keluar dari zona nyaman, tetapi juga dengan butuh yang namanya sebuah pengorbanan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline