Lihat ke Halaman Asli

Bekasi, Kota Sejuta Titik Macet

Diperbarui: 14 Desember 2016   12:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemacetan tol arah Bekasi saat arus mudik. Kompas.com

Bekasi, kota yang memiliki luas wilayah 210.49 km persegi ini merupakan salah satu kota megapolitan. Dengan jumlah penduduk 2.334.871, Bekasi menduduki peringkat ke-10 sebagai kota dengan kepadatan tertinggi. Dengan luas sebesar itu dan jumlah penduduk yang terus meningkat, kemacetan bukanlah hal yang baru di Kota Patriot ini.

Sebagai kota yang memiliki jarak yang tidak begitu jauh dari Ibukota Indonesia, Bekasi merupakan kota yang menjadi tujuan utama para perantau sebagai tempat tinggalnya. Ini menyebabkan populasi di Bekasi meningkat. Dengan meningkatnya populasi ini, kemacetan pun menjadi salah satu masalah yang kompleks di Kota Patriot.

Macet dan ketidaktertiban, itulah yang akan Anda rasakan ketika Anda akan memasuki Exit Tol Bekasi Barat. Tidak sampai situ saja, kemacetan juga terasa di berbagai tempat di Bekasi. Banyak faktor yang menyebabkan kemacetan kemacetan di Bekasi ini. Pada artikel ini saya akan mencoba membahas beberapa faktor yang meyebabkan kemacetan di Bekasi.

Faktor pertama adalah banyaknya jumlah kendaraan pribadi. Di Bekasi, kendaraan pribadi mungkin bisa saja dianggap sebagai kebutuhan “primer”. Hampir semua penduduk bekasi memiliki kendaraan bermotor. 

Banyaknya jumlah kendaraan bermotor ini menyebabkan kemacetan yang cukup parah, seperti yang terlihat pada lampu merah di Jl. Jenderal Ahmad Yani pada pagi hari dan sore hari menjelang malam (waktu berangkat dan pulang kerja). Solusi yang mungkin bisa dilakukan adalah menetapkan 3 in 1 di beberapa titik macet.

Faktor kedua adalah kendaraan umum. Kendaraan umum, terutama angkutan kota(angkot) jumlahnya sangat banyak di Bekasi. Dan tidak sedikit dari mereka yang suka berhenti sembarangan (ngetem), terutama pada tempat tempat yang cukup ramai sehingga menyebabkan kemacetan. Misalnya pada Jl. K.H Agus Salim, di jalan tersebut terdapat berbagai macam sekolah mulai dari SD hingga SMA. 

Pelajar merupakan customer utama para sopir angkot di Jl. K.H Agus Salim. Tak jarang mereka suka berhenti di depan sekolah sekolah pada saat menjelang jam pulang sekolah. Ini menyebabkan kemacetan yang cukup parah, diperparah lagi ketika banyak kendaraan pribadi yang melawan arah dikarenakan ingin melewati angkot angkot yang ngetem. Menempatkan beberapa tugas penertiban dan sosialisasi sopir angkutan umum bisa menjadi solusi dari faktor kedua ini.

Faktor ketiga adalah cuaca. Ketika cuaca sedang musim hujan, kebanyakan orang memilih untuk bepergian dengan mobil ketimbang motor. Selain karena takut basah, orang orang memilih mobil juga karena keamanan. 

Seperti yang kita tahu, hujan yang cukup deras dapat mengakibatkan banjir, sehingga jalan akan digenangi air yang menyebabkan kita tidak tahu apakah di jalan yang kita lewati tersebut terdapat lubang atau tidak. Hal tersebut dapat membahayakan pengguna jalan yang membawa sepeda motor sebagai transportasinya. 

Faktor ini dapat kita amati di Perumahan Kemang Pratama. Kemacetan di perumahan ini sangat parah ketika turun hujan. Waktu yang harusnya ditempuh dalam 30 menit, bisa menjadi 2 jam di saat turunnya hujan. Memperbaiki saluran drainase dapat mengurangi banjir yang disebabkan oleh hujan yang deras, sehingga lubang lubang jalan dapat terlihat oleh para pengguna jalan.

Faktor yang keempat adalah banyaknya pusat perbelanjaan yang ada di Bekasi. Di Bekasi, pusat perbelanjaan (seperti mall) jumlahnya ada lebih dari 20. Hampir sebagian besar mall tersebut berada pada Jl. Jenderal Ahmad Yani hingga Summarecon Bekasi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline