Lihat ke Halaman Asli

Mengecap Sejarah Hari Perempuan Sedunia

Diperbarui: 26 Juni 2015   07:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

12995965432122199010

[caption id="attachment_93938" align="aligncenter" width="380" caption="Sumber: www.majalah-historia.com"][/caption]

Tiada masyarakat manusia satupun dapat berkemajuan, kalau lakiperempuan yang satu tidak membawa yang lain, karenanya janganlah masyarakat laki-laki mengira, bahwa ia dapat maju subur, kalau tidak dibarengi oleh kemajuan masyarakat perempuan pula.” Sukarno, Sarinah, hal.17

Gerakan perempempuan ternyata sudah terjadi sejak zaman Yunani kuno. Lysistrata menggerakan kaum perempuan untuk mogok berhubungan dengan pasangannya (laki-laki). Gerakan ini merupakan bentuk protes kaum perempuan terhadap perang yang seringkali terjadi. Sepak terjang kaum perempuan juga hadir dalam revolusi Perancis yang romantis itu. Mereka berseru, “kemerdekaan, kesetaraan, dan kebersamaan.” Perempuan juga punya hak untuk turut serta dalam pemilihan umum.

Isu persamaan hak sipil dan politik jadi bagian utama dari alur sejarah peringatan hari perempuan sedunia. Awalnya, hari perempuan sedunia diperingati setiap 28 Februari sebagaiamana yang dicetuskan ketika pendirian Partai Sosialis Amerika pada 1909. Di belahan bumi lainnya, Eropa, hari perempuan sedunia diperingati setiap 19 Maret, bertepatan dengan protes sejuta laki-laki dan perempuan untuk menuntut persamaan hak di segala bidang, termasuk soal kesejahteraan.

Namun, kejadian di Rusia pada 1917 membuat peringatan hari perempuan sedunia berubah jadi setiap 8 Maret. Tewasnya 2 juta tentara Rusia menggerakan kaum perempuan di negeri berung putih tersebut untuk menyerukan perdamaian. Dengan slogan “Roti dan Perdamaian”, mereka menentang kebijakan Czar. Kejadian di Rusia ini menjadikan peristiwa heroik tersebut diabadikan sebagai hari perempuan sedunia. Gerakan ini ternyata membawa dampak besar bagi perubahan politik di Rusia. Empat hari setelah demonstrasi besar, Czar akhirnya berhasil ditumbangkan.

Gerakan perempuan di awal abad XX membawa berbagi perubahan daalam hal persamaan dan kesetaraan hak. Di berbagai belahan bumi lainnya, gerakan perempuan bermunculan, termasuk di Indonesia. Emansipasi perempuan jadi slogan yang harus jadi kenyataan karena perempuan dan laki-laki pada dasarnya sama. Memunyai hak dan kewajiban sama selain persoalan seksualitas saja.

Setelah persoalan persamaan hak sipil dan politik mulai menemui titik terang, gerakan perempuan melebarkan sayapnya. Gerakan mereka tak terbatas pada persamaan hak politik, juga kesejahteraan (pemberdayaan). Apa yang terjadi di India pada April 1973 merupakan bentuk gerakan perempuan yang memunyai spektrum beda. Kaum perempuan di diistrik Chamoli melakukan gerakan chipko, gerakan memeluk pohon.

Gerakan chipko bukan semata-mata memeluk pohon saja. Mereka bergerak dengan kesadaran penyelamatan lingkungan dengan menjaganya sepanjang malam. Mereka memeluk pohon guna menyelamatkan hutan yang hendak ditebang habis oleh sebuah kontraktor pemenang lelang pemerintah. Penyelamatan hutan berarti melindungi sumber ekonomi. Tanpa hutan, kesejahteraan akan terbengkalai karena hutan memberikan mereka kehidupan. Gerakan chipko merupakan salah satu keberhasilan penting perjuangan perempuan dalam proses pembangunan lokal melalui perlindungan hutan dan lingkungan.

Beragam perjuangan kaum perempuan di dunia memberikan inspirasi tersendiri untuk menciptakan tata dunia baru. Dunia tanpa diskriminasi, damai, dan sejahtera. Dunia yang tak dikuasai oleh kerakusan dan saling memangsa (homo homini lupus). Gerakan perempuan tersebut kiranya dapat membongkar stereotipe yang selama ini hadir. Perempuan bukan kaum lemah. Perempuan punya tekad untuk membangun dunia yang lebih baik. Selamat hari perempuan sedunia.

Referensi:

http://www.lbh-apik.or.id/lts-sjr-pr.htm

http://www.majalah-historia.com/majalah/historia/berita-342--gerakan-memeluk-pohon.html

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline