Lihat ke Halaman Asli

Arief Purnama

Guru kampung

Menciptakan Persaudaraan melalui Makan Siang Bersama di Sekolah

Diperbarui: 28 Maret 2018   11:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokumentasi pribadi

Oleh: Arief Purnama, S.Pd

Sekolah 8 jam dalam sehari atau biasa dikenal full day school baru-baru ini telah dicanangkan oleh Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Bapak Muhadjir Effendy, baik sekolah negeri maupun swasta tingkat SD dan SMP. Melalui Peraturan Menteri (Permen) nomor 23 Tahun 2017, full day school berlaku sejak tahun ajaran baru Juli 2017.

Bagi sekolah yang sebelumnya tidak melaksanakan full day school, harus menyesuaikan kebiasaan-kebiasaan yang selama ini hanya melaksanakan kegiatan sekolah separuh hari menjadi seharian penuh. Terlebih para siswa-siswi, mereka ada yang langsung siap mengikuti program full day school ada pula yang mendapat sedikit masalah dan harus mengalami masa penyesuaian.

Bagi siswa yang berasal dari latar belakang keluarga mampu, penerapan belajar di sekolah 8 jam dalam sehari mungkin tidak masalah. Ongkos, uang jajan dan bekal makan siang mereka terpenuhi dengan baik. Pemenuhan gizi dan vitamin merekapun terjamin. Sehingga kesehatan dan stamina mereka terjaga dengan maksimal, mampu mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik sepanjang hari. Belum lagi kegiatan ekskul dan penguatan pendidikan karakter selepas pulang sekolah, tentu membutuhkan fisik yang prima. Fisik yang prima memungkinkan daya konsentrasi terhadap pelajaran yang disampaikan guru dapat terserap dengan baik.

Lantas bagaimana dengan siswa yang berasal dari keluarga kurang mampu? Bisa ditebak kalau mereka sedikit mengalami masalah. Tidak seberuntung siswa yang berasal dari keluarga mampu, maka siswa yang kurang mampu harus sedikit berjuang untuk dapat menyelesaikan waktu belajarnya dari pagi sampai petang dengan kondisi pas-pasan bahkan kekurangan. 

Mereka harus berfikir bagaimana membagi uang saku cukup untuk ongkos pulang pergi, jajan saat istirahat pertama dan membeli makanan untuk makan siang. Belum lagi bila perlengkapan alat tulis mereka mendadak habis, mereka harus memutar otak untuk berfikir bagaimana membagi uang saku mereka agar cukup membelinya.

Kondisi siswa kurang mampu ini secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan pendidikan. Sekalipun dipaksanakan siswa harus berhasil, maka dapat dibayangkan betapa cukup beratnya perjuangn mereka dalam proses meraih keberhasilan pendidikan. Bila kita memandang dari segi positif maka menjadi hal yang sangat membanggakan apabila ada seorang siswa dapat meraih keberhasilan pendidikan ditengah keterbatasan dan kekurangannya.

Menyikapi kondisi seperti ini, apa yang harus kita lakukan? Jika kita adalah salah satu guru di sekolah yang mana ada siswa mengalami kondisi kekurangan atau berasal dari keluarga kurang mampu, mulailah dengan pendekatan, dekati siswa dengan bentuk perhatian. Perhatikan mereka walau hanya dengan pertanyaan sederhana dan umum seperti: apa kabar?, baju kamu bersih, siapa yang mencucinya? kebaikan apa yang sudah kamu lakukan hari ini? Dan lain sebagainya.

Kedua, berikan motivasi tentang bagaimana nikmatnya sebuah keberhasilan yang dapat dicapai walaupun ditengah keterbatasan dan kekurangan. Semangati siswa dengan cara mengubah kekurangan menjadi kelebihan. Kekurangan bukan hambatan justru harus dijadikan pemicu dalam meraih keberhasilan.

Ketiga, kita harus selalu mendekatkan siswa kepada ajaran agama, bantu siswa dalam meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Ingatkan siswa untuk selalu menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Latih siswa untuk mengisi hari-harinya dengan selalu berbuat baik kepada sesama.

dokumentasi pribadi

Keempat, ciptakan ide-ide kreatif untuk menciptakan kebersamaan dikalangan siswa, seperti makan siang bersama seluruh siswa di kelas masing-masing. Ide makan siang ini sangat bagus untuk menghilangkan kesenjangan antara siswa yang mampu dengan siswa yang tidak mampu. Dimana siswa yang mampu bisa membawa makanan dari rumah dengan jumlah lebih banyak sehingga dapat dimakan bersama dengan siswa lain. Ini dapat dilakukan secara bergiliran. 
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline