Lihat ke Halaman Asli

Bahasa, Bukan Sekedar Kata

Diperbarui: 26 Juni 2015   08:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Bagi sebagian orang, bahasa dianggap sesuatu yang biasa saja. Sekedar perantara untuk berkomunikasi, tak ada makna lainnya. Namun, bagi sebagian lainnya, bahasa merupakan identitas diri. Identitas yang melekat dengan ikatan budaya dan layak untuk diperjuangkan keberadaannya. Bahkan, nyawa pun jadi taruhan untuk mempertahankan eksistensi bahasa ibu mereka.

Bangladesh dapat jadi contoh nyata bagaiamana bahasa memunyai pengaruh besar terhadap situasi politik. Negara tempat berdirinya Grameen Bank ini awalnya bagian dari Pakistan, tepatnya di sebelah timur. Namun, kebijakan pemerintah yang tak mengakui bahasa bengali sebagai bahasa nasional Pakistan menyebabkan mereka melawan. Pada 21 Februari 1952, polisi menembak demonstran yang menuntut bahasa bengali sebagai bahasa nasional.

Peristiwa ini membawa dampak luar biasa bagi situasi politik di Pakistan saat itu. Perjuangan demi bahasa ibu tersebut jadi awal perpecahan antara Pakistan Barat dengan Pakistan Timur (Bangladesh). Perjuangan tersebut terus berlangsung hingga rakyat Pakistan Timur mendaapat kemerdekaannya pada awal dekade 1970-an. Mereka pun menggunakan bahasa bengali sebagai bahasa resmi negara.

Selain Bangladesh, ada contoh heroik terkait perjuangan untuk menegakkan bahasa ibu ini. Euskadi Ta Atakasuna (ETA) terus memberontak kepada pemerintah Spanyol akibat pelarangan penggunaan bahasa basque. Sebagai suku basque, mereka menolak untuk menghapus identitasnya, yaitu bahasa. Mereka terus melancarkan pemberontaakan sejak diktator Franco melarang penggunaan di luar bahasa Castilla hingga saat ini. Beragam cara mereka lakukan, bahkan dengan melakukan serangkaian aksi teror yang meresahkan masyarakat luas. Itu semua demi bahasa ibu.

Inilah makna sebuah bahasa. Bahasa tak hanya sekedar alat untuk berkomunikasi atau agar orang lain tahu kehendak kita. Bahasa juga merupakan identitas asli seseorang yang melekat sampai kapan dan dimana pun iaberada. Beragam cara akan dilakukan untuk mempertahankan eksistensi bahasa ibu. Tak ada yang bisa menghalangi untuk tetap lestarinya identitas budaya (bahasa) seseorang. Mari, tetap lestarikan bahasa ibu sebagai khasanah kekayaan budaya dan keberadaannya harus dilindungi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline