Lihat ke Halaman Asli

Tak Ada Protes untuk Celana Pendek

Diperbarui: 6 Juli 2015   03:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bagi masyarakat tertentu, perempuan yang tak menutup auratnya meski masih dalam koridor kesopanan seringkali dapat kecaman berbagai pihak tanpa memandang jenis kelamin. Mereka dinilai mengumbar syahwat karena auratnya terlihat. Bahkan, ada pula yang menyalahkan perempuan ketika kekerasan seksual menimpanya.

Anehnya, sering kita disuguhi pemandangan laki-laki mengumbar auratnya (dalam koridor kesopanan) secara bebas. Namun, apa yang terjadi? Tak satu pun protes seperti layaknya perempuan ketika melakukan hal sama. Entah itu oleh laki-laki sendiri maupun perempuan. Semua diam saja, seolah-olah memakluminya dan sudah jadi hal biasa. Tak konsisten sikapnya.

Bukti konkretnya dalam olahraga. Ketika perempuan berkostum yang tak menutup aurat secara penuh tapi masih sopan, mereka sering dicemooh. Namun, ketika pesepakbola hanya mengenakan celana pendek ketika bertanding, tak satu pun nada protes muncul. Padahal mereka juga mengumbar syahwat karena tak menutup auratnya secara penuh karena perempuan juga punya nafsu seperti halnya laki-laki. Ada apa gerangan? Mengapa ada standarisasi ganda?

Ini hanya sekedar inspirasi sehabis membaca sebuah tulisan dari negeri antah-berantah....




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline