Lihat ke Halaman Asli

Arief Rachman

Suka jalan-jalan, makan-makan dan menonton film

Makan Ikan di Teluk Buyat, Berani Tidak?

Diperbarui: 16 April 2016   11:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengunjungi Teluk Buyat yang sempat disamakan dengan Tragedi Minamata di Jepang. Terbayang gambar hitam putih para korban Minamata yang menderita karena memakan ikan yang tercemar Ethyl Mercury.

Membayangkan di perairan Teluk Buyat juga dituduhkan telah terjadi pencemaran berat terhadap air laut seperti di Minamata sempat membuat hati ini bertanya-tanya. Kira-kira seperti apa masyarakat disana ? Kalau memang terjadi hal yang dituduhkan di atas, pasti banyak yang korban yang sakit atau lebih parah meninggal dunia karena terpapar logam beracun itu. Seperti biasa , pemikiran Drama King saya selalu menjadi penanya pertama.

Pasti mereka tidak akan mau mengkonsumsi ikan yang ditangkap di area sekitar Teluk Buyat.

Lalu terpikir dalam benak saya, makan ikan dari Teluk Buyat, Berani Tidak ?

[caption caption="Ikan Hasil Tangkapan dari Teluk Buyat"][/caption]Keberangkatan saya ke Teluk Buyat adalah undangan dari PT Newmont Minahasa Raya, untuk melihat dan merasakan langsung kondisi di Teluk Buyat sekarang dan juga hutan bekas penambangan emas yang akan segera berubah menjadi kebun raya. Perjalanan ini menjadi sarana pembuka wawasan juga menjadi bukti kondisi disana dengan melihat, merasakan dan mengalami sendiri.

Datang ke wilayah sekitar Teluk Buyat , Kecamatan Ratotok Kabupaten Minahas Tenggara Provinsi Sulawesi Utara, kira-kira 90 KM dari Manado, menempuh perjalanan kira-kira 4 jam melalui jalan berkelok yang mengocok perut lumayan membuat hati jadi penasaran. Tapi seperti biasa, biarkan panca indera saya yang berbicara, mereka adalah salah satu "detektor" alami saya, apabila satu daerah nyaman atau tidak.

 [caption caption="Pemandangan Teluk Buyat yang Tenang di pagi hari . foto dokumen pribadi"]

[/caption]Saya berkesempatan mendatangi dan berjumpa orang-orang yang tinggal disana, Saya melihat mereka tampak sehat, beraktivitas seperti nelayan di wilayah lain.  Anak-anak bermain dengan riang gembira, senyum mereka terpancar cerah ceria.  Sore itu indah sekali, cuaca sedikit mendung, meloloskan sedikit sinar keemasan matahari ke arah dermaga , dimana ada beberapa kapal kayu berukuran sedang bersandar. Cuaca cukup nyaman, angin laut bertiup sepoi-sepoi menghembuskan rambut saya.

Memisahkan diri dari rombongan #newmontbootcamp,  Saya mengunjungi dermaga dimana terlihat beberapa keluarga sedang memancing. Bapak-bapak, para  Ibu dan beberapa anak sibuk memancing. Tangkapan mereka cukup banyak, dengan ukuran ikan yang beragam. Ikan yang lebih kecil dijadikan umpan untuk menangkap ikan yang lebih besar.  Satu persatu ikan ditarik dari laut dengan pancing mereka. Ikan laut hidup aneka jenis menggelepar di dermaga, saat kail terlepas dari mulut mereka.

[caption caption="Terlihat di kejauhan beberapa keluarga sedang memancing ikan untuk lauk pauk sehari-hari. foto dokumen pribadi"]

[/caption]Ketika saya tanyakan, apakah ikan-ikan hasil tangkapan itu akan dijual. Sang Ibu menjawab bahwa ikan itu akan menjadi lauk untuk makan keluarga mereka. Betapa berlimpah kekayaan laut di sekitar Buyat-Ratotok, di dermaga saja sudah bisa menangkap Ikan berukuran cukup besar. Perkiraan beratnya 300-500 gram. Lumayan sekali. Kebutuhan protein keluarga bisa dengan mudah terpenuhi, dengan modal pancing, kail, kesabaran dan keahlian memancing. Beruntung sekali keluarga ini bisa memiliki kesempatan beraktivitas bersama, menghasilkan pula.

[caption caption="Keluarga Pemancing , melakukan kegiatan bersama dengan senang untuk mencari lauk pauk. foto dokumen pribadi"]

[/caption]Namun sayang saat saya mau menanyakan apakah mereka tidak takut makan ikan dari Teluk Buyat, rombongan saya sudah memanggil, karena akan berangkat ke destinasi selanjutnya. Tapi sekilas melihat keluarga itu tertawa lebar, memancing bersama, melihat mereka terlihat sehat, kekhawatiran saya sedikit berkurang.

Ternyata rombongan #newmontbootcamp pergi mendatangi sebuah rumah penduduk yang menjual Deho Fufu. Deho adalah ikan cakalang muda yang dimasak dengan cara diasap. Ikan Deho ini disusun dengan rapi beberapa baris, lalu diletakkan di dekat api unggun. Proses memasak perlahan tapi pasti, mematangkan ikan dan juga menyelipkan aroma smokey atau asap yang pastinya nikmat. Fufu Salah satu cara pengawetan ikan efektif dan populer di wilayah Indonesia Timur.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline