Lihat ke Halaman Asli

Kesan Orang Jepang Tentang Masjid Terbesar di Sana

Diperbarui: 28 November 2015   09:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pembukaan dan peresmian masjid Baitul Ahad dengan kapasitas terbesar di Jepang pekan lalu rupanya menyimpan kesan yang luar biasa bagi warga lokal.  Masjid yang terletak di Aichi prefectures wilayah Nagoya itu menjadi magnet bagi sebagian media lokal dan masyarakat Jepang.  Terbukti dalam acara peresmian itu beberapa media lokal dan sekitar seratus lebih masyarakat lokal turut dalam rangkaian acara tersebut.

Masjid tersebut dibangun oleh komunitas Ahmadiyah di Jepang.  Terlepas dari kontroversi kelompok tersebut, penulis lebih tertarik menyoroti kejadian seputar pembangunan dan peresmian masjid tersebut.  Ya, karena selalu ada pelajaran dan inspirasi menarik dari setiap tempat dan sumber di dunia ini terlepas dari latar belakangnya siap untuk dibagi.  Dan peristiwa peresmian masjid ini memiliki hal itu.

Jepang adalah negara dengan populasi 80% penduduk berpenganut Budha dan Shinto.  Penduduk muslim sangatlah kecil jumlahnya dibandingkan agama lain.  Maka tak heran mengembangkan dan membangun tempat ibadah seperti masjid merupakan pekerjaan berat.  Kita bisa melihat di negara kita sendiri bagaimana nasib ijin pendirian gereja di Indonesia, terutama di wilayah-wilayah mayoritas muslim yang kuat.  Gambaran itulah yang terjadi di Jepang sana ketika segelintir umat Islam hendak membangun masjid.

Pengurusan ijin masjid Baitul Ahad Nagoya yang jamaahnya tidak sampai dua ratus mengalami kendala yang berat. Bahkan pembangunan itu bisa dikatakan tidak mungkin terlaksana.  Pengacara yang membantu mengurus ijin pembangunan masjid berkapasitas 500 orang itu pun hampir patah arang.  Ia sudah melakukan segala cara dan upaya demi pendirian tempat sujud dan mensucikan diri itu.  Hampir saja ia menyerah dengan semua upayanya.  Hingga panitia pembangunan menekankan kepadanya: "Anda usahakan saja sekuat tenaga nanti Tuhan yang akan bekerja." Dan sebagaimana yang biasa terjadi dalam kisah-kisah keagamaan usaha dan doa itu rupanya berbuah manis.  Pembangunan masjid memperoleh jalannya.

Dengan jalan yang berliku itu maka bisa dibayangkan betapa bersuka rianya muslim Nagoya menyambut keberhasilan pembangunan itu.  Dan momen kegembiraan itu mereka manfaatkan dengan berbagi bersama warga jepang.  Terbukti saat peresmian masjid yang semula hanya bangunan rumah biasa itu, diundanglah wakil pemerintah, tokoh agama lokal, akademisi, juga masyarakat umum. 

Berbagai kesan positif muncul dalam acara tersebut.  Bahkan banyak tamu undangan yang ikut duduk di hari jumat itu mengikuti ritual khutbah jum'at yang disampaikan oleh Mirza Masroor Ahmad pemimpin spiritual muslim Ahmadiyah seluruh dunia.  Diantara mereka ada dari Budha, kristen juga Shinto.  Pemandangan yang sangat langka.

Seorang anggota parlemen Jepang ada yang rela menempuh perjalanan 1.000km demi mengikuti acara pembukaan masjid.  Ia berkata, "Jemaat Ahmadiyah banyak memberikan bantuan ketika bencana di Jepang." Sebuah balasan terima kasihnya ia hadir dari tempat jauh.

Seorang warga Jepang penganut Budha yang turut duduk di masjid mengatakan: "Sebagai seorang Budha saya merasa takjub bisa masuk masjid dan melihat sholat dikerjakan.  Dulu saya berfikir seorang Budha dilarang masuk masjid."

Penganut Budha lain mengatakan, "Kedatangan Imam Ahmadiyah adalah di saat yang tepat, baru saja kita melihat kejadian Paris. Dengan kedatangan beliau gambaran buruk tentang Islam disebabkan peristiwa ini jadi hilang sirna."

Seorang pengunjung wanita berkomentar senada, "Dengan adanya masjid yang begitu megah di kota ini merupakan kebanggaan tersendiri bagi saya. Sebelumnya kami terjerumus dalam persangkaan buruk tentang Islam.  Kami hanya tahu dari buku-buku orientalis.  Namun ketika mendengar pidato khalifah saya baru tahu wajah Islam yang sebenarnya dan menyimpulkan bahwa kalau ingin tahu tentang Islam tidak cukup hanya baca buku orientalis."

"Saya sangat bersyukur bisa hadir dalam pertemuan ini, kedatangan imam Ahmadiyah membuka mata kita.  Kita baru tahu bahwa Islam tidak menginginkan keburukan di dunia dan adalah tugas kita untuk mengkaji tentang Islam lebih dalam dan kita harus bekerjasama dengan mereka untuk kedamaian." komentar warga Jepang lainnya.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline