Lihat ke Halaman Asli

Gerakan Prodemokrasi Tak Pengaruhi Israel

Diperbarui: 26 Juni 2015   08:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

12979976721130183128

[caption id="attachment_90584" align="aligncenter" width="800" caption="sumber gambar: http://politik.kompasiana.com/"][/caption] Gelombang gerakan prodemokrasi yang tengah terjadi di Timur-Tengah tak punya peran signifikan atas posisi Israel terhadap Palestina. Posisi Israel dalam geopolitik Timteng akan tetap seperti adanya. Pengaruhnya hanya ada pada negara pendukung posisi mereka di Timteng. Tak menyentuh persoalan substansial, aneksasi Israel. Apa yang terjadi di Timteng hanya akan mengubah peta politik domestik dalam konteks persoalan Israel-Palestina. Isarel berpotensi kehilangan sekutu baik mereka akibat perubahan politik. Pengaruh paling signifikan tentu saja dalam soal penyikapan militer (perbatasan) karena Israel tak dapat previllegge seperti sebelumnya. Namun, dalam kancah lebih luas lagi (PBB), posisi Israel tetap sama. Kokoh. Kepungan yang berpotensi terjadi di Israel hanya membuat mereka harus lebih bekerja keras secara militer. Harapan atas penyelesaian persoalan klasik Timteng tersebut tak bergeser dari tempat awal. Dukungan penuh Amerika Serikat terhadap Israel merupakan kunci dari persoalan ini. Dengan veto AS di DK PBB, Israel bisa tenang dalam menjalankan misinya di Timteng. Desakan sebesar apa pun dari negara yang berpotensi berbalik arah menghantam Israel hanya membuang energi. Mekanisme yang ada di PBB tak memungkinkan suara mereka didengar, meski bersatu mendesak agar PBB berbuat sesuatu. Veto AS tetap jadi pengunci semua yang terjadi di Timteng. Inilah realitas politik yang terjadi di Timteng sehingga tak perlu berharap lebih terhadap gerakan pro-demokrasi yang sekarang sedang mekar bersemi. Blokade Israel [caption id="attachment_90582" align="aligncenter" width="480" caption="sumber gambar: http://www.wakalanusantara.com/"]

1297997568310243072

[/caption]

Melihat fenomena atau realitas politik seperti ini, bukan berarti tak ada harapan tersisa untuk menghantam Israel atas imperialismenya di Palestina. Andai saja gerakan pro-demokrasi yang sekarang terjadi di Timteng (minus Iran), pemimpin baru harus punya sikap tegas. Posisi Israel yang dikepung banyak negara bisa jadi senjata mematikan bagi mereka. Blokade ekonomi terhadap Israel. Penggunaan senjata melalui mekanisme PBB tak akan beri jalan keluar memuaskan. Oleh karena itu, negara di Timteng yang gerakan pro-demokrasinya berhasil harus memainkan agency (kemampuan mempengaruhi lainnya) miliknya. Mencoba jadi sumber pengaruh besar dengan kapasitas mereka. Blokade merupakan salah bentuk implementasi agency suatu negara. Gerakan pro-demokrasi (bila berhasil, minus Iran) akan berdampak besar bagi konflik Israel-Palestina bila dimanfaatkan penuh. Runtuhnya rezim otoriter yang didukung kekuatan besar menjadikan suatu negara lebih berdaulat atas pilihannya. Mereka harus mau menggunakan kapabilitasnya untuk menekan Israel melalu jalur non-formal. Salah satu caranya, blokade terhadap Israel.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline