Bagi masyarakat tertentu, perempuan yang tak menutup auratnya meski masih dalam koridor kesopanan seringkali dapat kecaman berbagai pihak tanpa memandang jenis kelamin. Mereka dinilai mengumbar syahwat karena auratnya terlihat. Bahkan, ada pula yang menyalahkan perempuan ketika kekerasan seksual menimpanya.
Anehnya, sering kita disuguhi pemandangan laki-laki mengumbar auratnya (dalam koridor kesopanan) secara bebas. Namun, apa yang terjadi? Tak satu pun protes seperti layaknya perempuan ketika melakukan hal sama. Entah itu oleh laki-laki sendiri maupun perempuan. Semua diam saja, seolah-olah memakluminya dan sudah jadi hal biasa. Tak konsisten sikapnya.
Bukti konkretnya dalam olahraga. Ketika perempuan berkostum yang tak menutup aurat secara penuh tapi masih sopan, mereka sering dicemooh. Namun, ketika pesepakbola hanya mengenakan celana pendek ketika bertanding, tak satu pun nada protes muncul. Padahal mereka juga mengumbar syahwat karena tak menutup auratnya secara penuh karena perempuan juga punya nafsu seperti halnya laki-laki. Ada apa gerangan? Mengapa ada standarisasi ganda?
Ini hanya sekedar inspirasi sehabis membaca sebuah tulisan dari negeri antah-berantah....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H