Lihat ke Halaman Asli

Ariel Fathir

mahasiswa

Penjual Jajanan Asal Semarang di Lombok

Diperbarui: 18 Juni 2024   12:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penulis

Dulu, kita sering menemukan pedagang asongan atau penjual keliling dengan gerobak atau sepeda yang berjualan dari satu tempat ke tempat lain setiap hari. Namun, seiring berjalannya waktu dan berkembangnya teknologi yang semakin modern, tidak banyak lagi pedagang atau penjual keliling yang berjualan karena kalah bersaing dengan usaha online.

Saya berkesempatan berbincang dengan seorang pemilik warung. Warung tersebut berada di Jl. Bung Karno, Karang Tapen, tepatnya di depan Hotel Sayung, bernama Warung Sayung Buk De. Ketika saya tiba, pengunjung tidak terlalu ramai. Saya masuk ke warung tersebut karena banyak anak muda yang sering nongkrong di sana. Saya pun berhenti untuk membeli beberapa makanan dan minuman.

Selang beberapa menit, pemilik warung datang dan sedang bersantai sambil menonton TV. Saya menyapa dan mengajak pemilik warung, yang bernama Ibu De, untuk mengobrol. Sembari makan jajanan, saya bertanya kepada Ibu De, dan beliau dengan ramah menjawab pertanyaan saya. Dari pembicaraan singkat itu, saya mengetahui bahwa Ibu De berasal dari Malang, Jawa Timur.

Sekarang, dia sudah menikah dan memiliki satu anak. Dia sangat mengenal dan memahami perilaku serta aktivitas anak muda di sana. Ibu De melayani saya dan pelanggan lain dengan ramah. Buk De datang ke Lombok pada tahun 2000-an dan menetap di sana, kemudian membuka warung sederhana yang sering dikunjungi anak muda untuk nongkrong atau berbelanja.

Saya bertanya di mana dia lahir, dan dia menjawab, “Buk De adalah orang asli Malang, Jawa Timur, yang datang ke Lombok sudah lama dan membuka warung yang sangat sederhana.” Ketika saya bertanya mengapa orang luar lebih banyak mendapatkan pekerjaan daripada orang asli Lombok, Ibu De menyebut beberapa faktor penyebabnya. Salah satunya adalah mereka sudah mengenal seluk-beluk usaha yang akan dilakukan, serta tidak ragu dan terbiasa dengan hal-hal yang mungkin kita tidak terbiasa.

Mengenai hasil penjualan yang diperoleh dalam sehari, Ibu De mengungkapkan bahwa pendapatannya berkisar antara Rp400.000,00 hingga Rp1.000.000,00. Jadi, dalam sebulan, jika ramai, pendapatan bisa mencapai sekitar Rp12.000.000,00.

Beberapa hal penting lain yang diungkapkan Ibu De antara lain, seorang pedagang harus sopan, berperilaku baik, dan selalu memastikan pelanggan merasa puas dan nyaman. “Jika kita sudah melakukan dan menjalani itu semua, pelanggan akan merasa senang dan nyaman dengan kita dan suasana di warung, dan kita pun akan untung dengan kesenangan dan kenyamanan mereka,” ujarnya.

Akhirnya, pembicaraan kami pun selesai. Saya pun pamit pulang, dan saya berangkat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline